tag:blogger.com,1999:blog-50103763671932092412024-02-20T17:28:12.555-08:00hanashawlssemuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.comBlogger188125tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-57342963906665260962013-07-03T04:19:00.000-07:002014-03-10T15:41:41.960-07:00 Cerita Seks - Mbak Rini Iparku Yang Montok Dan Sensual <div dir="ltr" style="text-align: left;"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><img border="0" height="320" src="http://106.imagebam.com/download/Pu9--4chAz4Rggxs79byMA/26336/263357953/Beyy%20Ibeyypenelove.jpg" width="271" /></div><br /><br />Kisah ini berawal sewaktu aku masih kuliah di Kota<br /> M, sekitar 8 tahun lalu, dan sekarang umurku sudah<br /> 29 tahun dan masih membujang. Kisah ini adalah<br /> benar-benar nyata dan bukan fiktif. Semua nama<br /> dalam kisah ini adalah nama samaran. Setelah menamatkan SMA di kota kelahiranku, aku<br /> (Erick) melanjutkan pendidikanku di salah satu PT<br /> negeri di Kota M. Awalnya aku tinggal sendiri (kost)<br /> disuatu tempat yang agak jauh dari kampus tempat<br /> aku kuliah, karena hanya ditempat itu aku<br /> mendapatkan rumah kost yang relatif lebih murah dari tempat yang lain. Setelah kuliah selama hampir<br /> setahun, aku berlibur kembali ke kota kelahiranku.<br /> Selama liburan tersebut, aku dikenalkan oleh<br /> keluargaku dengan salah seorang saudara sepupuku<br /> yang ternyata juga tinggal di Kota M tempat aku<br /> kuliah. Namun karena tidak saling kenal baik, walaupun masih saudara dekat, kami saling tidak<br /> mengetahui kalau kami berada satu kota selama ini.<br /> Saudara sepupu ini, sebut saja Kak Rini, sebelum<br /> menikah dengan Mas Tanto, lahir dan besar di kota<br /> Jakarta bersama orang tuanya, keluarga Tante Ade. Selama 2 tahun pernikahannya dan menetap di kota<br /> M, Kak Rini belum dikaruniai anak, mungkin<br /> disebabkan karena kesibukan mereka berdua, Kak<br /> Rini yang seorang karyawan bank swasta, dan Mas<br /> Tanto yang seorang dosen. Saat perkenalan itu, Rini<br /> telah berusia 26 tahun, 5 tahun lebih tua dariku dan Mas Tanto berusia 34 Tahun. Keberadaan Kak Rini di kota kelahiranku dalam<br /> rangka mengunjungi kakek dan neneknya, yang juga<br /> masih saudara dengan nenekku. Selama liburan<br /> kami, aku lebih banyak menemani Rini keliling kota<br /> dan antar jemput mengunjungi keluarga yang lain,<br /> Mas Tanto tidak datang menemani berlibur. "Dik Erick rencana balik ke Kota M, kapan?"<br /> Tanya Kak Rini sewaktu aku mengantarnya pulang<br /> kerumah neneknya, dari belakang sadel boncengan<br /> motor milik kakakku.<br /> "Mungkin seminggu lagi."<br /> Jawabku sambil mencoba merasakan sentuhan payudaranya dipunggungku.<br /> Perlu pembaca ketahui, dengan tinggi sekitar 168 cm<br /> dan berat ideal, ukuran dada 36A dengan wajah<br /> cantik dan manis dan kulit putih mulus yang<br /> ditumbuhi bulu-bulu halus sensasional, membuat aku<br /> tidak merasa bosan dan capek menemani Kak Rini keliling kota dan mengantarnya menemani kemana<br /> saja dia pergi.<br /> "Kalau begitu, pulangnya dengan saya saja, ya?!"<br /> Katanya seperti berbisik ditelingaku karena<br /> derasnya angin karena laju kendaraan.<br /> "Terserah kakak aja deh.. " kataku menyepakati 'perjanjian' itu. Seminggu setelah itu, kami pun berangkat pulang<br /> bersama naik kapal laut ke Kota M selama satu hari<br /> satu malam perjalanan. Rencananya, setiba di Kota<br /> M, aku akan diperkenalkan ke suaminya dan sekalian<br /> mengajak aku tinggal bersama mereka (selama ini<br /> mereka hanya tinggal berdua di kompleks perumahan), karena rumah mereka masih cukup<br /> besar untuk ditempati hanya berdua saja. Singkat cerita, aku pun diperkenalkan ke Mas Tanto<br /> yang mau menerimaku dengan senang hati dan aku<br /> pun mengemasi semua barangku dari tempat kostku<br /> ke rumah mereka. Dan disinilah awalnya cerita<br /> petualangan seksku dengan Kak Rini. Sebagai wanita cantik dan menarik, aku pikir semua<br /> lelaki akan terpesona oleh daya tarik sensual<br /> saudara sepupuku ini. Akupun merasakannya sejak<br /> pertama kenalan, menemaninya selama liburan<br /> berkeliling kota, dan terlebih selama perjalanan<br /> dengan kapal laut kembali ke Kota M. Masih teringat waktu pertama kali berjabatan tangan, dengan<br /> senyum manisnya dia memperkenalkan diri.<br /> Wajahnya mirip dengan salah satu penyiar acara<br /> kriminal di SCTV. Aku merasakan sentuhan lembut<br /> jemarinya waktu aku memegang tangannya,<br /> sentuhan sensasional di kulitku ketika bersentuhan dengan tangannya yang ditumbuhi bulu-bulu halus,<br /> aroma tubuh dan rambutnya waktu berjalan<br /> berdampingan, juga hembusan nafasnya kalau<br /> berbicara padaku yang kadang-kadang terlalu dekat<br /> dengan wajahku.. pokoknya semua sensasi yang<br /> dimilikinya membuat aku berdebar dan membuat aku konak. Aku tak tahu (pada waktu itu) apakah hal<br /> itu disengaja atau tidak (setelah beberapa tahun aku<br /> tahu ternyata itu dia sengaja untuk memancing<br /> responku menurut pengakuannya!), yang jelas<br /> selama liburan, aku belum berani menunjukkan<br /> reaksiku. Nanti setelah kejadian di atas kapal laut yang membawa kami ke Kota M, baru aku berani<br /> menunjukkan 'keberanianku' pada Kak Rini, walau<br /> dengan jantung dag dig dug.. Diatas kapal laut yang sesak karena penumpang<br /> yang banyak, kami mendapatkan tempat yang<br /> lumayan 'strategis', walaupun itu bukan tempat yang<br /> telah kami bayar untuk perjalanan kami. Bersama<br /> dengan beberapa penumpang lain (yang agak lanjut<br /> usia dengan kebanyakan wanita), kami menempati sebuah sudut ruang kapal yang agak panas, hal itu<br /> membuat kami kegerahan. Menjelang tidur malam,<br /> Rini dengan memakai kemeja yang didalamnya<br /> dilapisi kaos oblong tanpa lengan dengan celana<br /> jeans, terlihat mulai mengatur tempat untuk tidur<br /> disudut merapat kedinding ruang, sedangkan aku dengan kaos oblong juga dan celana pendek selutut<br /> berada diantara Kak Rini dengan penumpang lain.<br /> Sebelum tidur, Kak Rini membaca sebuah majalah<br /> dan aku mengisi TTS. setelah membaca majalah, Kak<br /> Rini sudah tak tahan lagi kantuknya dan tertidur,<br /> sedangkan aku melanjutkan mengisi TTS dan membaca majalah. Tak lama sesudahnya, lampu di ruangan itu<br /> dipadamkan, mungkin karena penumpang lainpun<br /> sudah ingin memjamkan mata, walaupun masih ada<br /> lampu yang menyala di tengah ruangan tapi tidak<br /> cukup untuk menerangi tempat aku membaca<br /> majalah, akupun bersandar sambil duduk berusaha untuk tidur. Tapi karena udara yang agak panas dan<br /> menggerahkan, mataku susah terpejam. Kak Rini pun<br /> bangun dan melepas kemejanya (tinggal kaos<br /> oblong) dan kemejanya itu dipakai untuk<br /> menyelimuti badannya sambil tidur. Sewaktu Kak<br /> Rini melepas kemejanya, dengan jarak sekitar 15 cm dari hidungku, aku bisa merasakan aroma tubuhnya<br /> yang terpancar dari ketiaknya sewaktu lengannya<br /> bergerak melepas kemejanya. Aroma itu campuran aroma keringat dan sisa<br /> parfumnya, dan itu membuatku benar-benar<br /> melayang.. membayangkan aroma tubuh yang<br /> sensasional seperti itu. Dan diketiaknya yang putih,<br /> aku sempat melihat secara samar rambut halus<br /> hitam yang semakin membuatku ingin merasakan langsung aroma ketiaknya. Hmm.. tak sadar aku<br /> memperbaiki posisi 'junior' di celana pendekku, dan<br /> hal itu terlihat oleh Kak Rini.<br /> "Belum tidur, rick?"<br /> Tanyanya berbisik sebelum berbaring di sampingku.<br /> "Belum nih, duluan aja!" Jawabku sambil menatap matanya. Rinipun akhirnya berbaring dengan memiringkan<br /> badannya ke arahku, sehingga kepalanya dengan<br /> pahaku hanya berjarak sekian centi. Akupun terus<br /> berusaha tidur sambil duduk karena mataku belum<br /> mau terpejam. Hembusan nafasnya terasa<br /> menggelitik paha kiriku bagian luar, dan mungkin saja Rini tahu kalau penisku lagi tegang karena<br /> celana pendekku di sekitar penisku agak menonjol<br /> berdiri. Setelah capek duduk dan mataku terasa<br /> muali berat dengan angin laut yang mulai bertiup<br /> sepoi-sepoi, akupun berbaring di sisi Kak Rini. Saat<br /> aku mengambil posisi baring, Rini memberiku sedikit ruang sambil mengangkat lengan kanannya, dan<br /> lagi-lagi tercium aroma tubuh yang makin<br /> membuatku tegang. Walaupun aku masih berbaring<br /> terlentang dan Rini sedikit condong ke arahku, aku<br /> bisa merasakan bahwa kepalaku tepat berada di<br /> bawah ketiaknya karena aku merasakan lengan Kak Rini ada diatas kepalaku. Kantukku pun hilang karena 'posisi' yang<br /> menguntungkan ini, aku sisa mengarahkan mukaku<br /> ke arah Rini dan ketiaknya sudah pasti ada di<br /> mukaku. Aku coba untuk diam, namun rangsangan<br /> yang timbul dari aroma tubuh Kak Rini yang perlahan<br /> mulai tercium membuat aku gelisah. Lama setelah itu, sewaktu aku merasakan nafas Rini yang<br /> beraturan menerpa wajahku, baru aku perlahan-<br /> lahan mengarahkan wajahku ke bawah ketiaknya<br /> dan..<br /> Hmm aroma itu benar-benar membuat aku makin tak<br /> beraturan untuk bernafas, antara rasa senang, takut Kak Rini marah dan rangsangan yang terus membuat<br /> jantungku berdebar. Dengan jarak cuman sekita 3-4<br /> cm antara hidungku dan ketiak putih itu, Kak Rini<br /> pasti bisa merasakan kegelisahanku, tapi mungkin<br /> dia sudah nyenyak sampai tidak merasakan<br /> hembusan nafas dan sentuhan ujung lidahku diketiaknya. Rasa kecut karena ketiak yang sedikit<br /> berkeringat itu tidak kuhiraukan, malah aku semakin<br /> terangsang dan kadang mendesah tertahan sambil<br /> memegang penisku yang makin keras. Ketika aku sudah tak tahan lagi, dengan jantung<br /> berdegup kencang, perlahan aku mengambil jaket<br /> tebalku untuk menutupi celanaku yang semakin<br /> menonjol karena desakan penisku (+15 cm) sambil<br /> memiringkan badan ke arah Kak Rini sehingga<br /> penisku merapat di paha Kak Rini yang berbalut jeans dengan hidungku dan bibirku yang telah<br /> menempel di ketiaknya. Aku mencoba menahan<br /> nafasku yang memburu sambil melanjutkan jilatanku<br /> yang makin berani ke arah pangkal payudaranya.<br /> Semua itu aku lakukan dengan sangat hati-hati, takut<br /> membangunkan Kak Rini dan dia nampaknya masih seperti semula dengan nafas yang masih beraturan. Dengan perlahan aku membuka kancing tarik<br /> celanaku, meyampingkan CD ku lalu kutarik penis<br /> yang sudah sangat tegang keluar. Meski hanya<br /> kepala penis dan sebagian batangnya yang bisa<br /> keluar dari celanaku, aku elus-eluskan di paha Kak<br /> Rini sampai aku merasa ada cairan bening keluar (bukan sperma yang kental) dan menempel di celana<br /> jeansnya. Mungkin aku akan terus menggesek-<br /> gesekkan kepala penisku sampai aku ejakulasi,<br /> kalau saja Kak Rini tidak bergerak sedikit menjauh<br /> dari tubuhku. Kejadian itu berakhir sampai disitu, dan sewaktu<br /> bangun, Kak Rini tidak bicara soal tersebut, cuma ada<br /> sedikit ada rasa canggung diantara kami, sampai<br /> kami turun dari kapal dan tiba di rumah. Sejak tinggal bersama Kak Rini dan suaminya, aku<br /> mencoba untuk menjadi adik yang baik, aku coba<br /> membuang semua pikiran jorok di kepalaku tentang<br /> Kak Rini dan mencoba menghindari Kak Rini dengan<br /> banyak beraktivitas di kampus atau di luar rumah.<br /> Sampai suatu saat, Mas Tanto mengambil Tugas Belajar ke Filipina selama 1 tahun. Empat bulan setelah tinggal di rumah Kak Rini, Mas<br /> Tanto berencana akan berangkat ke Filipina, dan<br /> selama itu aku mencoba menjaga jarak dengan Kak<br /> Rini walaupun dia tetap baik dan ramah kepadaku.<br /> Kalau tidak ada kegiatan di kampus atau ditempat<br /> lain, aku banyak berkurung diri di kamar, dan kamipun bertiga cukup sibuk dengan urusan masing-<br /> masing, sehingga hanya waktu-waktu tertentu saja<br /> (Sabtu/Minggu) baru ketemu atau kumpul bersama.<br /> Usahaku untuk menghindari berdekatan dengan Kak<br /> Rini adalah untuk membantu menghilangkan pesona<br /> sensualitasnya yang sering aku rasakan kalau berada dekatnya. Dan hal ini juga didukung karena<br /> Kak Rini sering berangkat pagi dan pulang kerja sore<br /> (aku biasanya yang paling akhir meninggalkan<br /> rumah) dan paling lambat tiba di rumah. Satu-satunya yang paling sering menggodakau<br /> adalah pakaian-pakain kotor(terutama pakaian<br /> dalam Kak Rina) yang baru habis dipakainya, yang<br /> ditumpuk dalam keranjang pakaian didekat kamar<br /> mandi. Sering kali saat bangun pagi jam 08. 00 (kuliah<br /> agak siang) aku 'memeriksa' pakaian-pakaian tersebut (saat mereka telah berangkat kerja). Aku<br /> sering mendapati pakaian kerjanya yang kemarin<br /> dan pakaian tidurnya semalam masih menyisakan<br /> aroma tubuh dan parfumnya, terlebih lagi celana<br /> dalamnya menyisakan cairan vaginanya yang harum<br /> (belakangan aku tahu vaginanya memang harum saat aku mengoralnya) dan sering aku ciumin dan<br /> jilati sambil beronani. Karena fantasi tersebut akan<br /> sampai sering menumpahkan spermaku di celana<br /> dalamnya atau pakaian kerjanya (tiap Sabtu baru di<br /> cuci), dan sewaktu pertama kali memuncratkan<br /> spermaku di CD nya.. aku takut Kak Rina tahu dan memarahiku. Tapi sewaktu dia mencucinya pada hari<br /> Sabtu.. dia sepertinya tidak tahu atau pura-pura tidak<br /> tahu kalau spermaku sudah bercampur dengan sisa-<br /> sisa cairan vaginanya (kadang cairan vaginanya<br /> masih basah). Dan setelah Mas Tanto memberi tahu<br /> rencananya untuk ke Filipina dan menyuruhku untuk menjaga Kak Rina dan rumah aku semakin.. akhh..<br /> berdebar-debar. Inilah awal yang menjadikan aku<br /> tahu kalau Kak Rina ternyata memiliki hasrat dan<br /> gairah seks yang tinggi serta mengajariku fantasi-<br /> fantasi bercinta. Hubungan kami ini telah<br /> berlangsung sampai 8 tahun dan kami sepertinya orang yang masih pacaran walaupun dia telah<br /> bersuami. Dan satu hal lagi, adalah kesukaanku mengintip<br /> aktivitas Kak Rini bila berada dirumah. Kalau malam<br /> hari saat tidur dengan suaminya, aku sering<br /> mendengar erangan-erangan bercinta mereka.<br /> Bahkan aku pernah onani didepan kamarnya yang<br /> aku buka sedikit pintunya dan aku melihat Kak Rini lagi tidur dikamarnya dengan pakaian tipis dan seksi<br /> (saat itu suaminya belum pulang dari kantornya). Dan<br /> berapa kali kejadian-kejadian tak terduga yang<br /> membuat aku sakit kepala bila membayangkannya..<br /> karena ingin segera merasakan bercinta dengan Kak<br /> Rini. Tiba saatnya Mas Tanto berangkat ke Filipina, aku<br /> dan Kak Rini mengantarnya ke bandara dan Kak Rini<br /> langsung berangkat ke kantornya, sedangkan aku<br /> balik ke rumah karena hari itu aku tidak ada<br /> perkuliahan atau kegiatan lainnya di luar rumah.<br /> Setiba dirumah, aku langsung memeriksa keranjang tempat pakaian kotor Kak Rini. Disitu aku mendapati<br /> beberapa potong celana dalam dan BH Kak Rini dan<br /> daster yang dipakainya semalam. Seperti biasa, aku<br /> mulai menciumi CD Kak Rini yang meninggalkan<br /> sedikit cairan vaginanya sambil mulai<br /> membayangkan aku menciumi vagina Kak Rini sambil mulai beronani. Aku buka semua pakaianku<br /> dan memakai CD Kak Rini yang lain sambil meremas-<br /> remas penisku di dalam CD Kak Rini.<br /> Ketika asyik beronani, tiba-tiba telepon berdering,<br /> ternyata dari Kak Rini yang menanyakan apakah aku<br /> telah tiba dirumah atau belum. Aku berusaha untuk<br /> mengajak Kak Rini bicara lama di telepon sambil<br /> terus meremas penisku dan membayangkan sedang<br /> bercinta dengannya. Suaraku kedengaran parau karena rangsangan yang timbul dan aku berusaha<br /> mengajak bercanda Kak Rini:<br /> "Jam berapa baliknya nanti Kak Rin?" Tanyaku,<br /> "Seperti biasalah, kenapa emang?! kangen ya sama<br /> aku?" Balasnya bercanda,<br /> "Nggak kok, cuman mau menjalankan tugas dengan baik, menjaga dan mengantar jemput kakak!"<br /> Jawabku dengan suara gugup karena aku semakin<br /> terangsang mendengar suara lembut Kak Rini..<br /> "Kamu kenapa? kok suaramu parau begitu?!"<br /> Aku cuma menjawab, "Masih ngantuk nih, habis<br /> bangun pagi-pagi ngantarin Mas Tanto!" Jawabku bohong dan..<br /> "Akhh.. "<br /> Aku mencapai klimaks<br /> "Udahan dong, aku mau tidur lagi.. nanti aja aku<br /> jemput!" kataku kelelahan karena karena spermaku<br /> telah terumpah di CD Kak Rini.. "Ya deh, aku tunggu.. awas kalau nggak jemput!"<br /> Katanya mengakhiri pembicaraan kami. Aku pun<br /> menyimpan kembali CD Kak Rini di keranjang dan aku<br /> benar-benar puas onani kali ini karena baru kali ini<br /> aku onani disertai dengan mengobrol dengan Kak<br /> Rini walaupun hanya ditelepon. Setelah kejadian itu, selama dua minggu pertama<br /> keberangkatan suaminya ke luar negeri tidak ada<br /> kejadian istimewa yang terjadi. Aku hanya sesekali<br /> onani, karena aku sering berada di luar rumah (kalau<br /> sore atau malam baru balik ke rumah) dan<br /> mengantar jemput Kak Rini kalau aku tidak ada kegiatan. Setelah mengantar atau menjemput Kak<br /> Rini, aku biasanya melanjutkan kegiatanku di<br /> kampus atau di luar rumah, dan kalau balik kerumah<br /> aku sering mendapati Kak Rini telah tidur di dalam<br /> kamarnya sehingga kami tidak sempat ngobrol. Sampai pada suatu malam, ketika aku pulang dari<br /> kegiatan dengan teman-teman kampusku selama<br /> tiga hari (praktis aku tidak bisa menemani dan<br /> bertemu Kak Rani) di luar kota. Setelah menyimpan<br /> motor di garasi samping rumah, aku lihat lampu<br /> ruang tengah masih menyala dan Kak Rini menonton acara TV sambil tiduran di sofa. Rasa kangen makin<br /> menjadi-jadi setelah tiga hari tak bertemu dan<br /> melihat Kak Rini mengenakan dasternya yang<br /> menurutku sangat seksi. Dasternya berwarna kuning<br /> tua (serasi dengan kulitnya yang mulus) dengan<br /> lengan yang agak pendek dengan lubang lengan yang agak besar sehingga aku bisa melihat tali BH<br /> nya yang berwarna putih dari ketiaknya. Aku memeluk ringan (sudah biasa) dan kali ini aku<br /> sedikit nakal dengan memberi ciuman tipis di<br /> telinganya (aku belum berani sun bibir).<br /> "Baik-baik aja kan kak?!" sapaku sambil merapat ke<br /> tubuhnya sambil memegang bahunya.<br /> "Iya nih.. cuman agak kesepian sendiri!" Jawabnya sambil tersenyum manis.<br /> "Kan Mas Tanto baru dua minggu lebih perginya..?!!"<br /> Kataku menggoda<br /> "Ihh.. kamu bisa aja.. awas ya aku laporin ke<br /> Mas..kalau kamu nggak jagain aku selama tiga hari!!"<br /> Jawabnya sambil mengancam dan mencubit pinggangku..<br /> "Kan cuman tiga hari.. tapi nggak lagi kok.. sudah<br /> selesai kegiatannya" kataku mencoba menetralisir<br /> suasana yang sudah mulai membuat aku ngeres.<br /> "Ok deh.. tapi mandi sana, bau tuh..!!" katanya<br /> mengejek aku. Aku pun mandi dan mengisi perut yang sudah dari<br /> tadi minta diisi. Sambil makan, aku membayangkan<br /> bagaimana rasanya kalau aku bercinta dengannya<br /> malam ini. Membayangkan itu, aku makin tambah<br /> gelisah dan aku cepat-cepat menghabiskan<br /> makananku dan menemani Kak Rini menonton acara TV. Dengan memakai kaos oblong dan celana karet<br /> pendek, aku menemani Kak Rini menonton sambil<br /> duduk dikarpet dan bersandar di sofa tepat<br /> disamping Kak Rini. Sambil menonton, kami bercerita<br /> apa saja, dan tak lama kemudian, Ka Rini berdiri dan<br /> berjalan ke kamar mandi ingin buang air. Sewaktu melewatiku, dasternya tampak transparan walaupun<br /> sekilas, dan aku sempat juga mencium aroma<br /> tubuhnya yang wangi. Hal itu membuat aku<br /> memperbaiki letak penisku (waktu Kak Rini sudah di<br /> kamar mandi) karena aku malu kalau Kak Rini tau<br /> aku sedang 'horny' karena celana pendek yang aku kenakan sedikit ketat. Setelah keluar dari kamar<br /> mandi, Kak Rini pun ikutan duduk di karpet<br /> disampingku, malah dia tengkurap sambil<br /> membelakangiku dan memeluk bantal duduk. Aku<br /> semakin bebas melihat buah pantatnya yang bagus,<br /> sedikit pahanya yang mulus dengan betisnya yang indah yang ditaburi bulu-bulu halus yang rapi.<br /> Sungguh pemandangan yang membuat aku makin<br /> konak, sehingga aku tidak konsen lagi dengan acara<br /> TV ataupun obrolan kami. Sambil ngobrol dan bercanda, Kak Rini sering<br /> mengejek atau meledek aku hingga aku tak sadar<br /> menepuk betisnya yang indah dan mulus. Setelah<br /> menepuk, aku tidak menarik kembali tanganku, tapi<br /> kubiarkan terparkir di betisnya sambil sesakali<br /> mengusapnya. Jantungku makin dag dig dug, aku gelisah, karena baru kali ini selama aku tinggal<br /> dengannya bisa berdekatan sambil mengelus<br /> betisnya. Kejadian di atas kapal laut yang aku coba<br /> lupakan, terkenang kembali. Penisku makin tegang,<br /> dan terciplak jelas di celana pendekku karena aku<br /> tidak memakai CD lagi didalamnya (aku memang jarang memakai CD kalau dirumah). Untuk<br /> menutupinya, aku meminta bantal duduk yang lain<br /> yang berada didepan Kak Rini. "Tolongin bantalnya dong kak!" Sambil menunjuk<br /> bantal didepannya..<br /> "Ambil aja sendiri, malas amat seh bergerak!"<br /> katanya mengejekku. Tanpa meminta lagi, aku<br /> langsung bergerak mengambilnya, tetapi aku harus<br /> melewati tubuhnya, dan mau tak mau aku menindih pantatnya yang indah.<br /> "Yang ini aja deh.." kataku sambil merebut bantal<br /> yang ada dipelukannya. Tapi karena dia<br /> mempertahankannya, akupun tertarik ke arah<br /> tubuhnya sehingga sekarang aku menindihnya dari<br /> atas, sedangkan dia masih tetap tengkurap. Sambil mempertahankan bantalnya, buah pantatnya yang<br /> sudah aku tindih juga turut bergoyang menambah<br /> ketegangan penisku. Dengan posisi seperti ini,<br /> akupun bebas menciumi rambutnya yang harum<br /> sambil tangan dan lengan kami bersentuhan.<br /> Sungguh posisi yang paling mengasyikkan, dan aku pun akhirnya tetap berada diatas tubuhnya..<br /> "Ihh.. kakak pelit!"<br /> "Biarin..!" katanya sambil tetap menatap layar TV.<br /> Pandanganku tertutupi oleh sebagian rambutnya<br /> yang sebahu, dan aku pun makin berani menciumi<br /> rambutnya dan mulai memegangi tangannya. Jantungku berdegup kencang, aku tahu Kak Rini<br /> mengetahuinya, tapi ketakutanku dikalahkan oleh<br /> nafsuku dan tanganku mulai berani menyibak dan<br /> mengelus rambutnya..<br /> "Kakak harum.." kataku tanpa disengaja karena<br /> sensasi yang ditimbulkan oleh suasana seperti ini.. "Biarin.. kamu aja yang bau.. wwek!" Katanya<br /> mengejekku. Setelah menyibak rambutnya, kuberanikan mencium<br /> tengkuknya, Kak Rini tampak kaget walaupun<br /> sesaat, dan dia tetap mengarahkan pandangannya<br /> ke layar TV walaupu aku tahu tidak konsen lagi<br /> dengan acara TV. Melihat dia tidak protes, aku<br /> semakin berani menciumi telinganya dan bolak balik kelehernya..<br /> "Kulit kakak muluss.." Kataku dengan gugup..<br /> "Sshh.. biarin" Jawabnya sedikit mendesah. Aku pun<br /> makin agresif.. kugoyang pinggulku agar penisku<br /> bisa lebih merasakan buah pantatnya sambil<br /> tanganku perlahan-lahan mulai menyusup kearah ketiaknya. Tangan masuk melalui lobang ketiak<br /> dasternya, dan mencoba mengusap pangkal<br /> payudaranya. Sampai saat itu, aku masih takut kalau Kak Rini jadi<br /> marah karena 'kenakalanku'. Tapi karena dorongan<br /> nafsu yang makin menjadi, aku beranikan untuk<br /> menarik bawah dasternya sambil mengusap paha<br /> luarnya dengan tanganku yang satu, sedangkan<br /> tangan yang lain tetap meraba-raba payudaranya. Aku tak peduli lagi kalau dia marah, karena sensasi<br /> yang tercipta benar-benar membuat penisku tak<br /> sabaran lagi. Dengan dibantu kakiku, aku coba<br /> merenggangkan pahanya, setelah dasternya mulai<br /> sedikit demi sedikt tergeser keatas pinggangnya,<br /> sampai tampak CD Kak Rini yang berwarna putih. Kak Rini diam saja, malah cenderung penurut ketika aku<br /> menarik dasternya keatas dengan mengangkat<br /> pantatnya sedikit, sehingga penisku makin<br /> menempel keras di buah pantatnya yang montok.<br /> Sampai disini, aku masih mengelus-elus pahanya<br /> dengan lembut dan tangan yang satu sudah berani meyelusupkan satu jari ke dalam mangkuk BH nya<br /> sambil menekan lembut payudara Kak Rini. Aku juga<br /> mulai menciumi punggungnya yang sedikit terbuka<br /> dibagian atasnya, terus kebawah kearah tali BH nya.<br /> Aku menggigit daster dan tali BH nya bagian<br /> belakang lalu kutarik dan kulepas sehingga berbunyi cipak (bunyi tali BH mengenai kulitnya), dan kuulangi<br /> beberapa kali. "Hmm.. sakkitt..!!" Rengeknya manja sambil<br /> menundukkan kepalanya ke bantal sambil<br /> menikmati permainanku.<br /> "Biarin..!!" Balasku dan kami sama-sama tertawa.<br /> Aku pun makin berani menarik CD Kak Rini kebawah<br /> sambil aku mencoba mencium pipinya. "Kamu nakaa..ll!!" Manjanya yang membuat aku<br /> makin bernafsu. Aku tarik tanganku yang mengelus-<br /> elus payudaranya dan menarik wajahnya sehingga<br /> aku dapat mencium bibirnya walaupun hanya<br /> sebentar dan dengan agak susah. Karena aku makin bernafsu dan ingin sekali<br /> menciumi bibirnya yang seksi, aku bangun dan<br /> segera menarik CD Kak Rini sampai kelutut. Lalu aku<br /> membalikkan badannya dengan sedikit kasar<br /> sehinnga sekarang Kak Rini terlentang dihadapanku<br /> dengan dasternya yang sudah terangkat sampai keperut dan CD sampai lutut yang memperlihatkan<br /> rimbunan bulu-bulu halus di selangkangannya.<br /> "Kamu mau ngapain..?!" Katanya sedikit terkejut.<br /> Tapi aku segera menindihnya dan memegang<br /> wajahnya dan segera mencium bibirnya yang<br /> diatasnya ditumbuhi bulu-bulu halus seperti seperti kumis tipis. Kak Rini coba berontak dengan<br /> memalingkan wajahnya, tetapi karena aku telah<br /> memegang mukanya, akhirnya bibirnyapun berhasil<br /> aku lumat, dengan sedikit menarik dagunya sehingga<br /> bibirnya terbuka. Kak Rini pasif saja mulanya, tapi<br /> setelah aku jilati bibirnya, dia pun mulai membuka mulutnya dan mendesah..<br /> "Ahh..jangan Rick!" Tapi aku terus mencium, menjilat<br /> sampai Kak Rini pun berani membalas goyangan<br /> lidahku di dalam rongga mulutnya. Lama kami bermain lidah, saling menjilat disertai<br /> desahan nafas kami dan bunyi 'plok' saat bibir kami<br /> terlepas untuk menarik nafas, kemudian melanjutkan<br /> saling kulum dengan ganasnya. Perlahan tanganku<br /> meraih kedua tangannya dan menaruhnya diatas<br /> karpet dibagian atas kepala Kak Rini sambil terus berciuman. Aku kembali menciumi lehernya,<br /> bahunya dan dadanya. Kak Rini hanya mendesah<br /> tanpa berbicara..<br /> "Akhh.. sshh..!!" dan aku makin melancarkan<br /> ciumanku, kali ini ke ketiaknya yang putih (bulu-<br /> bulunya tidak selebat waktu di atas kapal laut), aku ciumin dan aku jilati..<br /> "Akhh.. geli sayang!!" Desahnya lalu menggigit<br /> bibirnya (itulah kata sayang yang pertama ditujukan<br /> padaku) sambil kepalanya bergoyang kiri-kanan<br /> menikmati rangsangan yang aku berikan. Aroma tubuhnya yang sensasional dan sensasi bulu-<br /> bulu ketiaknya membuat aku makin terangsang dan<br /> aku segera meremas payudaranya dan Kak Rini<br /> memelototi aku katanya,<br /> "Sshh.. pelan-pelan.. sakit!"<br /> Aku pun segera memintanya untuk melepaskan dasternya agar aku bisa membuka BH nya, tapi dia<br /> merengek manja..<br /> "Nggak mauu..!!" Katanya pura-pura cemberut, tapi<br /> aku segera mencopot CD nya dan segera<br /> kubenamkan wajahku di vaginanya yang penuh<br /> dengan bulu-bulu halus menggairahkan. "Kamu mau ngapain..?" Tanyanya bingung, tapi aku<br /> terus saja mencoba menguak pahanya dengan<br /> kedua tanganku lalu mulai menjilati vaginanya yang<br /> ternyata sudah mulai basah oleh cairan vaginanya.<br /> "Jangan ahh.. kan bau tuh..sshh..!" Protesnya sambil<br /> mendesah menahan nikmat, tapi aku justru merasakan aroma vagina yang membuat perasaan<br /> tidak karuan.<br /> "Asyik kok kak.. punyanya kakak harum ya..?!!"<br /> kataku memuji karena memang harum. Aku jilati bibir vaginanya yang menonjol, clitorisnya,<br /> dan dengan bantuan jari menguak vaginanya, aku<br /> menusukkan lidahku ke dalam lobang vaginanya,<br /> sehingga Kak Rini mengerang tak karauan..<br /> "Ohh.. uu.." Tiba-tiba aku merasa vaginanya<br /> menegang dan pahanya dirapatkan menjepit kepalaku, dan aku mencium aroma vaginanya yang<br /> makin tajam diiringi lidahku merasakan cairan<br /> bening dari dalam lubang vaginanya.. ternyata Kak<br /> Rini sudah orgasme. Diapun mendorong kepalaku<br /> sehingga terangkat dari vaginanya dan tangannya<br /> menutupi vaginanya lalu tangan satunya mengambil CD nya yang tergeletak disampingnya dan menutupi<br /> lubang vaginanya dengan CD nya itu dan berbaring<br /> membelakangiku sambil mengatur nafasnya yang<br /> memburu. Aku kecewa karena tidak sempat menjilati cairan<br /> vaginanya yang harum (aroma bunga). Aku coba<br /> mendekatinya lagi sambil melepaskan celanaku.<br /> Ketika aku coba menyentuh vaginanya dari<br /> belakang, dia berkata,<br /> "Sudah dong Rick..!" Aku coba mengerti, mungkin Kak Rini malu kalau<br /> cairan vaginanya aku jilati. Juga mungkin perasannya<br /> yang bersalah telah orgasme dihadapan adik<br /> sepupunya sendiri. Aku hanya memeluknya dari<br /> belakang sambil menempelkan penisku yang sudah<br /> ngeras habis dibelahan pantatnya, lalu aku belai- belai rambutnya, mencoba menghiburnya karena<br /> aku sendiri belum mencapai klimaks.<br /> "Kamu jahat.. rangsang aku sampai aku orgasme!"<br /> Katanya sewaktu aku sudah mulai menggesek-<br /> gesekkan penisku di pantatnya.<br /> Aku hanya diam, karena aku makin terangsang ingin memasukkan penisku ke vaginanya. Dan ketika aku<br /> makin kencang menggesekkan penisku yang mulai<br /> basah oleh sisa cairan vaginanya dan Kak Rini diam<br /> saja, aku lalu memutar tubuhnya sehingga dia<br /> kembali terlentang dan aku segera merenggangkan<br /> kembali pahanya, tetapi Kak Rini menolak sambil menarik aku dan berkata sambil membelai-belai<br /> wajahku..<br /> "Jangan sayang.. aku takut hamil selama Mas Tanto<br /> nggak ada disini" Katanya memohon pengertianku.<br /> "Tapi kak.. aku dah nggak tahan lagi.." Protesku.<br /> "Didubur aja Kak kalau nggak mau di vaginanya kakak..?!!"<br /> "Sakit sayang.. lagian nanti berbekas!" katanya<br /> memohon.<br /> "Kalau gitu kakak oral aja..!" kataku sambil<br /> menyodorkan penisku ke mukanya. Dia tampak<br /> kaget melihat penisku yang agak besar walaupun panjangnya cuman sekitar 15 cm.<br /> "Ok..tapi kalau udah mau keluar bilang ya..aku belum<br /> pernah nelan spermanya Mas Tanto!" Katanya sambil<br /> duduk dan membuka daster dan BH nya. Aku terpesona melihat bentuk payudara yang indah<br /> (punya pacarku saja yang dulunya aku bilang bagus<br /> masih kalah sama punyanya Kak Rini), sampai aku<br /> tidak tahan untuk tidak meremasnya..<br /> "Tete kakak bagus..!!" Pujiku. Kak Rini hanya<br /> tersentum manis, "Kalau udah mau keluar, gesekin aja di sini ya..!"<br /> Katanya sambil menunjuk ke payudaranya, lalu dia<br /> memegang penisku dan mulai mengulumnya,<br /> "Ssruupphh.." Bunyi kulumannya di kepala penisku<br /> yang agak besar sambil melumurinya dengan air<br /> liurnya. "Punyamu besar dan agak panjang dari Mas Tanto..!"<br /> Tapi aku tidak terlalu menghiraukan lagi kata-<br /> katanya disela hisapannya, karena aku sendiri sudah<br /> merasa terbang ke langit ketujuh. posisi kami<br /> awalnya sama-sama berlutut, Kak Rini mengulum<br /> penisku sambil tangannya meremas-remas buah pantatku, dan sesekali menyentuh lubang anusku,<br /> semuanya itu menambah rangsangannya. Aku<br /> memperhatikan kulit Kak Rini yang benar-bener<br /> mulus dari punggungnya sampai ke pinggangnya<br /> yang ditumbuhi bulu-bulu halus, bentuk pantatnya<br /> yang indah dan payudaranya yang menggelitik pahaku sambil mulutnya mengulum penisku..<br /> "Akhh.. kak.. duduk dong!" Kataku sambil berdiri<br /> karena rangsanagn yang dia berikan semakin<br /> memacu gairahku. Kak Rini pun duduk dan aku berdiri, lalu dia kembali<br /> memasukkan penisku ke mulutnya. Kali ini aku yang<br /> menggoyang pantatku ke depan ke belakang dan<br /> lidahnya menahan kepala penisku setiap pantatku<br /> kudorong kedepan sambil tangannya memeluk<br /> kedua pahaku. Beberapa menit kemudian aku sudah mulai merasakan desakan air maniku yang mau<br /> keluar, aku pun menarik keluar penisku, tapi karena<br /> hisapan yang kuat dari mulut Kak Rini, aku pun<br /> mendorongnya dan dia mengerti kalau aku sudah<br /> mau klimaks, Kak Rini segera berbaring dan<br /> memegang penisku lalu diarahkan ke payudaranya lalu menjepit dan aku disuruhnya untuk menggesek-<br /> gesekkannya sambil meremas payudaranya,<br /> sampai..<br /> "Akhh.. kakkh.. aku mau keluar..!!" Kataku sambil<br /> menggeleng-gelengkan kepalaku. Dan.. crot.. crot..<br /> banyak sekali air maniku yang muncrat di dada dan leher Kak Rini bahkan ada yang sampai mengenai<br /> mukanya.<br /> "Akhh.. kakak nikmat bangett..!!" Jeritku sambil tetap<br /> meremas payudaranya. "Bersihin dong Rick, sperma kamu banyak tuh..!!"<br /> Katanya sambil menyodorkan dasternya.<br /> Aku pun mulai menglap sisa-sisa spermaku di<br /> payudaranya, leher dan mukanya. Lalu aku ciumin<br /> bibirnya,<br /> "Makasih Rick.. kamu puasin aku malam ini!" Katanya "Kamu hebat.. pintar rangsang aku..!" Bisiknya malu-<br /> malu.<br /> "Dan mulai sekarang.. kamu nggak usah lagi<br /> tumpahin spermamu di celana dalam kakak yang<br /> udah kotor.. capek nyucinya.. hehe!!" Godanya,<br /> "Jadi kakak tahu kalau aku sering tumpahin spermaku di CD nya kakak??" Tanyaku malu..<br /> "Iyalah.. tapi nggak papa kok.. kakak suka.. aku juga<br /> sering ciumin CD kamu kok.. cuman kamu nggak tau<br /> kan?!!hehhe!!"<br /> Lalu katanya lagi, "Sejak dari pertama kenal, kakak<br /> sudah tertarik sama kamu, tapi kakak sembunyiin.. kamu aja yang agak berani.. terutama di atas kapal<br /> laut dulu!!". Malam itu kami lanjutkan bercerita tentang kejadian-<br /> kejadian yang kami alami selama ini yang sama-<br /> sama kami rahasiakan, semuanya dibongkar dengan<br /> jelas.. dan sambil bercerita, kami selingi dengan<br /> saling cium, melumat bibir, saling raba dan<br /> berpelukan. Kami tertidur sambil berpelukan dengan telanjang di ruang itu, setelah aku membuat Kak Rini<br /> orgasme sekali lagi walaupun dengan jari-jari<br /> tanganku (itu permintaannya sendiri) walaupun aku<br /> sebenarnya ingin merasakan vagina Kak Rini. Sejak saat itu, aku dan Kak Rini sering 'bercinta',<br /> walaupun Kak Rini belum mau aku memasukkan<br /> penisku ke vaginanya karena takut kalau-kalau dia<br /> hamil saat suaminya ada di luar negeri. Tapi paling<br /> tidak, aku tidak lagi cuma merasakan aroma<br /> vaginanya lewat CD nya, atau aroma tubuhnya yang sensasional di pakaiannya, tapi aku sudah bisa<br /> merasakan langsung, kapan saja aku mau. </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-16886420646046809332013-07-02T02:06:00.000-07:002014-03-10T15:41:41.981-07:00Cerita Seks Dewasa - Zaskia Yang Cantik Dan Mumul<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.masterporn.me/images/zrmh4wygmg59ozo44lpx.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="640" src="http://www.masterporn.me/images/zrmh4wygmg59ozo44lpx.jpg" width="500" /></a></div><br />”Rif, carilah istri lagi,” kata Zia.<br /><br />“Gila, Kamu! Apa maksudmu?!” sahut Rifa’i keras.<br /><br />Mata Zia berkaca-kaca, dadanya yang besar berdegub keras, tangannya sibuk memainkan jilbab biru mudanya. Rifa’i memandang lurus tepat di bola mata Zia, mencari-mencari apa yang ada dalam pikiran wanita cantik itu, istri tercintanya.<br /><br />Tiba-tiba Zia terisak pelan, meracau bebas. “Aku ikhlas, Rif. Aku ridho. Aku mau di madu.” Setelah kalimat terakhir, Zia menangis lebih keras lagi. Kali ini tersengal-sengal.<br /><br />Rifa’i memegang bahu Zia, matanya tak lepas menatap Cintanya. “Zia, kamu ngomong apa sih, Sayang?” kali ini nada suara Rifa’i melunak.<br /><br />“Rif, tidak pahamkah kamu, berapa lama kita menunggu-nunggu buah hati? Tak juakah kamu tahu, betapa aku sudah tidak mampu lagi mendengar pertanyaan dari Abah dan Umi, begitu juga Ibu dan Bapakmu, kakak-kakak iparmu, belum lagi para tetangga yang bergunjing? Sebelas tahun, Rif…” kata-kata Zia tercekat di leher. Wajahnya tiba-tiba memerah, kali ini tangisnya meledak keras tak terbendung hingga tangannya dingin, dan Rifa’i tak mampu menghentikan.<br /><br />***<br /><br />Zia menggeliat ketika matahari menerobos ruang kamarnya. Matanya yang bulat masih sembab, sisa tangis tadi malam. Ia terkesiap, mentari tampak malu-malu menampakkan dirinya, embun sisa hujan kemarin menetes di dedaunan, sedang dia masih berbaring malas. Melihat jam weker di samping mejanya, jam 05.30 Wib, Zia langsung mengambil handuk, berwudhu, dan menunaikan sholat. Setelahnya segera menuju dapur, namun langkahnya berhenti seketika begitu melewati ruang makan. Masakan telah terhidang, dan Zia langsung berpikir, Rifa’i. Siapa lagi yang membuat kejutan ini selain laki-laki itu, karena mereka hanya tinggal berdua.<br /><br />Bergegas Zia mencari sosok Rifa’i hingga dia menemukan suami tercintanya sibuk merapikan Laptop di ruang kerjanya. “Belum tidur, Rif?” kata Zia, mendapati Rifa’i dalam wajah kuyu. Dia langsung menghampiri, membantu Rifa’i berbenah. Kemudian, mata mereka saling bertatapan, kali itu dia melihat mata jengah Rifa’i.<br /><br />“Rif, makasih buat sarapannya. Maaf ya, aku kesiangan, mestinya aku…”<br /><br />Rifa’i meletakkan telunjuknya di bibir Zia, “Ssttt, sudahlah, Zia. Kamu telah melakukan ini sepanjang pernikahan kita, sebelas tahun, dan ini bukanlah hal yang kamu sengaja. Kamu telah melakukan yang terbaik, aku hanya ingin sesekali membantumu.” kata Rifa’i seraya berlalu.<br /><br />Tiba-tiba tangan Zia menahan langkah Rifa’i. “Rif, kemarin malam aku benar-benar serius.”<br /><br />Rifa’i membalik badan, memegang bahu Zia, menatapnya kembali. “Zia, Kalo kamu serius, baiklah aku setuju. Tapi kamu yang harus mencarikannya untukku.”<br /><br />Mata Zia sejenak berbinar, tadinya dia tidak yakin Rifa’i akan menyetujui niatnya, kini kekhawatirannya tidak terbukti. Akhirnya Rifa’i menyetujuinya!<br /><br />***<br /><br />Minggu pertama – minggu kedua, Zia menelepon seluruh teman baiknya, terutama yang belum menikah. Dia menawarkan ide untuk menikahi Rifa’i. Semua sahabatnya menyebutnya, GILA!<br /><br />Hingga akhirnya, hari itu Zia menyerah.<br /><br />Minggu ketiga – minggu keempat, Zia nekat menawarkan suaminya pada sebuah biro jodoh di koran yang pernah dibacanya. Sampai dengan minggu keempat, dia menerima puluhan surat jawaban. Dia mempelajari satu bersatu surat-surat jawaban yang dia dapat, membaca satu persatu. Zia menelitinya dan merasa tidak ada satupun yang sesuai dengn kriteria yang diinginkannya. Terutama adanya syarat untuk membuat surat keterangan berkaitan dengan test kesuburan. Hampir semua surat balasan tidak menyertakan surat keterangan tersebut. Hanya beberapa, tapi tidak memenuhi kriteria karena mereka mulai mengada-ada, hanya seperti menjual rahimnya.<br /><br />Zia tertunduk lesu.<br /><br />Minggu kelima – Minggu keenam, Zia menambah volume semangatnya mencarikan istri untuk Rifa’i, suaminya. Kali ini dia menawarkan Rifa’i kepada janda-janda yang dikenalnya dalam majelis taklim di sekitar rumahnya.<br /><br />Hingga suatu saat, Zia menemukan seseorang yang dianggap cocok, seorang janda satu anak, dan masih sangat belia, suaminya meninggal ketika menjadi TKI di luar negeri. Dengan setengah bergetar, Zia menerima kartu nama yang diberikan si janda. Wajah wanita itu mengingatkan Zia pada seorang artis sinetron di TV, Zaskia Adya Mecca.<br /><br />Zia mulai cemburu, hatinya berdegup kencang. Dia kembali melihat janda cantik itu, mulai dari wajah hingga postur tubuhnya yang aduhai. Zia kemudian menekuri dirinya. Wajahnya jelas kalah jauh dengan sosok wanita yang kini duduk dihadapannya, begitu juga warna kulitnya yang sawo matang, dibanding wanita itu yang kulitnya jauh lebih bersih dan bersinar.<br /><br />Tapi kemudian buru-buru dia tepis pikiran cemburu itu jauh-jauh, Zia kembali pada niat awal untuk mendapatkan calon pendamping sang suami.<br /><br />Lisna, begitulah nama panggilan si janda cantik.<br /><br />Zia, mulai mengatur jadwal kencan suaminya dengan janda itu. Malam harinya, Zia sengaja mengajak Rifa’i keluar untuk memperkenalkan Lisna pada sang suami.<br /><br />Lisna datang mengenakan gaun merah dan jilbab merah menyala. ”Cantik sekali!” batin Zia. Hatinya bergetar hebat. Hampir saja dia menangis, terlebih ketika dia melihat Rifa’i yang seakan terpesona oleh kecantikan Lisna.<br /><br />Sebagai sesama muslimah, Lisna menghargai Zia, sehingga dia bersikap sangat sopan, menunggu Zia memulai pembicaraan. Mereka mulai berbasa-basi memperkenalkan diri masing-masing, sesekali dia melihat mata Lisna melirik malu-malu pada Rifa’i. Dan kilatan mata itu, membuat jantung Zia seakan berhenti. Hatinya terasa terkoyak, Zia meremas jilbab yang ia kenakan. Sedang Rifa’i sepintas, tidak begitu tertarik. Dia malah sibuk memainkan HP-nya.<br /><br />***<br /><br />Minggu Kesepuluh<br /><br />Sudah tiga kali ini suaminya melakukan ta’aruf dengan Lisna. Dan untuk kali ketiga ini, Zia menemukan adanya perbedaan, mulai dari sikap, tindak tanduk, dan juga kebiasaan suaminya. Di matanya, Rifa’i terlihat semakin tampan dan bersih, serta mulai merubah penampilannya.<br /><br />Puncaknya adalah malam minggu ini, malam keempat dia mengajak Lisna makan malam, dan rencananya Lisna akan mengenalkan Rifa’i kepada keluarga besarnya.<br /><br />Zia tercekat ketika Rifa’i berpamitan dengannya. Ketika melangkah menuju pintu, dia menubruk Rifa’i dari belakang, memeluknya, terisak hebat di punggungnya.<br /><br />Rifa’i menoleh ke arah Zia, memandang wajah istrinya yang terisak, kemudian memegang dagu Zia, mencium keningnya. Rifa’i berkata lembut, “Ada apa, Sayang?”<br /><br />Zia menggeleng, namun sejurus kemudian dia berkata. “Rif, andaikata kamu mencintainya, dan berniat melangsungkan pernikahan, maukah kamu menceraikan aku, karena aku tidak tahan dengan semua ini. Aku mulai tidak ikhlas, Rif.”<br /><br />Kening Rifa’i mengernyit, seulas senyum nakal terurai di bibirnya. “Katanya kamu mau aku menikahi Lisna, dan kamu rela dimadu? Aku kan cuma menuruti kamu, Sayang. Karena aku sayang sekali sama kamu!” kata Rifa’i.<br /><br />Tangis Zia semakin keras. “Ternyata sulit menjadi ikhlas, Rif, ketika orang yang sangat kita cintai, harus berbagi cinta dengan yang lain. Tidak, Rif, aku tidak sanggup. Misalkan aku boleh memilih, jika memang kamu sudah terlanjur mencintainya, lebih baik kamu tinggalkan aku, dan menikahlah dengannya. Aku akan lebih menerima itu, karena aku tidak perlu melihat kalian bermesraan setiap hari di hadapanku.” cecar Zia.<br /><br />Rifa’i tak tak kuasa menahan tawanya, sejurus kemudian dia memeluk Zia, mencium keningnya dan berkata. “Zia, siapa yang akan menikah? Dan siapa yang akan meninggalkanmu? Kamu pikir begitu mudahnya cinta yang kita bina selama sebelas tahun lamanya berpindah hati. Sejak awal menikah, aku sudah memutuskan akan memberikan seluruh jiwa dan ragaku untuk membahagiakan kamu, menyayangi, mencintai, dan melindungi kamu, Sayangku. Ikatan pernikahan kita disaksikan Tuhan, dan menikah bukan permainan, Zia.” kata Rifa’i lembut.<br /><br />Zia tertegun, menghentikan isaknya, kemudian menjauhkan tubuh Rifa’i seraya berkata. “Loh, bukannya kamu sudah melakukan ta’aruf dengan Lisna? Lalu…”<br /><br />Rifa’i memotong kata-kata Zia, “Aku sudah memutuskan hubungan sejak hari pertama kami makan malam. Aku pikir kamu konyol sekali menjodohkan aku dengan wanita lain, dan kekonyolan itu harus diakhiri mulai hari itu. Aku memang sengaja merubah penampilan supaya bisa membaca reaksi kamu, ternyata cintamu masih sedalam ketika pertama kita menikah dulu.”<br /><br />Zia cemberut. Mencubit perut Rifa’i yang gendut. Sedetik kemudian mereka larut dalam cengkrama yang indah, hari ini hari terindah bagi Zia.<br /><br />Tapi, benarkah begitu ?<br /><br />***<br /><br />Sekitar pukul sembilan malam, Rifa’i gelisah menatap jam dinding yang jarumnya terasa lambat berputar. Disampingnya, Zia sudah tertidur pulas setelah sebentar digumulinya tadi, sedikit menumpahkan spermanya di memek Zia yang sempit. Rifa’i melirik arlojinya. Dandanannya sudah sesuai, rapat dalam balutan jaket kulit tebal, dengan bawahan jeans biru belel yang melekat longgar di kaki besarnya. Hari ini jadwalnya ia ’nge-ronda’.<br /><br />Tak lama, Rifa’i bergerak ke garasi dan dengan pelan mengeluarkan motor dari tempatnya. Dituntunnya sampai ke jalan, lalu berbalik untuk mengunci pintu rumah dan pagar depan. Dijumpainya para tetangga yang sudah berkumpul di pos ronda. Setelah berbasa-basi sejenak, Rifa’i meninggalkan uang 50ribu bagi mereka, sekedar untuk beli kopi dan cemilan. Hari ini ia tidak ikut nge-ronda, ada acara lain yang lebih menarik untuk dihabiskan di malam yang dingin dan sepi ini.<br /><br />Dengan motornya, Rifa’i meluncur ke sebuah komplek perumahan, komplek yang dihuni kelompok masyarakat menengah ke atas. Perumahan ini tampak lengang pada saat seperti ini. Lampu-lampu jalan klasik tampak menghiasi seluruh sisinya. Sangat indah. Taman-taman kecil bermunculan di setiap halaman rumah, tak ada barang sepetak tanah pun yang dibiarkan kosong. Benar-benar tempat hunian yang nyaman dan indah.<br /><br />Rifa’i memarkir motornya di blok agak belakang. Seorang wanita cantik berperawakan sedang sudah menunggu dengan senyumnya yang indah. Pagar terbuka, dan wanita itu menyalami Rifa’i.<br /><br />”Tidak ngantuk kan?” tanya Rifa’i sambil melangkah masuk memasuki ruang tamu.<br /><br />”Agak sih, habis sudah malam sekali.” jawab wanita berjilbab mirip Zaskia Adya Mecca itu. Ya, wanita itu adalah Lisna!<br /><br />Saat dia berbalik, bermaksud untuk menemani Rifa’i duduk, saat itu juga Rifa’i menyergap dan memeluknya, lalu merengkuhnya dalam ciuman dan kecupan panas yang membabi buta. Lisna tak sempat mengelak, dia hanya bisa pasrah meringkuk dalam rangkulan Rifa’i yang memang bertubuh jauh lebih besar darinya.<br /><br />Nafas keduanya sangat memburu. Pelukan-pelukan tangan kekar Rifa’i yang mulanya meremas pantat montok Lisna, kini berpindah ke lengan, sementara mulutnya berusaha mengecup payudara Lisna yang membusung indah di balik dasternya.<br /><br />”P-pintunya... mas!” lirih Lisna.<br /><br />Enggan, Rifa’i melepas tubuh montok wanita cantik itu untuk bergerak ke arah pintu dan menguncinya dari dalam. Lalu dengan tak sabar dia menyerbu Lisna kembali, menangkapnya seperti bola dan merebahkannya di sofa merah yang ada di ruang tamu, yang menerima hempasan badan kedua insan yang lagi diamuk birahi itu dengan enggan.<br /><br />Tangan keduanya saling bergerilya. Lisna yang tidak mau diam diserang oleh Rifa’i, mulai berani menarik sabuk di pinggang laki-laki itu. Rifa’i membiarkannya saja, dengan bertumpu pada lutut, dia tampak sedang sibuk melepas kait BH Lisna. Daster yang tadi dikenakan oleh wanita cantik itu sudah teronggok di lantai. Kini yang tersisa hanya jilbab biru muda dan celana dalam hitam berenda yang menempel di tubuh molek Lisna. Itupun tidak lama, karena Rifa’i mulai menyusupkan salah satu tangannya ke balik celana dalam Lisna setelah berhasil membetot BH-nya.<br /><br />”Sshhh...” rintih Lisna menahan gejolak saat jari tengah Rifa’i mulai menyentuh lapisan daging membusung berambut tebal miliknya.<br /><br />”Hhhh...” desah Rifa’i kala tangan Lisna sudah menggenggam kontolnya yang tegang habis.<br /><br />Tubuh mereka bertindihan. Lisna menggigit-gigit puting di dada Rifa’i, sementara Rifa’i asyik menusuk-nusuk lembut lubang sempit Lisna dengan jari tengahnya. Mata liar Rifa’i melirik ke bawah, ke lubang sempit berbulu rimbun milik Lisna.<br /><br />”Sempit sekali, Lis.” erang Rifa’i.<br /><br />”Punyamu juga besar, mas.” balas Lisna. ”Aku takut!” bisiknya manja, terlihat semakin cantik dan menggemaskan.<br /><br />”Kau sudah pernah melahirkan, punyaku tak akan terasa terlalu menyakitkan.” Rifa’i membujuk.<br /><br />”Aku melahirkan lewat bedah,” Lisna menjelaskan sambil mengocok cepat rudal Rifa’i, membuat Rifa’i merem melek keenakan dan mencongkel lubang kencing Lisna semakin dalam.<br /><br />”Aku akan pelan-pelan,” Rifa’i terus membujuk.<br /><br />”Pokoknya aku takut, jangan malam ini.” Lisna menggeleng, tapi tangannya semakin bersemangat mengocok penis Rifa’i.<br /><br />”Kau selalu begitu. Aku sudah tak tahan!” balas Rifa’i.<br /><br />”Biar kuemut saja, seperti biasanya.” tawar Lisna, wajah jelitanya yang masih berbalut jilbab tampak merah merona. Dia lalu turun dari sofa.<br /><br />Rebahan pasrah, Rifa’i memberikan kontolnya yang gundul pada Lisna. Wanita itu jongkok dan membelai-belainya sebentar, sebelum tanpa ragu, mulut kecilnya terbuka dan langsung melahapnya dengan rakus. Dia terlihat kepahayan saat melakukannya, tapi tetap tidak mau menyerah. Dengan sepenuh hati, Lisna terus menghisap batang coklat panjang itu.<br /><br />”Ehhhm...” Rifa’i menggelinjang hebat. Dia bertekad untuk tidak sampai ejakulasi di mulut Lisna. Harus malam ini, tekadnya. Setelah tiga kali tidur dengan wanita itu, Rifa’i memang belum pernah mencicipi lubang surgawi Lisna. Dia harus puas hanya dengan petting dan oral saja. Setiap kali Rifa’i meminta, Lisna selalu beralasan, ”Akan kuberikan kalau kita sudah menikah!” dan tentu saja, Rifa’i tidak menginginkan hal itu. Baginya, istri satu-satunya adalah Zia. Lisna cuma obyek pelampiasan nafsunya saja, sama seperti wanita-wanita lain yang pernah diperkenalkan Zia pada dirinya.<br /><br />Ya, Zia tidak pernah mengetahui kalau cara ta’aruf Rifa’i adalah seperti ini. Tidak cuma berkenalan dan ngobrol biasa, Rifa’i juga meminta setiap calon istrinya untuk mau diajak tidur bareng. Dengan alasan ’tes kesuburan’, para perempuan itu harus bisa memuaskannya di atas ranjang. Dan sampai sejauh ini, Lisna lah yang paling berhasil. Rifa’i sangat berhasrat pada kembaran Zaskia Adya Mecca itu.<br /><br />”Ah, aku capek, mas.” keluh Lisna setelah berlalu limabelas menit, kontol Rifa’i masih saja mengacung tegak. Bibir Lisna sudah sedikit kelu gara-gara kebanyakan menyedot precum Rifa’i, sementara tangannya sudah pegal mengocok daging panjang itu. Kalau saja ukuran penis Rifa’i biasa-biasa saja, tentu Lisna tidak akan secapek ini. Tapi kelamin Rifa’i memang lain, benar-benar luar biasa. Belum pernah Lisna melihat kontol sebesar ini, begitu panjang, keras, dan agak miring ke kanan seperti menara Pisa. Punya suaminya yang sudah almarhum saja tidak seperti ini.<br /><br />”Aku masih belum keluar, Sayang.” rengek Rifa’i sambil memijit puncak payudara Lisna, memilin-milin putingnya yang berwarna merah kecoklatan dengan dua jarinya. Sekonyong-konyong, laki-laki itu berdiri dan mengangkat tubuh molek Lisna, lalu digendongnya menuju kamar. Dengan tidak mempedulikan pintu kamar yang masih terbuka, Rifa’i merebahkan tubuh Lisna ke atas ranjang.<br /><br />”Mas, kau mau apa?” tanya Lisna ragu-ragu.<br /><br />”Aku menginginkanmu, Lis.” jawab Rifa’i. Tangannya kembali meremas-remas tonjolan daging bulat di dada Lisna.<br /><br />”Kau mencintaiku?” tanya Lisna lagi.<br /><br />”Apakah itu yang kau harapkan agar aku bisa mendapatkan vaginamu?” Rifa’i bertanya balik. Dia menciumi puting Lisna yang mencuat indah secara bergantian.<br /><br />”Aku butuh kejelasan.” Lisna memaksa.<br /><br />”Aku tidak bisa berjanji, aku masih takut untuk berkomitmen.” Rifa’i mencucup dan menggigitnya berulang kali.<br /><br />”Kau hanya ingin tubuhku!” tuduh Lisna, mendorong kepala Rifa’i dari atas buah dadanya.<br /><br />”Tapi kau juga menikmatinya kan?” Rifa’i memandang mata wanita cantik itu.<br /><br />”Aku tidak serendah itu,” desis Lisna judes.<br /><br />”Hehe, aku memang lebih tinggi daripada kamu, Sayang.” Rifa’i mengedipkan matanya menggoda.<br /><br />”Dasar!” Lisna merajuk manja.<br /><br />”Aku akan jongkok, biar tinggi kita sama.” dan benar saja, Rifa’i mulai menekuk kakinya hingga kepalanya berada tepat di depan selangkangan Lisna. Dihadapannya kini terpampang paha mulus dan vagina licin milik wanita cantik itu. Dengan bulu keriting yang hitam tebal, seonggok daging surgawi itu terlihat begitu menggairahkan. Rifa’i membenamkan mukanya disana.<br /><br />”Ehsss... mas!” Lisna langsung menggelinjang, kakinya terbuka semakin lebar, sementara tangannya sibuk menjambak rambut panjang Rifa’i.<br /><br />”Aku jilat ya?” goda Rifa’i.<br /><br />”Hiyaaaaa...” belum selesai Lisna mengerang, dirasakannya sapuan lembut lidah basah Rifa’i di sela-sela gundukan daging kemaluannya. Lidah itu dengan pasti membelah laut merah miliknya, dan mulai menusuk kesana-kemari begitu cepat. Sementara di atas, tangan Rifa’i bergerak lincah mencari puting susu Lisna dan langsung memencetnya kuat-kuat begitu mendapatkannya.<br /><br />”Auw, mas!” Lisna menjerit kesakitan. ”Pelan-pelan!” Kedua putingnya terasa kaku dan mengeras, tanda kalau ia juga sudah pengen. Dengan jempol dan telunjuknya, Rifa’i terus memilin dan menjepit daging mungil itu.<br /><br />”Aku masukkan yah?” pinta Rifa’i sambil menyiapkan penisnya.<br /><br />”Jangan!” jawab Lisna cepat.<br /><br />”Kuperkosa saja kalau begitu,” Rifa’i mengedipkan mata.<br /><br />Lisna melotot, namun tangannya merangkul pinggang Rifa’i. Laki-laki itu agak berdiri sekarang. Rifa’i menarik kaki Lisna sampai kemaluannya pas di depan bibir vagina wanita cantik itu. Tanpa suara, Rifa’i menatap Lisna, berusaha meyakinkannya agar tidak usah takut.<br /><br />Lisna akhirnya mengangguk, ”Lakukan, mas.” bisiknya lirih.<br /><br />Tersenyum, Rifa’i mengucapkan terima kasih dan menggenggam batang penisnya, siap-siap diluncurkan ke sasaran; lubang kelamin Lisna yang masih kelihatan mungil dan sempit.<br /><br />”Pelan-pelan, mas!” lirih Lisna. Meski masih agak takut, namun hatinya sedikit tentram melihat mata elang Rifa’i yang penuh perlindungan.<br /><br />Rifa’i menarik lagi kaki Lisna. Ujung kelaminnya sudah menempel di liang surga milik sang kekasih, terasa hangat dan licin disana. ”Tahan sedikit,” kata Rifa’i. Sekoyong-konyong, ditariknya pinggang Lisna mendekat. Dan dengan sedikit menekuk lutut, dia menghujamkan penisnya keras-keras ke arah kemaluan wanita cantik itu.<br /><br />”AAHHHHHH...!!!” Lisna menjerit pilu sambil berusaha memundurkan pantatnya, sementara tangannya bertumpu pada ranjang.<br /><br />Tapi Rifa’i yang sudah telanjur merasakan sensasi nikmat saat kepala rudalnya menyerodok lubang sempit Lisna, tidak mau melepaskan kesempatan itu begitu saja. ”Iya, tahan, Sayang. Ini baru ujungnya.” bisiknya.<br /><br />”Ohh... ampun, mas! Sakit!” rintih Lisna ketakutan. Pahanya berusaha menutup. Tapi tentu saja Rifa’i lebih kuat, dia membukanya lagi hingga kedua paha itu kembali terkuak ke sisi ranjang. Dan tanpa membuang waktu, Rifa’i menyodok lagi. Sangat keras. Sambil tangannya menarik pantat bulat Lisna ke arahnya.<br /><br />Tentu saja perbuatannya itu langsung membuat Lisna menjerit tak karuan.”ADUUUHHH... ADUDUUUUHHHH... AMPUN, MAS! SAKITTT!!!” air mata tampak mengalir di sudut matanya.<br /><br />Rifa’i menahan nafas, berusaha meresapi saat dinding-dinding kemaluan Lisna yang hangat dan basah membungkus batang penisnya, sepenuhnya. Ehm, sangat nikmat sekali! Terasa sedikit kencang dan berkedut-kedut. Seperti hidup saja layaknya.<br /><br />Rifa’i merebahkan tubuhnya, menindih tubuh molek sang kekasih. Bertumpu pada siku dan lututnya, ia mendorong badan Lisna agar sedikit bergeser ke tengah ranjang. Dengan alat kelamin yang masih bertaut erat, keduanya berbaring agak ke tengah. Rifa’i menunduk, mencium dan melumat habis bibir Lisna yang terasa manis, memainkan lidahnya di dalam mulut wanita cantik beranak satu itu.<br /><br />Lisna yang mulai merasakan kenikmatan, pelan-pelan merangkul tubuh gemuk Rifa’i. Rasa sakit yang tadi ia rasakan perlahan menghilang, digantikan oleh rasa geli dan nikmat yang menjalar cepat di sekujur lubang kemaluannya. ”Goyangkan, mas! Aku sudah siap,” pintanya tak lama kemudian.<br /><br />”Tentu, Sayang.” sedikit menarik penisnya, Rifa’i menggesek pelan lorong kemaluan sang kekasih. Lisna yang tidak ingin kehilangan momen, mengejar dengan menaikkan pantatnya, seakan-akan takut kontol Rifa’i akan lepas meninggalkan lubangnya. Pada saat itulah, dengan sangat keras, Rifa’i menghujamkan penisnya ke bawah.<br /><br />JLEEBBBB...!!!<br /><br />”Ahhhhhhh...” Lisna berteriak keenakan.<br /><br />”Oughhhhh...” Rifa’i yang juga merasa nikmat, mengerang dengan tubuh gemetaran.<br /><br />Di luar, hujan mulai turun. Suasana semakin dingin di dalam kamar yang tidak ber AC itu. Tapi kedua insan berlainan jenis itu semakin panas saja bergulat mereguk kenikmatan. Keduanya sekarang malah sudah sangat berkeringat.<br /><br />Punggung Rifa’i yang lebar tampak hampir menutupi seluruh tubuh Lisna yang berbaring pasrah di bawahnya. Jilbabnya sudah terlepas, menampakkan rambut panjang Lisna yang terurai hingga ke punggung. Tangan wanita itu menggelayut manja di bahu Rifa’i, sementara kakinya melingkar ke paha Rifa’i, seakan meminta pada Rifa’i agar memasukinya lebih dalam lagi. Tanpa merasa letih, Rifa’i memberikannya. Ia ayunkan pinggulnya dengan lincah ke selangkangan Lisna yang sudah sangat licin dan becek. Kadang-kadang suara seperti closet mampet muncul akibat gesekan alat kelamin mereka.<br /><br />Saat itulah, selagi asyiknya-asyiknya mengayuh, tiba-tiba... ”Om, om kok nindih mama?” tanya suara mungil yang berdiri di ambang pintu.<br /><br />”Dimas?” Lisna dan Rifa’i berkata secara bersamaan. Mereka spontan menghentikan gerakan. Rupanya suara petir membangunkan bocah kecil itu. Dan anak yang ketakutan ini bermaksud mencari ibunya, yang ternyata asyik bersenggama dengan Rifa’i. Dimas memang sudah mengenal Rifa’i, yang suka bawa oleh-oleh setiap kali datang ke rumah.<br /><br />”Eng... karena mamamu juga takut petir, jadi om peluk.” jawab Rifa’i sambil tersenyum. Di bawah, penisnya masih menancap kokoh di liang kelamin Lisna. Sejenak Rifa’i berpikir, apakah bijaksana mempertontonkan adegan dewasa ini di depan anak berumur lima tahun? Namun nafsunya yang terlanjur menggebu-gebu, mendorongnya untuk terus melampiaskan kenikmatan yang sudah susah payah ia cari selama satu bulan ini. Ketika baru berhasil, tentu saja Rifa’i tidak mau melepasnya begitu saja. Dia harus tetap mendapatkan memek Lisna, janda cantik yang dikasihinya, apapun yang terjadi.<br /><br />”Ma?” panggil Dimas lagi.<br /><br />Lisna tersentak. Dia berusaha tersenyum pada sang putra diantara gairahnya. ”Kembalilah ke kamarmu, nanti mama kesana.” katanya berat.<br /><br />”Dimas takut, Ma.” bocah itu menggeleng.<br /><br />”Jangan takut, Dimas.” Rifa’i menarik rudalnya sedikit sebelum menghempaskannya dengan nikmat, membuat Lisna yang berusaha menahan gairahnya sekuat tenaga, mendelik tidak suka. ”Kamu boleh tidur disini.” jelas Rifa’i gokil. Dia terus menggoyang pinggulnya maju-mundur. Lisna hanya bisa merintih pelan tanpa tahu harus bagaimana membalas serangan laki-laki itu, sekarang ada Dimas yang berdiri di sampingnya.<br /><br />Tapi di luar dugaan, ”Dimas bantu yah?” si bocah naik ke atas ranjang dan ikut mendorong-dorong pantat Rifa’i.<br /><br />”Aih, Dimas!” Lisna ingin melarang, tapi Rifa’i segera membungkam mulutnya dengan ciuman.<br /><br />Rifa’i tertawa merasakan tangan mungil Dimas menempel di pantatnya. Dengan bantuan bocah itu, Rifa’i terus menghujamkan penisnya, menikmati rapatnya selangkangan Lisna, sang mama. ”Lihat, Dimas. Mamamu suka. Dia pengen diginiin terus.” kata Rifa’i sambil menunjukkan wajah Lisna yang merem melek keenakan pada Dimas.<br /><br />”Iya, Om. Terus. Dimas juga sayang mama.” kata bocah itu polos.<br /><br />”Ahh, Dimas.” Lisna melenguh, sangat keberatan dengan apa yang terjadi, tapi tak kuasa untuk menghentikannya. Goyangan Rifa’i lama kelamaan menjadi semakin cepat, juga tak beraturan, membuat Lisna yang kepayahan mulai mengerang pilu. ”Ehss... mas! Ughhhh...” dia meremas payudaranya sendiri, dan memberikan putingnya yang merah merekah pada Rifa’i untuk diemut. Ini tanda kalau orgasme wanita cantik itu sudah semakin mendekat.<br /><br />Rifa’i yang sudah hafal, sambil mengulum puting Lisna, menggerakkan pinggulnya semakin dalam. Saat dirasakannya cairan Lisna menyembur kencang, ia pun menarik keluar penisnya, tapi tidak sampai lepas, lalu menyorongkannya kembali kuat-kuat.<br /><br />Crooot... crooott... Rifa’i ejakulasi! Sekitar sepuluh semprotan cairan kental meledak di lorong kemaluan Lisna, si janda cantik yang mirip Zaskia Adya Mecca. Penuh kepuasan, Rifa’i merebahkan diri di atas tubuh Lisna yang molek. Dia tidak berani mencabut penisnya, malu dilihat oleh Dimas.<br /><br />”Om, itunya bocor.” teriak Dimas tiba-tiba, tangannya menunjuk kelamin Lisna dan Rifa’i yang masih bertaut.<br /><br />Rifa’i mahfum, pasti spermanya ada yang merembes keluar. Biasanya begitu sih. Dengan enggan, terpaksa Rifa’i menarik keluar penisnya. Diperhatikannya lubang vagina Lisna yang kini sudah bonyok dan basah. Penis Rifa’i sendiri terlihat sudah agak lemas, menggantung pasrah diantara kedua paha laki-laki itu.<br /><br />”Ih, Om jorok!” Dimas bergidik melihat rudal Rifa’i yang berleleran sperma dan masih menetes-netes.<br /><br />Lisna cepat bangkit dan mencari pakaian di lemari, dapat sebuah daster kebesaran, tak apalah. Segera dikenakannya untuk menutupi tubuh sintalnya yang telanjang. Saat berbalik, didapatinya Rifa’i masih telanjang bulat. Penisnya sudah tegang lagi karena asyik dipermainkan oleh Dimas.<br /><br />”Burung Om besar ya?” kata bocah itu.<br /><br />”Punya Dimas nanti kalau sudah besar juga besar kok.” sahut Rifa’i.<br /><br />Buru-buru Lisna mengambil putranya dan membawanya pergi ke kamar sebelah. ”Sekarang Dimas tidur ya,” katanya sebelum menutup pintu, matanya mendelik pada Rifa’i.<br /><br />Rifa’i cuma tertawa saja menanggapinya.<br /><br />***<br /><br />Gerimis masih mengguyur sepanjang perjalanan pulang Rifa’i. Di pos kamling, para peronda sudah pada bubar. Suasana sepi dan dingin. Memang lebih enak menghabiskan waktu di rumah bersama istri daripada dikerubuti nyamuk di pos ronda. Rifa’i memasukkan motornya ke garasi dan mengunci pintu pagar depan. Setelah mengeringkan tubuhnya yang basah, ia menghampiri Zia dan berbaring di sebelahnya. Dikecupnya pipi perempuan yang sudah mendampinginya selama sebelas tahun itu. Zia sedikit membuka matanya, bergumam entah apa, dan kembali terlelap. Rifa’i ikut memejamkan mata. Kelelahan setelah bermain dua ronde dengan Lisna membuat dia terlelap tak lama kemudian.<br /><br />***<br /><br />Minggu berikutnya, hari Rabu pagi, Zia berdandan ekstra keren. Hari ini adalah peringatan sebelas tahun pernikahannya. Dia ingin memberikan kejutan pada Rifa’i. Dipakainya jilbab merah menyala biar matching dengan warna motornya. Juga ikat pinggang warna serupa. Sendal yang belum lama ia beli, tak ketinggalan dipakai. Zia hari ini ingin tampil sempurna di hadapan Rifa’i yang sudah sejak tadi berangkat ke kantor. Katanya ada rapat pagi-pagi. Ah, dasar Rifa’i.<br /><br />Dengan perasaan meluap-luap, Zia menstarter motornya. Dia harus mampir ke toko kue dulu, mengambil kue tart besar yang sudah ia pesan dari kemarin. Baru setelah itu ia akan pergi ke kantor suaminya, mengejutkan Rifa’i dengan merayakan ultah pernikahan mereka disana. Tapi di tengah perjalanan, Zia tergerak untuk mampir sebentar ke sebuah pusat perbelanjaan terkenal. ”Aku lupa membelikan kado buat Rifa’i.” kata Zia pada dirinya sendiri.<br /><br />Langkah wanita itu ringan memasuki mall yang luas dan megah itu. Dia bergerak cepat menuju area lelaki, mencari sebuah dasi biru tua yang sudah lama diidam-idamkan oleh Rifa’i. Setelah mendapatkannya, meski harganya cukup mahal, Zia melangkah pelan ke arah kasir. Saat itulah, pandangannya terpaku. Dikerjapkannya mata berkali-kali hingga maskara-nya belepotan. Tidak. ia tak salah lihat. Di depan sana...<br /><br />Uh, kedua lutut Zia mulai gemetar, apalagi saat mendengar suara tawa laki-laki itu. Di benaknya terbayang percakapan seminggu yang lalu. Baru saja Zia merasa menjadi wanita yang paling bahagia, tapi kini...<br /><br />Perempuan berjilbab merah itu merasa gemetar di lututnya menjadi semakin keras. Lalu perasaan dingin merayapi tubuh sintalnya. Perlahan pandangannya menggelap. Suara gedebuk keras pun terdengar saat tubuh Zia terjatuh, mengagetkan pasangan yang sedang berangkulan mesra di depan kasir. Lisna dan Rifa’i.<br /><br />END </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-15875076083390064762013-07-02T02:03:00.000-07:002014-03-10T15:41:41.992-07:00Cerita seks Babby Margaretha xxx<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://www.masterporn.me/images/46jpq5fgyyedoexz3v7.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="http://www.masterporn.me/images/46jpq5fgyyedoexz3v7.jpg" width="240" /></a></div><br /><br />Baby Margaretha, model seksi tanah air, namanya kini semakin <br /> terkenal, ia juga pernah muncul di film horror lokal Pocong Mandi Goyang<br /> Pinggul bersama artis porno Sasha Grey. Muda, cantik, dan memilki tubuh<br /> seksi yang menggoda. Pose-pose sensual Baby telah banyak menghiasi <br /> majalah-majalah dewasa membuat setiap orang terutama pria menelan ludah <br /> melihatnya. Meskipun Baby memiliki body yang aduhai dan senyuman yang <br /> menggoda, Baby bukanlah orang yang sombong. Kadang tak segan ia menolong<br /> orang yang ia temui atau mengucapkan "terima kasih" pada yang <br /> membantunya, Untuk kasus yang terakhir, ada seorang pria beruntung yang <br /> pernah menerima ungkapan terima kasih ‘spesial’ darinya<br /> <br /> .<br /> <br /> -----------------------------------------<br /> <br /> Introduction<br /> <br /> <br /> <br /> Alkisah<br /> Parjo atau yang biasa dipanggil Jo, seorang pemuda yang sudah mendekati<br /> kepala tiga umurnya, meninggalkan kampungnya untuk mengadu nasib di <br /> Ibukota. Malang karena tak ada koneksi, bekerja serabutanlah ia mulai <br /> dari menjadi kuli hingga tukang kebun. Namun Jo bukanlah orang yang <br /> mudah menyerah, ia percaya bahwa semangat, mau belajar, dan jujur pasti <br /> akan membawanya sukses (yang terakhir perasaan dah pada jarang deh ^^i).<br /> Tidak sia-sia, berkat keuletannya, ia diminta salah seorang temannya <br /> untuk bekerja di studio photo bos temannya di Jakarta. Yah... meskipun <br /> kerjaannya juga tidak jauh-jauh dari fisik namun setidaknya gaji yang <br /> dia peroleh lebih baik dan cukup untuk dia bagi dengan keluarganya di <br /> kampung. Suatu pagi Jo sudah berangkat menuju studio tempat ia bekerja. <br /> Pagi ini Pak Rudi, bosnya, meminta ia untuk membantu beliau menyeting <br /> studio dan membersihkannya. Pak Rudi mengatakan bahwa nanti sore beliau <br /> mau mengadakan pemotretan beberapa model hingga malam.<br /> <br /> "Jooo.... <br /> bersihkan ruangannya segera, itu kabel kau gulung yang rapi, yang tak <br /> kepake kau simpanlah di gudang sana. Setelah itu kau atur sofanya <br /> seperti yang aku bilang tadi, ingat Jo.... hati-hati itu barang mahal, <br /> terserah kau garap kapan, pkoknya nanti malam harus sudah siap!" teriak <br /> bosnya.<br /> <br /> "Siap Pak!" Jo menyahut.<br /> <br /> "Kau sekarang ikut aku ke taman kau angkut peralatan di lemari nomor tiga. E itu rumput sudah kau rapikan kemarin?"<br /> <br /> "Sudah Pak!" Jo menyahut.<br /> <br /> "Bagus, sekarang cepat kau ambil perlatannya, setengah jam lagi mereka datang."<br /> <br /> Yah<br /> itulah bos si Parjo, yang memang agak galak, dan mau seba cepat. Hampir<br /> tidak ada asisten yang betah bersamanya. Namun Parji dengan kesabaran <br /> dan keuletannya mampu bertahan. Untunglah Pak Rudy bukanlah orang yang <br /> pelit. Tak jarang, ketika beliau senang dengan pekerjaan Parjo, beliau <br /> mengajak makan Parjo di restoran mewah, atau memberinya uang rokok <br /> berlebih. Namun buah kesabaran dan kejujuran Parjo belumlah pada <br /> puncaknya. Namun hari ini adalah permulaannya. Ya, pagi itu, studio <br /> tersebut sangat ramai. Banyak proyek yang harus dikerjakan. Model-model <br /> baik pria maupun wanita datang silih berganti. Hingga menjelang jam 9 <br /> malam ketika sesi pemotretan terakhir.Om Rudy... mav <br /> Baby telat om. Agak Macet di jalan. Ngomong-ngomong tidak bisa besok ya <br /> om??" tanya seorang wanita cantik dan seksi.<br /> <br /> "Selamat malam baby. <br /> Om tidak bisa, deadline sudah dua hari lagi, besok om ada jadwal lain, <br /> dan masih harus mengedit hasilnya, ngomong-ngomong sendiri kau datang <br /> kemari? Mana supir kau?" tanya Om Rudy.<br /> <br /> "Pak Supri sedang pulang kampung anaknya sakit, besok siang baru pulang, makanya Baby minta besok om" jawab Baby.<br /> <br /> "Siapakah<br /> cewek itu?" Jo bertanya dalam hati, matanya melihat gadis itu dari <br /> ujung kaki hingga ujung kepala. "bukan main sexynya" pikirnya.<br /> <br /> Ya saat itu Baby Margaretha menggunakan rok dia atas lutut dengan tanktop dipadu dengan jaket jeans biru, so sexy.<br /> <br /> "Parjooo.... sini kau bantu saya kerja!" tiba-tiba bosnya berteriak membuyarkan lamunannya.<br /> <br /> Si...siap Pak..!"<br /> <br /> Setelah sesi pemotretan tersebut usai, Baby Margaretha membereskan tasnya hendak pulang ke apartemennya.<br /> <br /> "Baby, lebih baik kamu menginap di rumah om saja, nanti om bilang sama istri om, tidak baik pulang malam-malam" kata om Rudy.<br /> <br /> "Tidak apa-apa om, Baby sudah biasa, Baby sudah tahu mana rute yang aman, om" jawabnya.<br /> <br /> "Yakin kau tak mau menginap?"<br /> <br /> "Iya om tidak apa-apa."<br /> <br /> Akhirnya Baby memacu kendaraannya. (dering ringtone HP),<br /> <br /> "Wah<br /> hape Baby ketinggalan, kebetulan rumahnya dekat kos kau Jo, kau <br /> antarkan ke sana ya, Rumahnya di Perumahan xxxxxx no xx kau tahu kan?"<br /> <br /> "Tau<br /> bos, kos saya tidak jauh dari situ" jawab Jo. Malam itu ia pun segera <br /> memacu motor lamanya, untuk mempersingkat waktu, ia menerabas <br /> jalan-jalan kampung.<br /> <br /> -------------------------------<br /> <br /> The Mistake<br /> <br /> <br /> <br /> "Uh sial, kena paku lagi, mana malam-malam begini" keluh Baby Margaretha<br /> <br /> Ban mobilnya tertusuk paku sangat dalam. Membuatnya harus terhenti.<br /> <br /> "Duh coba gue tadi nginep aja" keluhnya.<br /> <br /> Sebenarnya<br /> Baby belumlah terlalu hapal rute yang aman, dia hanya melalui rute <br /> singkat menghindari tol, sebab dia sering menyuruh supirnya pada siang <br /> hari untuk melakukan itu supaya ia bisa cepat mencapai studio tempat ia <br /> melakukan sesi foto atau ketika ia pulang agar cepat sampai. Celakanya,<br /> menjelang tengah malam, kawasan itu biasanya rawan. sudah banyak <br /> penodongan terjadi di sana. Ia kini menyesal mengapa ia tidak mengiyakan<br /> tawaran om Rudy untuk menginap di rumahnya. Dalam kebingungan Baby <br /> melihat-lihat apakah ada orang yang dapap dimintai pertolongan. <br /> Tiba-tiba datanglah beberapa orang bertampang preman. Yang Pertama si <br /> Gendut Bruno. Bruno sebetulnya tidaklah terlalu gendut. Perawakannya <br /> tinggi besar. Satunya lagi si kurus Tomi. Kulitnya gelap dengan rambut <br /> jarang-jarang. Mereka berdua termasuk preman di daerah tersebut. Tak <br /> jarang mereka mencegat kendaraan yang lewat malam hari untuk sekedar <br /> memalak korban-korban mereka. Melihat korban mereka kali ini adalah <br /> seorang gadis muda cantik nan seksi, mereka mengubah pikiran mereka <br /> untuk tak sekedar memalaknya.<br /> <br /> "Hehehe... sayang ki, kalo cuman dipalak, dah lama gak liat awewe hot euy" kata si gendut.<br /> <br /> "Ah ko bisa saja bro, benar, mending kita garap dia dulu hahaha...." timpal si kurus. Mereka pun mendekati Baby yang malang.<br /> <br /> "Oh<br /> my god, siapa mereka? Jangan-jangan...." Baby merasa tidak enak dalam <br /> hati melihat kedatangan para pria bertampang tidak bersahabat itu.<br /> <br /> "Hahaha.... Sendirian aje nih Neng Cantik?" sapa si gendut tiba-tiba membuat Baby kaget setengah mati.<br /> <br /> "Aduh... gawat..." katanya dalam hati.<br /> <br /> "Kenapa Neng? Ban bocor ya? Kasihan.... sini abang bantuin pompain bannya Neng hehehe..." timpal si kurus cekikikan.<br /> <br /> "Eh... enggak bang makasih" kata Baby dengan senyum dipaksa walau mengetahui dirinya dalam bahaya.<br /> <br /> "Ah Jangan gitu non, kita mau kok bantuin Non, asal..." kekeh si gendut sambil melirik si kurus.<br /> <br /> "Asal non bantuin kita-kita juga hahaha...." tawa si kurus sambil dengan tiba-tiba ia memegang payudara Baby.<br /> <br /> "Hei...jangan kurang ajar kalian!” bentak Baby Margaretha seraya menutupi dadanya dengan kedua tangannya.<br /> <br /> "Uih.. kenyal cuy, kencang nian body nih cewek huahahaha..." sahut si kurus terkekeh.<br /> <br /> <br /> <br /> Mereka pun kemudian melingkari Baby mengepungnya. Tiba-tiba "plak" tangan si gendut menampar dan memainkan pantat Baby<br /> <br /> "TOLOOONNGG!!" teriak Baby dengan panik.<br /> <br /> "Hahaha... teriak aja Non, nggak bakal ada yang ngedengerin, rumah orang-rang pada jauh dari sini" ejek si gendut.<br /> <br /> "TOLOOONNGG....." Baby kembali berteriak sambil merangsek ke depan berusaha kabur.<br /> <br /> Namun<br /> si gendut yang sudah menduga gerakannya, segera menangkap dan membekap <br /> mulutnya dari belakang sehingga Baby tidak dapat bergerak dan berteriak.<br /> <br /> "Mmmpphh.... Mmpphh..." Baby kini hanya bisa menggumam.<br /> <br /> "hihihi...ayo manis, kita main-main sebentar, nanti baru ban nya kita betulin!" tawa si kurus.<br /> <br /> Belum<br /> lama mereka merasa senang karena sebentar lagi akan segera menikmati <br /> santapan lezatnya ini, tiba-tiba ada sebuah motor yang menabrak si kurus<br /> dari belakang.<br /> <br /> "Hwaduuhhh.....heh siapa itu!!" segera si gendut melepaskan bekapannya dan memburu si penabrak.<br /> <br /> "EH SINI LOE ANJING!" makinya.<br /> <br /> Namun<br /> kali ini lawan si gendut betul-betul gesit. Dia bergerak kesana kemari <br /> bagaikan kancil sehingga serangan si gendut hanya menyapu angin saja. <br /> Tiba-tiba sebuah tendangan ke arah anunya si gendut melayang telak<br /> <br /> "HWADOOOHHHH!!" si gendut meringis dan segera disusul sebuah pukulan ke arah dagu yang membuatnya pingsan.<br /> <br /> Sementara<br /> itu si kurus yang baru saja bangun dan terpincang segera akan mengambil<br /> langkah seribu sebelum tiba-tiba kepalanya terbentur helm motor yang <br /> diayunkan oleh Baby dan mereka berduapun pingsan.<br /> <br /> "Wah non, bahaya<br /> pulang malam sendirian, harusnya non tadi nginep aja non" kata si <br /> penolong yang ternyata adalah si Parjo alias Jo.<br /> <br /> "Joooo...." Kata Baby Margaretha sambil berlari dan memeluk Jo.<br /> <br /> Merasakan<br /> dekapan cewek cantik aduhai apalagi kini Baby juga menekankan <br /> payudaranya pada Jo tentu bakalan membuat si otong lelaki manapun tegak <br /> berdiri.<br /> <br /> "Aduh iya non, aduh mav say jadi sulit napas non, aduh" kata Jo Jaim.<br /> <br /> "Aih... makasih Jo kalau tidak kamu saya sudah..." kata Baby lagi.<br /> <br /> "Udah non gak apa-apa, yang penting non selamat. Ada talii??" tanya Jo.<br /> <br /> "Ada Jo tapi ban mobilku mogok" kata Baby.<br /> <br /> "Nggak<br /> apa-apa non, yang penting kita tali mereka dulu di pohon itu, <br /> sebelumnya kita bugilin dulu mereka, baru aman saya menggantikan ban <br /> mobil non" usul Jo.<br /> <br /> Segera mereka berdua mengerjai kedua preman <br /> tersebut. lalu Jo segera mengganti ban mobil Baby cepat-cepat sebelum <br /> mereka sadar. Untuk berjaga-jaga Jo pun mengawal Baby Margaretha pulang <br /> ke rumahnya.<br /> <br /> ------------------------------------<br /> <br /> Rumah Baby<br /> <br /> <br /> <br /> "Ya di sini Jo, terima kasih ya... ayo sini masuk dulu, Jo!" kata Baby manis.<br /> <br /> Tak lama kemudian mereka telah sampai di rumah Baby dengan aman.<br /> <br /> "Aduh<br /> non makasih, udah malam gak enak sama tetangga, ini saya sebenarnya mo <br /> nyusulin hapenya Non yang ketinggalan." kata Jo segera membuka tasnya <br /> dan menyerahkan hp tersebut.<br /> <br /> "Aduh Jo benar ini hape saya, aduh.... Jo Makasih ya, ya udah sebentar ya." Baby pun mengambil dompet di tasnya.<br /> <br /> "Nggak<br /> Non, gak usah, saya ikhlas kok benar, saya pikir hp ini kan barang <br /> pentingnya non Baby, kalo sampai ilang, pasti non Baby bakalan <br /> kesulitan." kata Jo tambah jaim.<br /> <br /> Melihat ketulusan hati Jo, Baby <br /> pun merasa kasihan padanya. Bahkan uang yang akan diberikannya bahkan <br /> ditolak. Tiba-tiba muncullah sebuah ide nakal di pikirannya.<br /> <br /> "Yah...<br /> Jo ijinin baby berterima kasih dong.... Paling enggak masuk dulu dong, <br /> sini Baby buatin minum ama sandwich yah? jangan nolak loh, kalo enggak <br /> Baby nangis nih" rayunya.<br /> <br /> "Duh jangan nangis non, jadi nggak tega Jo, iya deh non, Jo masuk, sebentar aja ya" katanya tak dapat mengelak.<br /> <br /> Di<br /> dalam merekapun duduk bersama di sofa ruang tengah menikmati sandwich <br /> dan sirup dingin yang Baby buat. Namun tanpa sepengetahuan Parjo, Baby <br /> telah memasukkan obat kuat ke dalam minumannya.<br /> <br /> "Jadi asalmu dari kampung Jo?" tanya Baby.<br /> <br /> "Iya<br /> non, abis saya sumpek di kampung, gak ada kerjaan, daripada nganggur, <br /> saya mencoba ngadu nasib di Jakarta, siapa tau berhasil, tapi ya gini <br /> sih non, saya syukurin aja apa yang saya dapat sekarang." jawab Parjo.<br /> <br /> "Udah berapa tahun kamu di Jakarta Jo?" tanya Baby.<br /> <br /> "Sudah lima tahun lebih sih non." seraya menghitung dengan jarinya.<br /> <br /> "Oh... la keluarga kamu gimana Jo? Apa kamu gak kangen?" tanya Baby lagi.<br /> <br /> <br /> <br /> "Kangen<br /> sih Non, paling saya pulang setahun sekali pas libur panjang. Kalaupun <br /> saya bawa mereka ke Jakarta, kasihan Non, di sini apa-apa mahal dan <br /> macet, takutnya gak pada betah Non." keluh Parjo.<br /> <br /> "Wah hebat kamu <br /> Jo, kamu orang yang baik ya. Jarang saya bertemu laki-laki sepertimu." <br /> puji Baby dan memandang mata Jo dengan nakal. "Beruntung ya, cewek yang <br /> dekat denganmu."<br /> <br /> "Ah.. saya nggak punya pacar non, mana ada yang mau sama cowok jelek macam saya non." kata Jo malu-malu.<br /> <br /> "Masak sih Jo, kamu cakep kok di dalam sana" rayu Baby<br /> <br /> "Ah non Baby bisa saja" kata Jo tersipu malu.<br /> <br /> <br /> <br /> Tiba-tiba<br /> Baby Margaretha berpindah tempat duduk mendekati Jo. Kedua kaki <br /> seksinya ia taruh di sofa seraya memandang Jo nakal. Pria mana yang <br /> tidak bakalan tergoda yang melihat cewek seksi dengan celana jins super <br /> pendek seolah seperti CD dan tanktop ketat yang menunjukkan lekuk tubuh <br /> serta belahan dada seorang Baby Margaretha. Ditambah dengan tatapan <br /> nakal Baby, membuat Jo agak klepek-klepek.<br /> <br /> "Jo, Baby gak bohong kok, Jo cakep deh" rayu Baby lagi.<br /> <br /> Kini Jo hanya terdiam, ada sedikit di celananya. Baby pun melanjutkan rayuannya<br /> <br /> "Jo, mau gak Jo jadi pacar Baby malem ini aja? Paling gak, Baby beneran mau balas budi buat Jo. Mau yah Jo..."<br /> <br /> Melihat<br /> sikon yang mulai mengundang Jo pun sadar, dia sebenarnya juga tergoda <br /> oleh rayuan Baby Margaretha. Bagaimanapun, Jo adalah seorang pria dan <br /> tidak ada satupun pria waras yang tidak akan tergoda oleh body seksi <br /> Baby Margaretha barang sedikitpun. Ia juga paham, dia sebetulnya <br /> bukanlah pria yang betul-betul alim. Karena pergaulan juga, dia akhirnya<br /> pernah merasakan surga dunia walaupun membayar. Kebetulan waktu menjadi<br /> kuli, banyak teman-temannya berasal dari perantauan. Tak jarang bagi <br /> mereka yang telah beristri merindukan kehangatan tersebut. Dan tak <br /> jarang pula mereka mengajak Jo. Awalnya karena gengsi dan tidak ingin <br /> dianggap cupu, dia mengikuti teman-temannya. Namun ia belakangan agak <br /> ketagihan kala birahinya memuncak. Hanya saja pekerjaan yang sibuk dan <br /> berat belakangan rupanya mampu mengontrol nafsu Jo. Namun ia masih ingat<br /> kalau Baby adalah klien penting bosnya. Jo tidak mau perbuatannya nanti<br /> menjadi masalah di kemudian hari. Dengan jaim dia berkata,<br /> <br /> "Aduh Non, beneran Jo Ikhlas, aduh Non... mending jangan deh, Jo gak enak sama non dan pak Bos."<br /> <br /> Baby pun tertawa mendengar Jo berkilah, ia berkata dalam hati, "Huh, jaim-jaim ngaceng juga kamu."<br /> <br /> Baby pun kembali menggodanya "Jo, kalau kamu ikhlas, kenapa dedekmu nggak sih" seraya mengelus tonjolan di celana Jo.<br /> <br /> Jo<br /> pun kaget setengah mati, jantungnya hampir copot. Benar apa yang <br /> dikatakan Baby, ternyata si otong nggak ikhlas. Di balik persembunyian <br /> si otong seolah berteriak-teriak minta jatah untuk beraksi.<br /> <br /> <br /> <br /> Melihat<br /> Jo hanya terdiam, Baby pun kembali merangsang Jo. Kali ini tangan <br /> kirinya merangkul Jo, buah dadanya yang montok dan berisi ia tempelkan <br /> ke dada bidang Jo dari samping, sementara itu tangan kanannya masih <br /> mengelus-elus tonjolan di celana Jo. Kali ini Jo sudah tidak dapat <br /> menolak. Entah karena birahinya kembali memuncak tak terbendung atau <br /> dengan pengaruh viagra yang tanpa sadar ia minum tadi, kini, Jo mulai <br /> larut dalam permainan. Namun perasaan jaim masih tersisa di pikirannya,<br /> <br /> "Non, bener saya tidak enak non sama non dan pak Bos, kalau ada yang tahu gawat non, bisa dipecat saya" rengek Jo.<br /> <br /> "Ah<br /> Jo.... santai aja kali, rumahku sedang sepi kok supirku sedang pulang <br /> kampung dan pembatuku baru besok siang balik sini. Santai aja Jo kita <br /> aman kok, gak ada yang ngintipin, asal...." rayu Baby lagi.<br /> <br /> "Asal apa non?" tanya Jo.<br /> <br /> "Asal<br /> kamu gak nolak dan jangan bilang ini ke siapa-siapa yah, hanya untuk <br /> kita berdua aja yah Jo." jawab Baby. Mendapat lampu hijau seperti itu, <br /> Jo menjadi tidak ragu-ragu lagi.<br /> <br /> "Siap non hehehe..." Jawab Jo bersemangat. "Idihh... tadi malu-malu jaim, sekarang nafsu nih ye" ledek baby dengan tertawa<br /> <br /> Jo<br /> tida membalas. Mereka hanya bertatapan kemudian Jo memulai inisiatif <br /> dengan melumat bibir Baby Margaretha terlebih dahulu. Tangannya segera <br /> meremas-remas payudara Baby dengan lembut. Beberapa menit bibir mereka <br /> bertemu dan berpagutan. Lidah Jo dengan aktif menggelitik rongga mulut <br /> Baby.<br /> <br /> "Jo kamu udah pernah ya?" tanya Baby kemudian melepas ciuman mereka. "<br /> <br /> Hhhh.... sudah non, dulu pas jadi kuli, tapi ya cuman jajan biasa non." jawab Jo sambil mengambil napas.<br /> <br /> "Hmm... jadi beneran belum pernah ama pacar ya Jo?" tanya Baby lagi.<br /> <br /> "Belum, emang kenapa?" tanya Jo.<br /> <br /> "Gak<br /> apa-apa, sini, baby contohin. Idih... jangan di monyongin dong Jo <br /> hahaha..." Baby tertawa melihat ulah Jo. "Sini Jo deketin wajahmu"<br /> <br /> Jo<br /> pun mendekatkan wajahnya. Kali ini, giliran Baby Margaretha yang <br /> melumat bibir Jo. Pertama, dipegangnya dagu Jo, kemudian <br /> dikecup-kecupnya bibir Jo dengan lembut menghisapnya perlahan dan <br /> pelan-pelan Baby memainkan lidahnya. Baby memainkannya dengan baik <br /> seolah mengajak lidah Jo bergulat serta membuat bibir Jo hangat seolah <br /> dipeluk membuat Jo bak di atas awan.<br /> <br /> <br /> <br /> "Gitu Jo, sekarang giliranmu ayo!" ujar Baby, kini baby bahkan memosisikan duduknya sehingga ia kini dipangku oleh Jo.<br /> <br /> Jo<br /> pun melakukan apa yang dicontohkan oleh Baby. Dipandangya gadis molek <br /> itu, kemudian dikecupnya lembut bibir Baby seolah memeluknya, kemudian, <br /> ia teruskan dengan memainkan lidahnya perlahan seolah mengajak lidah <br /> Baby berpagutan. Baby kemudian menaruh kedua tangan Jo di payudara dan <br /> pahanya, kemudian ia meminta Jo untuk melakukannya lagi. Dengan lembut <br /> tangan Jo membelai-belai payudara dan paha foto model seksi itu. <br /> Kemudian ia selipkan tangannya dibalik tanktop ketat dan hotpants Baby, <br /> mencari-cari putingnya di balik cup penutupnya kemudian memijitnya <br /> lembut dan nakal. Gairah mereka berdua kini telah memuncak. Baby dan Jo <br /> saling melepaskan baju mereka. Jo masih menyosor dengan ciuman-ciuman <br /> nakalnya pada bibir Baby sementara kedua tangannya bergerilya <br /> membelai-belai tubuh seksi Baby Margaretha. Baby kemudian mengajak Jo <br /> masuk ke kamarnya. Ia kemudian mendorong tubuh Jo bersandar di <br /> ranjangnya, kemudian Baby mengkecup-kecup puting Jo, memainkan dengan <br /> lidahnya dan tangan lembutnya kini mengarah ke batang kejantanan Jo, <br /> membelainya dan memijitnya dengan hangat. Baby sangatlah pintar <br /> memainkan lidah nakalnya. Diputar-putar lidahnya mengelilingi puting Jo <br /> dan digigit-gigitnya kecil seolah itu permen mint bagi Baby, sementara <br /> tangannya membelai kejantanan jo dengan berirama. Permainan Baby pun <br /> membuat Jo terangsang setengah mati. Ia pun juga tak mau kalah, kini ia <br /> memilin-milin dan memijat puting Baby membuatnya mendesah tak keruan, <br /> Kesempatan itu tak disia-siakan, Jo segera melumat payudara Baby yang <br /> montok itu. Diciuminya dengan lembut dan menggigiti puting Baby membuat <br /> Baby mendesah-desah. Tak lupa Joko kombinasikan dengan sapuan lidahnya <br /> seperti yang dicontohkan oleh Baby tadi. Jo menaruh tangannya pada <br /> vagina Baby, mencari-cari klitoris Baby dan memainkannya,<br /> <br /> "Auw... pelan-pelan dong Jo, pelan, kayak kamu mijitin putingku tadi Jo" rayu Baby nakal.<br /> <br /> Jo<br /> pun menurutinya. Kini sambil memainkan puting Baby, Jo memijit-mijit <br /> klitoris Baby dengan lembut membuat Baby mendesah-desah tak karuan dan <br /> menggigit bibirnya. Sesekali Jo mencelupkan jari-jarinya ke dalam vagina<br /> Baby, mengoreknya perlahan seolah tidak ingin kehilangan setiap jengkal<br /> cairan madu dalam vagina Baby. Tiba-tiba ia menemukan suatu <br /> tonjolan-tonjolan kasar dan menekannya.<br /> <br /> "Aaahhhhh..... terus Jo, di situ teeerruuusss....." desah Baby mengeliat-geliat. Jo pun makin bersemangat melakukannya.<br /> <br /> <br /> <br /> "Ohh....<br /> ohhh,,, Jooo... Aku keluarr....." desah Baby mencapai orgasmenya <br /> diiringi lendir kewanitaan yang mengalir deras dari vaginanya.<br /> <br /> Jo <br /> pun segera menyeruputnya dengan lahap. Lidah Jo seolah menyeka seluruh <br /> belahan vagina baby tanpa menyisakan cairan lendir sedikitpun. Baby pun <br /> mengambil nafas sementara Jo masih sibuk menyeka vaginanya.<br /> <br /> "Jo sini dong tiduran sebelah Baby..." rayu Baby.<br /> <br /> Jo pun menurut. Kini baby memposisikan dirinya di atas Jo sehingga lebih leluasa melihat penis pria itu.<br /> <br /> "Jo<br /> punyamu besar juga ya" kata Baby sambil sibuk membelai kejantanan Jo, <br /> menjilatinya memutar, memainkan lubang kencing Jo dengan lidahnya yang <br /> nakal, dan mengulum-kulum penis tersebut.<br /> <br /> Dalam Hatinya surprise <br /> juga Baby melihat penis Jo berukuran hampir sepusarnya dengan diameter 4<br /> cm. Namun membayangkan ukuran penis yang akan menggarapnya mebuat Baby <br /> makin bersemangat.<br /> <br /> "Ohhh..... terussss Non... Ssspppp.... ohhhh.... enak non, terus" racau Jo tidak karuan.<br /> <br /> Baby<br /> pun kini menjepit penis Jo dengan payudaranya yang montok. Ia menaik <br /> turunkan payudaranya. sembari mulutnya masih mengulum penis Jo.<br /> <br /> "Ohhhhh.... " lenguh Jo panjang.<br /> <br /> Tak urung isapan mulut seksi Baby ditambah jepitan Payudara Baby membuat kelabakan setengah mati. Pertahanan Jo akhirnya jebol,<br /> <br /> "Uh... non... Jo mau keluar non, lepas dulu non!"<br /> <br /> Namun Baby tidak memperdulikan ucapan Jo dan terus menghisap penisnya hingga akhirnya Jo ejakulasi dalam mulut Baby.<br /> <br /> "Uhhh....<br /> Ohh....." "crot...crot....crot..." lebih dari lima kali penis Jo <br /> berkedut, namun Baby Margaretha masih belum melepaskan isapannya dari <br /> penis Jo, seolah tidak ingin melewatkan setetespun sperma yang keluar <br /> dari penis Jo. Cairan putih itu dilahapnya dengan rakus. Jo hanya bisa <br /> mendesah keenakan<br /> <br /> "Ahhh..... Non Babyy...."<br /> <br /> Baby Maragaretha<br /> pun menyelesaikan isapannya dengan sebuah kecupan kecil pada lubang <br /> kencing Jo. Lalu ia menjulurkan lidah menunjukkan sisa sperma yang dia <br /> tampung di mulutnya pada Jo, kemudian menelannya habis. Pemandangan <br /> nakal itu membuat Jo takjub.<br /> <br /> <br /> <br /> Baby Margaretha kemudian <br /> meminta Jo untuk mengambilkan segelas air dingin dari lemari es di pojok<br /> kamar. Ia lalu meneguk air minum tersebut.<br /> <br /> "Uih... seger Jo..." kata Baby Manja.<br /> <br /> "Non, apa gak jijik nelen peju? Emang rasanya enak ya Non" tanya Jo keheranan.<br /> <br /> "Habis pejumu enak sih Jo" kata Baby terkikik. "gurih lagi" godanya.<br /> <br /> "Eh apa iya non " kata Jo polos tidak percaya.<br /> <br /> "Enggak segitunya kali Jo, tapi enak kok hahaha..." tawa baby.<br /> <br /> Dalam<br /> hati Baby berpikir ternyata sangar-sangar gini Jo culun dan <br /> menyenangkannya, tidak seperti para pria yang pernah membookingnya yang <br /> hanya sekedar menginginkan sex darinya. Baby berpikir andai Jo mau <br /> menjadi budak seksnya pastilah asyik. Jo kini memulai inisatif, <br /> dibelainya lembut tubuh Baby Maragaretha dan diciumnya dengan lembut.<br /> <br /> "Tadi malu-malu kucing, sekarang nagih ya Jo?" goda Baby nakal.<br /> <br /> Jo<br /> hanya tersenyum dan kembali menggarap tubuh seksi Baby. Tak beberapa <br /> lama, penis Jo kembali menegang dan kini ia pun siap. Ia memposisikan <br /> dirinya di bawah dan Baby di atas. Baby pun tanggap dan segera <br /> membimbing penis Jo masuk ke dalam liang vaginanya. Perlahan-lahan Baby <br /> menurunkan pinggulnya, namun penis Jo memang besar. belum sampai <br /> tertelan semua, Baby merasakan sesuatu menyeruak di pintu rahimnya. <br /> Ternyata penis Jo Mentok di vaginanya.<br /> <br /> "Uuuhh...gedenya, memek gua ampe penuh" gumam Baby dalam hati.<br /> <br /> Baby<br /> mendiamkan dulu vaginanya menancap mencoba beradaptasi dengan penis Jo.<br /> Tak lama kemudian ia baru mulai menggoyangkan pinggulnya perlahan. <br /> Perlahan pula rasa perih dan sesak di vaginanya berkurang dan mulai <br /> tergantikan rasa nikmat. Baby menaik turunkan pinggulnya dipadu dengan <br /> gerakan maju mundur dan memutar. Terkadang Parjo menggodanya dengan <br /> mengangkat pinggulnya supaya penisnya masuk lebih dalam.<br /> <br /> "Ahhh..... Ohhhh..... SSss... JJoooo..... Enak, Jo" ceracau Baby Margaretha.<br /> <br /> Baby<br /> tambah mendesah-desah ketika tangan Parjo dengan usil menggerayangi <br /> payudaranya. Memijit-mijit puting dan membelai kedua buah dada dengan <br /> lembut.<br /> <br /> "Iisseeeppp Jooo.... Ahhh.... Sshhh...." desah Baby meminta Parjo menghisap payudaranya.<br /> <br /> <br /> <br /> Parjopun<br /> kini duduk memangku Baby dan menariknya mendekat padanya supaya ia <br /> dapat menyusu pada payudara montok itu. Baby pun melanjutkan genjotannya<br /> naik turun. 10 menit kemudian Parjo meminta Baby nungging namun ia <br /> tidak langsung memasukkan penisnya. Ia gerayangi payudara Baby dan ia <br /> tusuk-tusuk vaginanya dengan kedua jarinya membuat Baby tak tahan,<br /> <br /> "Engghh.... Jo masukinnn...." pintanya lirih<br /> <br /> Maka<br /> dengan satu sentakan medadak Parjo menusukkan penisnya pada liang <br /> vagina Baby. Membuat tubuh Baby melengkung ke atas disertai lenguhan <br /> nikmat. Kesempatan itu tak disia-siakan Parjo. Kepalanya meyusup <br /> melewati bawah ketiak Baby dan menyusu pada payudara Baby. Parjo sungguh<br /> membuat Baby kewalahan, penis Parjo menusuk dengan berirama. Sebentar <br /> lambat lalu tiba-tiba disusul dengan tusukan cepat penis Parjo hingga <br /> mentok ke mencapai pintu rahim Baby. Ditambah dengan isapan-isapan nakal<br /> pada puting payudara Baby sesekali disertai gigitan lembut. Serangan <br /> bertubi-tubi Parjo membuat Baby kewalahan. Tak berselang lama Baby <br /> melenguh panjang. Mulut seksinya membentuk huruf O dan punggungnya <br /> melenting ke belakang menandakan oragasmenya telah datang. Cairan cinta <br /> Baby mengalir deras dari sela-sela liang vaginanya. Namun Parjo tidak <br /> menghentikan tusukan-tusukan penisnya pada vagina Baby sehingga <br /> orgasmenya datang bergelombang. Hal ini tentu membuat Baby melenguh <br /> panjang. Bibir parjo kini berpindah dari payudara Baby menuju bibirnya,<br /> Mereka berciuman dengan penuh gairah. Kini Parjo membuat Baby tiduran <br /> terlentang. Membuat Parjo lebih mudah melancarkan serangan-serangannya. <br /> Ia langsung menaikan kecepatan. Baik tangan kanan dan kiri tak luput <br /> membelai dan meremas-remas payudara seksi Baby. Bibir Parjo juga <br /> bergerilya dari satu puting ke bibir seksi Baby. Baby segera memperoleh <br /> orgasme kedua. Tubuhnya melenting ke atas namun tertahan oleh tindihan <br /> Parjo. Sementara itu kedua tangan Parjo meremas kedua payudaranya dan <br /> keduanya saling berciuman. Rupanya Baby menikmati kondisi dimana Baby <br /> seolah sedang diperkosa Parjo. Ia memeluk Parjo dan ia kaitkan kedua <br /> kakinya pada pinggul Parjo. Baby sekali lagi mendapatkan multi orgasme.<br /> Kali ini Parjo makin mempercepat tusukannya. Baby kelabakan menerima <br /> gempuran itu hingga akhirnya ia mendapatkan orgasme keempatnya.<br /> <br /> "Hekh....heh.... Non. Jo mau keluar non, Jo keluarin di luar ya non" kata Parjo takut membuat Baby hamil.<br /> <br /> Namun<br /> Baby justru mengaitkan lagi kakinya pada pinggul Parjo dan memeluknya <br /> serta menciumnya dengan ganas. Membuat tekanan pada penis Parjo <br /> berlipat. Penis Parjo seolah dipijit-pijit dari segala arah plus telah <br /> mentok pada mulut rahim Baby seolah penis Parjo sedang menciumi pintu <br /> rahimnya. Membuat Parjo segera menyemburkan spermanya dengan deras pada <br /> rahim Baby.<br /> <br /> "Crott....Crroott....Crroott..." penis Parjo berkedut-kedut mengeluarkan isinya mengisi rahim Baby.<br /> <br /> Setelah melalui gelombang orgasmenya, Parjo pun ambruk menindih Baby. Penisnya masih menancap pada liang vagina Baby.<br /> <br /> <br /> <br /> "Hhh.... Non, gak papa di dalem? Kalo non hamil gimana?" tanya Parjo resah.<br /> <br /> "Kalo gue hamil, Jo tanggung jawab yah" goda Baby nakal.<br /> <br /> "ehh...kok?" Parjo panik.<br /> <br /> "Hahaha....<br /> gak apa-apa Jo, baby selalu minum pil anti hamil kok, santai aja. <br /> Lagian lebih enak kalo dilepasin di dalem Jo, lebih dalem sensasinya" <br /> jelas Baby.<br /> <br /> “Fuhh….” Jo pun menarik napas lega karena Baby hanya bercanda.<br /> <br /> Kini<br /> mereka berdua bangkit dari ranjang, Baby segera menarik lengan Jo <br /> menuju kamar mandi. Kamar Mandi Baby tidaklah terlalu besar, namun ada <br /> bathub dan shower di dalamnya. Di dalam kamar mandi, Baby dan Parjo <br /> saling semprot dengan shower. Hampir seluruh tubuh Baby Parjo semprot, <br /> apalagi vagina Baby yang merah dan ditumbuhi sedikit bulu-bulu halus <br /> membuatnya kegelian.<br /> <br /> “Hahaha…. Geli Jo…. Geli….” tawa Baby manja.<br /> <br /> Kini<br /> giliran Baby mengerjai Parjo. Disemprotnya Parjo dan kembali penis <br /> Parjo ia jepit di antara payudaranya dan hisap-hisap hingga tegang <br /> kembali. Kali ini Parjo tidak mau kecolongan. Parjo menyandarkan tangan <br /> Baby pada bathub dan memegang pantat Baby mengepaskan dengan penisnya. <br /> Tiba-tiba, “blush…” penis Parjo menusuk masuk liang kenikmatan Baby, <br /> membuat Baby melenguh nikmat dan tubuhnya terlenting seksi ke belakang. <br /> Tangan Parjo pun memegang bongkahan pantat Baby.<br /> <br /> “Ssshhh…. Jo, tampar pantatku Jo…” erang Baby nikmat.<br /> <br /> “Plak….plak…plak….” tamparan pun mendarat di pantat Baby membuatnya memerah.<br /> <br /> “Ssshhh…. Enak Jo, saya mau keluar” erang Baby menahan nikmat.<br /> <br /> Parjo pun menaikkan kecepatan tusukannya. Kedua tangannya kini meremas-remas payudara Baby.<br /> <br /> “Ohhh…..”<br /> “Crrrr….crrr…” Mulut Baby membentuk huruf O yang seksi. Tubuh Baby <br /> melenting ke belakang. Lututnya bergetar tak mampu menahan berat <br /> tubuhnya. Baby terjatuh pelan bertumpu pada lututnya. Sementara Parjo <br /> masih mendiamkan Baby menikmati orgasmenya dan menyangga tubuh Baby agar<br /> tidak terlepas.<br /> <br /> <br /> <br /> “Jo, capek berdiri terus nih” keluh Baby manja.<br /> <br /> Maka<br /> gantian lah Jo duduk di bathub dan memangku Baby yang sedang berusaha <br /> memasukkan penis Parjo ke dalam liang kenikmatannya. “Bleeeshh….” <br /> “Heghh….” Baby melenguh, merasakan penis Parjo menembus ruang terdalam <br /> liang kenikmatannya dan seolah mencumbu pintu rahimnya seolah membuat <br /> vaginanya meleleh nikmat. Jo pun berdiri dan menggendong tubuh Baby. Jo <br /> mulai melanjutkan persetubuhan yang hot itu. Dia menyandarkan tubuh Baby<br /> pada tembok, menusuknya dengan kencang, dan sesekali menciuminya. <br /> Sementara Baby mengaitkan kakinya dengan erat dan memeluk Jo kencang <br /> supaya tak jatuh. Posisi ini membuat tusukan-tusukan Jo semakin dalam. <br /> Baby pun mengerang keenakan, membuat Jo bersemangat. Tak berselang lama,<br /> tubuh Baby melenting mendapatkan orgasmenya. Jo yang pada posisi itu <br /> merasakan penisnya bagaikan di giling-giling nikmat oleh vagina Baby pun<br /> tak kuasa menahan gejolaknya lagi. Dengan sekali sentakan, penis Jo <br /> kembali mencium pintu rahim Baby Margaretha dan mengalirkan sperma <br /> hangatnya ke dalam rahim Baby, mengisinya penuh, seolah Jo ingin Baby <br /> mengandung anaknya. Mereka berduapun berciuman mesra, bibir dan lidah <br /> saling mengait, seolah tak ada hari esok. Jo pun duduk kembali pada <br /> bathub. Kali ini giliran lutunya yang bergetar. Sementara Baby sibuk <br /> membersihkan penis Jo dengan hisapan mautnya seolah tak ingin ada sperma<br /> yang tertinggal. Setelah itu merekapun mandi bersama, saling membasuh <br /> dan menyabuni satu sama lain. Tentunya Jo tak melewatkan kesempatan <br /> untuk kembali meremas-remas payudara Baby yang seksi.<br /> <br /> ____________________________<br /> <br /> End of Night<br /> <br /> <br /> <br /> Usai<br /> mandi, Baby meminjamkan kimono dan handuknya pada Parjo. Sementara Baby<br /> membalut tubuh seksinya dengan handuk ungu. Berjalan menuju lemari es <br /> dan menungging untuk mengambil botol air mineral. Mengarahkan pantat <br /> seksinya pada Jo, seolah kembali mengundang untuk bermain.<br /> <br /> <br /> <br /> Melihat pemandangan yang begitu menggoda, Jo kembali mendekati Baby dari belakang dan memeluknya hangat.<br /> <br /> “Ei...ei.. Jo… udah dulu dong, Baby mo istirahat dulu, kamu udah tiga kali keluar lo Jo” kata Baby Margaretha sewot.<br /> <br /> “Hehehe…<br /> tanggung non, biasanya kalo udah tiga juga Jo lemes. Cuman entah kenapa<br /> ini otong “naek” lagi, udah deh non, nurut aja yah” Kata Jo terkekeh.<br /> <br /> “Gawat,<br /> gue lupa, tadi udah masukin viagra ke minuman Jo” gumam baby lirih. <br /> Namun apa daya, serbuan Jo juga kembali membangkitkan gairah Baby <br /> Margaretha. Tubuhnya haus akan belaian lelaki. Beberapa hari ini memang <br /> para bos-bos dan eksekutif yang membookingnya belum memanggilnya lagi <br /> karena sedang sibuk, maklum akhir tahun, masa tutup buku, sedang <br /> sibuk-sibuknya, sehingga ia tidak merasakan seks yang penuh gairah sejak<br /> itu. Baby pun menyambut ajakan Jo, dan kembali mereka keduanya memadu <br /> kasih hingga pagi menjelang. </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-85963850567106148672013-07-01T08:12:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.017-07:00Memek Mulus ABG No Bulu enak Nihh<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-GA0whnYCugU/Ub8q5Ig_qlI/AAAAAAAAADE/hvkSZKeBEBw/s1600/memek+belum+berbulu+04.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-GA0whnYCugU/Ub8q5Ig_qlI/AAAAAAAAADE/hvkSZKeBEBw/s320/memek+belum+berbulu+04.jpg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/-2EPLZROhsBc/Ub8q5ZCkWtI/AAAAAAAAADM/7RWQ20e6Epk/s1600/memek+belum+berbulu.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/-2EPLZROhsBc/Ub8q5ZCkWtI/AAAAAAAAADM/7RWQ20e6Epk/s320/memek+belum+berbulu.jpg" width="320" /></a></div><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://3.bp.blogspot.com/--jJzVb3mzvc/Ub8q7ICOv7I/AAAAAAAAADU/UV5O9HKacRw/s1600/memek.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="240" src="http://3.bp.blogspot.com/--jJzVb3mzvc/Ub8q7ICOv7I/AAAAAAAAADU/UV5O9HKacRw/s320/memek.jpg" width="320" /></a></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-90818214122518862712013-07-01T08:04:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.025-07:00Foto Telanjang Mulus Hot-Toket Gede MONTOK<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><span style="clear: left; float: left; font-size: x-small; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhjKyVEWIcxBVvY3QoymTBhyVi9PnIgPHicuW2lEMCZBqIG18Oq9UjpC3TFilATHAi6-5-8aCB3uygSKsqHtwX2csaRa2Uks6Ftsvr386x8wvCYPAgBFB4BozmCsQn6EFhW2P8fh2gLg18/s1600/gadis+sexy+toket+gede+montok.jpg" /></span></div><span style="font-size: x-small;"><b><i>Foto Telanjang Mulus Hot</i></b>-<b>Toket Gede MONTOK</b>, Remaja Bugil Cewek Cantik Sexy, <b>Remaja SMA Telanjang Full Hot</b></span><span style="font-size: x-small;"><br /></span><span style="font-size: x-small;"><u><b>Gambar Gambar Remaja Telanjang Gadis</b></u> Canting Terpopuler, mantap Gan !!! Semoga Terhibur..</span><span style="font-size: x-small;"></span><span style="font-size: x-small;"><br /></span><span style="font-size: x-small;"><b>Foto Wanita Cantik Telanjang Bulat</b> - Melihat wanita wajah manis cantik rupawan adalah biasa, bagaimana dengan wanita cantik bugil telanjang...</span><span style="font-size: x-small;">KuMpulan <u><b>Gambar Porno </b></u></span><br /><span style="font-size: x-small;"><br /></span><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><br /><div class="post_body" id="pid_20798"><img alt="[Image: 51a72cb17d1e5.jpg]" border="0" src="http://imgmoney.com/upload/small/2013/05/30/51a72cb17d1e5.jpg" /><a href="http://draft.blogger.com/null"> <img alt="[Image: 51a72cb18bdb7.jpg]" border="0" src="http://imgmoney.com/upload/small/2013/05/30/51a72cb18bdb7.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cb198c8f.jpg]" border="0" src="http://imgmoney.com/upload/small/2013/05/30/51a72cb198c8f.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cb1a59c7.jpg]" border="0" src="http://imgmoney.com/upload/small/2013/05/30/51a72cb1a59c7.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cecb7af9.jpg]" border="0" src="http://imgonion.com/upload/small/2013/05/30/51a72cecb7af9.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72ceccf0d9.jpg]" border="0" src="http://imgonion.com/upload/small/2013/05/30/51a72ceccf0d9.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cece58ef.jpg]" border="0" src="http://imgonion.com/upload/small/2013/05/30/51a72cece58ef.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72ced07e8d.jpg]" border="0" src="http://imgonion.com/upload/small/2013/05/30/51a72ced07e8d.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72c37b6c5e.jpg]" border="0" src="http://www.ImageFolks.com/upload/small/2013/05/30/51a72c37b6c5e.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72c37cfde8.jpg]" border="0" src="http://www.ImageFolks.com/upload/small/2013/05/30/51a72c37cfde8.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72c37e7513.jpg]" border="0" src="http://www.ImageFolks.com/upload/small/2013/05/30/51a72c37e7513.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72c380b1a6.jpg]" border="0" src="http://www.ImageFolks.com/upload/small/2013/05/30/51a72c380b1a6.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cedd9e08.jpg]" border="0" src="http://imgrill.com/upload/small/2013/05/30/51a72cedd9e08.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cedeaae6.jpg]" border="0" src="http://imgrill.com/upload/small/2013/05/30/51a72cedeaae6.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cee067bf.jpg]" border="0" src="http://imgrill.com/upload/small/2013/05/30/51a72cee067bf.jpg" /> <img alt="[Image: 51a72cee1699d.jpg]" border="0" src="http://imgrill.com/upload/small/2013/05/30/51a72cee1699d.jpg" /> <img alt="[Image: 9xqienjgutnx.jpg]" border="0" src="http://img18.imagetwist.com/th/03610/9xqienjgutnx.jpg" /> <img alt="[Image: t85qhzy7b3m9.jpg]" border="0" src="http://img18.imagetwist.com/th/03610/t85qhzy7b3m9.jpg" /></a> </div><span style="font-size: x-small;"><br /></span></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-42783233299617676872013-07-01T08:02:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.035-07:00Cerita Dewasa | Ngentotin Mamaku<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmMayMKXoJcS6KYDe8Qs-HIIzs42IKPexJ9eMWLHavSCExKyhSKsTfRpl0rD8u0DF_wIPmMTJc49vSyq8uelrOdQfw-BYMUArh4_jZYIpJuD9GMA9LIMon4oJAYzUPn0NY9NZCD69TM0Y/s960/73370_461084420618010_455205066_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="320" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgmMayMKXoJcS6KYDe8Qs-HIIzs42IKPexJ9eMWLHavSCExKyhSKsTfRpl0rD8u0DF_wIPmMTJc49vSyq8uelrOdQfw-BYMUArh4_jZYIpJuD9GMA9LIMon4oJAYzUPn0NY9NZCD69TM0Y/s320/73370_461084420618010_455205066_n.jpg" width="240" /></a></div><br />Sebenarnya aku teramat malu untuk menceritakan kejadian tragis ini, bagaimanapun ini rahasia keluarga, aku dan mama. Waktu itu hari Minggu pagi, pertengahan bulan Desember 2012, ketika liburan sekolah semester ganjil, semester pertama setelah di SMU.<br /> Pada hari itu aku diminta mama untuk mengantar ke Solo, katanya ada acara reuni dengan teman-temannya di kota Solo. Dengan sepeda motor pemberian mama sebagai hadiah ulang tahun ke-17 juga sebagai hadiah aku diterima di salah satu SMA negeri bonafid di kabupaten, aku antar mama ke Solo, tepatnya di kota Palur.<br /> Sesampainya di tujuan, sudah banyak teman mama yang hadir. Mereka datang berpasangan (mama sudah menjanda ketika aku duduk di kelas II SMP, papa tertanggap menghamili gadis tetangga). Semula aku kira mereka pasangan suami istri atau ibu dengan puteranya sepertiku, namun lama-lama aku menjadi sangsi. Bagaimana tidak, meskipun selisih usianya cukup jauh tapi mereka tampak begitu mesra. Bahkan ketika mama memperkenalkan aku kepada teman-temannya sebagai anaknya, mereka semua tidak percaya, malah-malah mereka bilang mama hebat dalam memilih pasangan. Beberapa lelaki, yang semula aku anggap suami-suami mereka, banyak yang memberi semangat kepadaku. <br /> Menurut mereka, aku merupakan lelaki yang beruntung bisa mendapatkan cewe seperti mama, selain cantik, muda dan tidak pelit namun yang lebih penting duitnya banyak. Sebenarnya aku malu, marah dan kesal. Bagaimana tidak marah, mereka tetap tidak percaya kalau aku anak mama yang sebenarnya. Namun demi melihat mama hanya tersenyum saja, aku tak menampakkan kesemuanya itu.<br /> <br /> Dalam perjalanan pulang mama baru cerita semuanya kalau sebenarnya mereka bukan suami istri atau ibu dengan anak-anaknya, mereka merupakan pasangan idaman lain (PIL). Mama juga cerita mengapa tadi hanya tersenyum waktu mereka bilang aku pasangan mama dan hanya sedikit membela diri bahwa aku anaknya yang sebenarnya.<br /> Menurut mama susah menjelaskan kepada mereka kalau aku anak mama yang sebenarnya, karena dihati mereka sudah lain. Mama juga cerita kenapa mengajak aku untuk mengantar ke acara tersebut, selain aku libur juga mama akan susah menolak seandainya nanti lelaki (<a href="http://blogigolo.blogspot.com/">gigolo</a>) yang mereka tawarkan kepada mama jadi datang. Selama ini sudah sering mama diolok-olok oleh mereka. Mama dikata sebagai janda muda yang cantik dan punya uang tapi kuper. Dan jadwal selanjutnya, tahun baru (siang) di yogyakarta, di rumah Tante Ina.<br /> Dua minggu sejak pertemuan di Solo, Tahun Baru pun datang, 1 Januari 2013. Dengan sepeda motor yang sama aku antar mama ke rumah Tante Ina di yogyakarta. Sengaja untuk acara ini aku minta mama untuk membeli beberapa pakaian, aku tidak terlalu kalah gengsi dengan cowok-cowok mereka. Sesampainya kami di di rumah Tante Ina, teman-teman mama sudah banyak yang datang lengkap dengan centheng-centhengnya. Ketika datang kami disambut dengan peluk dan cium mesra.<br /> Rumah Tante Ina cukup besar dan luas, cukup untuk menampung lebih dari 30 orang. Acara dibuka dengan sambutan selamat datang dan selamat tahun baru dari tuan rumah, dilanjutkan dengan makan bersama dan seterusnya acara biasa “ngerumpi”. Entah usul dari siapa, diruangan tengah menyetel VCD <a href="http://blogigolo.blogspot.com/2013/06/vivi-cewek-montok-seks-toket-gede-montok-kumpulan-gambar-porno.html">porno</a>. Kata mereka biasa untuk menghangatkan suasana yang dingin karena musin hujan.<br /> Bisa dibayangkan bagaiaman perasaanku, diusia ke-17 dikala tingkat birahi sedang tumbuh menyaksikan kesemuanya ini. Mamapun juga tampak kikuk terhadapku, terlebih ketika Tante Astuti dan pacarnya tampak asyik bercium mesra disampingku dengan tangannya yang gencar menjelajah dan suaranya yang cukup berisik. Dan diantara kegelisahan itu, Tante Ina membisikkan kepada kami kalau mau boleh menggunakan kamar diatas. Sambil menyerahkan kunci dia ngeloyor pergi sama pacarnya. <br /> <br /> Aku dan mama hanya tersenyum, tapi ketika aku toleh di sekeliling sudah kosong, yang ada tinggal Tante Melani dan Tante Yayuk beserta pasangan mereka masing-masing, dimana pakaian yang mereka kenakan juga sudah kedodoran dan tidak lengkap lagi. Dengan rasa jengah mama mengajakku ke lantai atas.<br /> Di lantai atas, di kamar yang disediakan untuk kami, tidak banyak yang dapat dilakukan. Kasur yang luas dan kain sprei yang berwarna putih polos hanya menambah gairah mudaku yang tak tersalurkan. Mama minta maaf, kata mama kegiatan semacam ini tidak biasanya diadakan waktu siang hari, dan baru kali ini mama ikut didalamnya (biasanya mama tidak hadir kalau acara malam hari). Sewaktu akan keluar kamar mama sengaja membuat rambutnya tampak awut-awutan (biar enggak ada yang curiga, katanya).<br /> Waktu menunjukkan pukul 15.30 wib acara selesai. Pertemuan selanjutnya dikediaman Tante Astuti di Solo, bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti yang ke-42. Sejak acara mendadak di rumah Tante Ina, selama dalam perjalanan pulang, mama tak banyak bicara. Kebekuan ini akhirnya cair waktu kami istirahat isi bensin.<br /> Satu hal yang tak dapat kulupa dari mama, ketika akan keluar kamar atas tidak tampak penolakan mama waktu aku sekilas mencium pipi dan bibirnya serta waktu akan pamitan pulang mama juga tampak santai ketika tanganku sekilas meremas buah dadanya. <br /> <br /> Ketika aku tanyakan semua ini, mama hanya tersenyum dan mengatakan kalau aku mulai nakal.<br /> Sehari menjelang pertemuan di rumah Tante Astuti mama tanya sama aku, mau datang apa enggak karena malam hari dan takut hal-hal seperti dirumah Tante Ina yang lalu akan terulang. Karena bertepatan hari ulang tahun Tante Astuti aku sarankan hadir, masalah yang lalu kalau memang harus terjadi yach itung-itung rejeki, kataku sambil berkelakar.<br /> 5 Februari 20 di rumah Tante Astuti suasana hingar-bingar. Maklum Tante Astuti seorang janda sukses dengan seorang putera yang masih kecil. Dalam acara hari ini Tante Astuti sengaja mendekorasi rumahnya dengan suasana diskotik. Dentuman musik keras, asap rokok dan bau minuman beralkohol menyemarakkan hari ulang tahunnya.<br /> Setelah memberikan ucapan selamat dan mencicipi makan malam acara dilanjutkan dengan ajang melantai. Sebenarnya mama sudah berusaha untuk tidak beranjak dari tempat duduknya, namun permintaan Tante Susan agar mama bersedia berdansa dengan relasi Tante Susan jualah yang membuat mama bersedia bangkit. Tak tega aku melihat kekikukan mama apalagi relasi Tante Susan tampak berusaha untuk mencium mama, serta merta akupun berdiri dan permisi kepada relasi Tante Susan agar mama berdansa denganku.<br /> Kujauhkan rasa sungkan, malu dan grogi. Kurengkuh pinggang mama sambil terus berdansa kuajak ke arah taman untuk istirahat minggir dari keramaian pesta. <br /> <br /> Dibangku taman bukan ketenangan yang kudapat, justru yang ada Tante Vita dan Tante Mitha dengan pasangannya asyik bercumbu mesra. Kepalang tanggung mau kembali ke pesta kasihan mama yang sudah cukup lelah selain tak enak sama mereka karena kalaupun kembali ke dalam harus melewati Tante Vitadan Tante Mitha.<br /> Akhirnya mama memutuskan kami tetap dibangku taman sambil menunggu pesta usai. Supaya Tante Vitadan Tante Mitha tidak merasa jengah, mama memintaku untuk menciumnya. Awalnya hanya sekedar pipi dan sekilas bibir namun demi mendengar dengus nafsu Tante Yani, nafsu mudaku pun tak dapat kutahan. Tak hanya kecupan, justru pagutan yang lebih dominan dan tanpa sadar entah kapan mulainya, tangan ini sudah bergerilya di dalam baju mama, memeras, memilin dan ….. hingga teriakan nafsu Tante Mitha menyadarkan perbuatanku atas mama.<br /> Bercampurlah rasa malu, bersalah dan entah …. pada diri ini, aku mengajak mama untuk segera pamit kepada tuan rumah meskipun Tante Astuti menyarankan kami menginap dirumahnya.<br /> Sesampainya dirumah kutumpahkan rasa sesalku atas perbuatan tak senonohku pada mama. Lagi-lagi mama hanya tersenyum dan mengatakan tak apa-apa, wajar orang lupa dan khilaf apalagi suasana seperti di rumah Tante Vitayang serba bebas. Sambil iseng aku bertanya mengapa waktu itu mama tidak menolak. Kata mama supaya Tante Vitadan Tante Mitha tak terganggu apalagi waktu itu aku tampak bernafsu sekali. Oleh mama aku tak perlu memikirkan yang sudah-sudah dan sambil beranjak tidur mama masih sempat mencium pipiku.<br /> Namun bagaimana aku bisa tak perlu memikirkan yang sudah-sudah sementara nafsu sudah bersimaharajalela. Karena tetap tak bisa tidur, dengan terpaksa tengah malam (+ 02.00 wib) kubangunkan mama. Dikamar tengah kucumbu mama, kucium, kupagut dan tangan ini tak terhalang bergentayangan disekujur tubuh mama. Namun tangan ini akhirnya berhenti sebelum sampai pada tujuan akhir, tempat yang teramat khusus.<br /> Pagi harinya tak tampak kemarahan pada wajah mama, sambil sarapan pagi mama malah berkata kalau aku mewarisi sifat-sifat papa yang nakal tanpa menegur kelakuanku tadi malam. Bahkan mama geleng-geleng kepala ketika aku pamit berangkat sekolah kucium bibirnya didepan pintu.<br /> 4 April 2013 genap sudah 18 tahun usiaku, hari itu terasa lama sekali menunggu sore. Hari itu aku menunggu-nunggu hadiah ulang tahun spesial yang telah dijanjikan mama. Dua hari yang lalu, aku ditanya mama ingin hadiah apa untuk merayakan hari ulang tahunku. Sudah cukup banyak hadiah ulang tahun yang aku punya seperti : motor atau komputer. Akhirnya aku katakan pada mama, kalau mama tidak keberatan aku mau mama. Sekilas mama terdiam, ada perasaan tidak percaya atau tidak dapat menerima permintaanku. Aku dikira bercanda lagi dan mama bertanya seebnarnya aku mau hadiah apa, aku bilang pada mama kalau aku tidak bercanda kalau aku mau mama.<br /> Dua hari mama terdiam, dua hari kami tidak bertegur sapa. Aku kira mama marah atas permintaanku terdahulu. Pagi hari tadi setelah sarapan aku minta maaf pada mama atas permintaanku dua hari yang lalu dan sekaligus aku bermaksud menarik permintaanku.<br /> Namun mama berkata lain, bahwa permintaanku dua hari yang lalu akan mama penuhi. Aku nanti malam diminta tidak mengundang teman-temanku dan aku juga diminta untuk mempersiapkan diri. Timbul dihatiku rasa senang, cemas, grogi, bahagia dan entah…. Spontan kucium mama, kucium pipinya, kucium bibirnya dan kucium matanya serta kupeluk erat.<br /> Selepas pulang kerja tadi sore mama tidak keluar dari kamarnya. Baru tepat pukul 21.30 wib bersamaan dengan selesainya acara Dunia Dalam Berita di TVRI mama memanggilku untuk ke kamarnya. Dengan gemuruh hati yang berdetak keras kuhampiri kamarnya dan kudapati mama di depan pintu dengan tubuhnya terbalut kain sprei. Sambil tersenyum manis mama mencium bibirku dan mulai melepas satu-persatu pakaian yang kukenakan. Tak kudapati wajah keterpaksaan pada mama, bahkan dengan serta merta tangan mama meraba dan mengelus dengan lembut ketika pakaian yang kukenakan tinggal celana dalam saja.<br /> Dengan nafsu dan gairah yang menggelegak kuserang mama. Kucium, kupeluk, kucumbu dan dengan kekuatan prima kuakhiri perjakaku yang disambut mama dengan belitan yang memabukkan, yang menuntuk terus dan selalu terus, entah berapa kali malam itu birahi kutuntaskan.<br /> <br /> Ada terbersit rasa bangga, puas dan plong ketika kutemukan mama tertidur pulas dengan bertelanjang dalam pelukanku. Kucium keningnya, namun ketika aku akan bangun mama menahanku dan dengan kelihaiannya mampu membangkitkan lagi gairah birahiku. Dan pagi hari itupun menjadi pagi yang teramat indah. Sebelum aku meninggalkan kamarnya mama mencium pipi dan bibirku sekilas sambil mengucapkan selamat ulang tahun kepadaku.<br /> <br /> Entah mengapa dengan mama aku bisa begitu bergairah, semenjak kejadian di rumah Tante Vitadi Yogyakarta yang lalu setiap memandang mama selalu timbul birahiku. Di sekolah tak kurang gadis sebaya yang lebih <a href="http://blogigolo.blogspot.com/2013/04/cerita-dewasa-ngentot-tante-cantikku.html">cantik</a> yang tak menolak aku pacari, namun justru dengan mama birahiku timbul. Tapi harus diakui meskipun mama sudah cukup umur namun memang masih cantik, putih, tinggi, sintal, supel, luwes, berisi dan semenjak itu, hampir tiada batas penghalang antara aku dan mama. Dimana tempat dan dimana waktu, kalau aku mau mama selalu memenuhi. Dengan mama birahiku tak padam-padam. Setiap acara teman-teman mama selalu menjadi acara luar kota yang sangat mengasyikan dan menjadi acara favorit yang selalu aku tunggu-tunggu.<br /> Sungguh permainan ranjang mama menjadi suatu candu hidupku, sore hari, sebelum tidur, sebelum belajar bahkan sebelum berangkat sekolah pun mama selalu siap. Dengan lemah-lembut, keayuan, kepasrahan, dan naluri keibuannya mama memenuhi hasratku sebagai lelaki.<br /> Hingga kini, ketika istriku tengah mengandung anakku yang ketiga, dimana istri sedang tidak laik pakai, kembali mama sebagai penyelamat saluran nafsuku dan entah sampai kapan lagi kami masih harus begini.</div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-14685014137747089022013-06-28T07:17:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.046-07:00 Cerita Dewasa | Kakakku Ketagihan Masturbasi dan Aku Ajak Ngentot <img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiP2E_jqStvqYPoEmA6MtMAA15pShYFVx9AHy3sgAn633MUD97P8JMM9908rtX0bZTQ48_WthtYNY07VzX7eSY3qylL34SlCGzx2uI2uysQrZ4zF_Qn8sl1I1H24vG-nKRkaO8Wi7X2nuA/s200/cewek+masturbasi.jpg" /> <br /> <br /> <br /> <br /> <br /> Cerita Dewasa | Kakakku Ketagihan Masturbasi dan Aku Ajak Ngentot – Cerita dewasa ini mengisahkan serunya seorang adik suka ngintip kakaknya cewek masturbasi. Ga cuman suka masturbasi, ternyata sang kakak adalah seorang cewek lesbian, suka berhubungan dengan sesama jenis. Bahkan si adik pernah diajak ngentot bareng dengan teman pasangan lesbinya sang kakak. Cerita sex dewasa yang seru, panas dan layak anda baca. Berikut ini ceritanya….<br /><br />Namaku Tedy. Aku mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bandung. Saat ini aku kuliah semester II jurusan TI. Sejak awal kuliah, aku tinggal dirumah kakak ku. “Kak Dewi” begitulah aku memanggilnya. Usianya terpaut 5 tahun denganku. Ia sebenarnya bukan kakak kandungku, namun bagiku ia adalah kakak dalam arti yang sebenarnya. Ia begitu telaten dan memperhatikan aku. Apalagi kini kami jauh dari orang tua.<br /><br />Rumah yang kami tempati, baru satu tahun dibeli kak Dewi. Tidak terlalu besar memang, tapi lebih dari cukup untuk kami tinggali berdua. Setidaknya lebih baik dari pada kost-kostan. Kak Dewi saat ini bekerja disalah satu KanCab bank swasta nasional. Meskipun usianya baru 28 tahun, tapi kalau sudah mengenakan seragam kantornya, ia kelihatan dewasa sekali. Berwibawa dan tangguh. Matanya jernih dan terang, sehingga menonjolkan kecantikan alami yang dimilikinya.<br /><br />Dua bulan pertama aku tinggal dirumah kak Dewi, semuanya berjalan normal. Aku dan kak Dewi saling menyayangi sebagaimana adik dan kakak. Pengahasilan yang lumayan besar memungkinkan ia menangung segala keperluan kuliah ku. Memang sejak masuk kuliah, praktis segala biaya ditanggung kak Dewi.<br /><br />Namun dari semua kekagumanku pada kak Dewi, satu hal yang aku herankan. Sejauh ini aku tidak melihat kak Dewi memiliki hubungan spesial dengan laki-laki. Kupikir kurang apa kakaku ini ? cantik, sehat, cerdas, berpenghasilan mapan, kurang apa lagi ? Seringkali aku menggodanya, tapi dengan cerdas ia selalu bisa mengelak. Ujung-ujungnya ia pasti akan bilang, “Gampang deh soal itu, yang penting karier dulu…!”, aku percaya saja dengan kata-katanya. Yang pasti, aku menghomati dan mengaguminya sekaligus.<br /><br />Hingga pada suatu malam. Saat itu waktu menunjukan pukul 9.00, suasana rumah lengang dan sepi. Aku keluar dari kamarku dilantai atas, lalu turun untuk mengambil minuman dingin di kulkas. TV diruang tengah dimatikan, padahal biasanya kak Dewi asyik nongkrongin Bioskop Trans kesayangannya. <br /> <br /> Karena khawatir pintu rumah belum dikunci, lalu aku memeriksa pintu depan, ternyata sudah dikunci. Sambil bertanya-tanya didalam hati, aku bermaksud kembali ke kamarku. Namun tiba-tiba terlintas dibenakku, “kok sesore ini kak Dewi sudah tidur ?”, lalu setengah iseng perlahan aku mencoba mengintip kak Dewi didalam kamar melalui lubang kunci. Agak kesulitan karena anak kunci menancap dilubang itu, namun dengan lubang kecil aku masih dapat melihat kedalam.<br /><br />Dadaku berdegup kencang, dan lututku mendadak gemetar. Antara percaya dan tidak pada apa yang kulihat. Kak Dewi menggeliat-geliat diatas spring bad. Tanpa busana sehelaipun !!!<br />Ya Ampun ! Ia menggeliat-geliat kesana kemari. Terkadang terlentang sambil mendekap bantal guling, sementara kedua kakinya membelit bantal guling itu. Kemudian posisinya berubah lagi, ia menindih bantal guling. <br /> <br /> Napasku memburu. Ada rasa takut, malu, dan entah apalagi namanya. Sekuat tenaga aku tahan perasaan yang bergemuruh didadaku. Kualihkan pandanganku dari lubang kunci sesaat, pikiranku sungguh kacau, tak tahu apa yang harus kuperbuat. Namun kemudian rasa penasaran mendorongku untuk kembali mengintip. Kulihat kak Dewi masih menindih batal guling. <br /> <br /> Pinggulnya bergerak-gerak agak memutar, lalu kemudian dengan posisi agak merangkak ia menumpuk dan memiringkan bantal dan guling, lalu meraih langerie-nya. Ujung bantal itu ditutupinya dangan langerie. Kembali aku mengalihkan pandanganku dari lubang kunci itu. Ngapain lagi tuh ?!!, aku tertegun.<br /><br />Entah kenapa, rasa takut dan jengah perlahan berganti dengan geletar-geletar tubuhku. Tanpa sadar ada yang memanas dan mengeras di balik training yang aku kenakan. Aku meremasnya perlahan. Ahhh…<br /><br />Ketika kembali aku mengintip ke dalam kamar, kulihat Kak Dewi mengarahkan selangkangannya pada ujung bantal itu, hingga posisinya benar-benar seolah menunggangi tumpukan bantal itu. <br /> <br /> Lalu tubuhnya terutama bagian pinggul bergoyang goyang dan bergerak-gerak lagi, setiap goyangan yang dilakukanya secara reflek membuat aku semakin cepat meremas batang kemaluanku sendiri. Entah berapa lama aku menyaksikan tingkah laku kak Dewi didalam kamar. Nafasku memburu, apalagi manakala aku melihat gerakan kak Dewi yang semakin cepat. Mungkin ia hendak mencapai orgasme, dan benar saja, beberapa saat kemudian tubuh kak Dewi nampak berguncang beberapa saat, jemari kak Dewi mencengkram seprai.<br /><br />Aku tak tahan lagi. Bergegas aku menuju kamarku sendiri. Lalu kukunci pintu. Kumatikan lampu, lalu berbaring sambil memeluk bantal guling dengan nafas memburu. Pikiranku kacau. Bagaimanapun aku laki-laki normal. Aku merasakan gelombang birahi menyala dan semakin menyala didalam tubuhku. <br /> <br /> Dan makin lama makin membara. Ah… aku tak tahan lagi. Dengan tangan gemetar aku membuka seluruh pakaian yang kukenakan, lalu aku berguling-guling diatas spring bad sambil mendekap bantal guling. Aku merintih dan mendesah sendirian. Diantara desahan dan rintihan aku menyebut-nyebut nama kak Dewi. Aku membayangkan tengah berguling-guling sambil mendekap tubuh kak Dewi yang putih mulus. Pikiranku benar-benar tidak waras. <br /> <br /> Aku membayangkan tubuh kak Dewi aku gumuli dan kuremas remas. Sungguh aku tidak tahan, dengan sensasi dan imajinasiku sendiri, aku merintih dan merintih lalu mengerang perlahan seiring cairan nikmat yang muncrat membasahi bantal guling. (Besok harus mencuci sarung bantal…masa bodo…!!!!)…………….<br /><br />Sejak kejadian malam itu, pandanganku terhadap kak Dewi mengalami perubahan. Aku tidak saja memandangnya sebagai kakak, lebih dari itu, aku kini melihat kak Dewi sebagai wanita cantik. Ya wanita cantik ! wanita cantik dan seksi tentunya. Ah…….! (maafkan aku kak Dewi !)<br /><br />Terkadang aku merasa berdosa manakala aku mencuri-curi pandang. Kini aku selalu memperhatikan bagian-bagian tubuh kak Dewi. . ! mengapa baru sekarang aku menyadari kalau tubuh kak Dewi sedemikian putih dan moligh. Pinggulnya, betisnya, dadanya yang dihiasi dua gundukan itu. <br /> <br /> Ah lehernya apalagi, mhhh rasanya ingin aku dipeluk dan membenamkan wajah dilehernya.<br />“Hei, kenapa melamun aja ? Ayo makan rotinya !“, kata kak Dewi sambil menuangkan air putih mengisi gelas dihadapanya, lalu meneguknya perlahan. Air itu melewati bibir kak Dewi, lalu bergerak ke kerongkonganya…. Ahhh kenapa aku jadi memperhatikan hal-hal detail seperti ini ?<br />“Siapa yang melamun, orang lagi …. ammmm mmm enak nih, selai apa kak ?”, aku mengalihkan perhatian ketika kedua bola mata kak Dewi menatapku dengan pandangan aneh. <br /> <br />“Nanas ! itu kan selai kesukaanmu. awas abisin yah !”, kak Dewi bangkit dari tempat duduknya lalu berjalan membelakangiku menuju wastafel untuk mencuci tangan.<br />“OK, tenang aja !”, mulutku penuh roti, tapi pandangan mataku tak berkedip menyaksikan pinggul kak Dewi yang dibungkus pakaian dinasnya. Alamak, betisnya sedemikian putih dan mulus…<br />“Kamu gak pergi kemana-mana kan ?“, kata kak Dewi. Hari sabtu aku memang gak ada mata kuliah. <br /> <br />“Enggak…!”, kataku sesaat sebelum meneguk air minum.<br />“Periksa semua kunci rumah ya Ted kalo mau pergi. Kemarin di blok C11 ada yang kemalingan….!”.<br />“Mmhhh… iya, tenang aja…”, kataku sambil merapikan piring dan gelas bekas sarapan kami.<br />Beberapa saat kemudian suara mobil terdengar keluar garasi. Lalu suara derikan pintu garasi ditutup. Dan ketika aku keteras depan, Honda Jazz warna silver itu berlalu meninggalkan pekarangan. <br /> <br />Setelah memastikan kak Dewi pergi, aku kemudian mulai mengamati atap dan jarak antar ruangan. Sejak kemarin aku telah memiliki suatu rencana. Aku mau memasang Mini Camera kekamar kak Dewi, biar bisa online ke TV dikamarku, he he !.<br />Sebulan berlalu, otakku benar-benar telah rusak. <br /> <br /> Aku selalu menunggu saat-saat dimana kak Dewi bermasturbasi. Dengan bebas aku melihat Live Show, lewat mini kamera yang telah kupasang dilangit-langit kamar Kak Dewi. Aman ! sejauh ini kak Dewi tak menyadari bahwa segala gerak-geriknya ada yang mengamati.<br />Benar rupanya hasil survai sebuah lembaga bahwa 60 % dari wanita lajang melakukan masturbasi. Kalau kuhitung bahkan ka Dewi melakukanya seminggu dua kali. Pasti tidak terlewat ! malam rabu dan malam minggu. <br /> <br /> Kasihan kak Dewi. Ia mestinya memang sudah berumah tangga. Tapi biarlah, kak Dewi toh sudah dewasa, ia pasti tahu apa yang dilakukannya. Dan yang terpenting aku punya sesuatu untuk kunikmati. Kalau kak Dewi melakukannya dikamarnya, pasti aku juga. Ahh…..<br />Seringkali ditengah kekacauan pikiranku, ingin rasanya aku bergegas kekamar kak Dewi ketika kak Dewi tengah menggeliat-geliat sendiri. <br /> <br /> Aku ingin membantunya. Sekaligus membantu diriku sendiri. Gak usah beneran, cukup saling bikin happy aja. Tapi aku gak berani. Apa kata dunia ?<br />Malam ini. Aku tak sabar lagi menunggu, sudah hampir jam sembilan. Tapi kok gak ada tanda-tandanya. Kak Dewi masih asyik nongkrongi TV diruang tengah. Aku kemudian bergegas keluar rumah bermaksud mengunci gerbang.<br />“Mau kemana Ted ?”,<br />“Kunci gerbang ah, udah malem !”, kataku sambil menggoyangkan anak kunci .<br /><br />“Jangan dulu dikunci, temen kak Dewi ada yang mau kesini !”,<br />“Mau kesini ? siapa kak ?”,<br />“Santi…yang dulu itu lho !”,<br />“Ohh…!”, aku mencoba mengingat. Sinta ? ah masa bodo… tapi kalo dia kesini, kalo dia nginep, berarti …? Yah…! hangus deh.<br /><br />Aku bergegas kembali kedalam. Dan ketika aku menaiki tangga ke lantai atas, HP kak Dewi berdering. Kudengar kak Dewi berbicara, rupanya temennya si Sinta brengsek itu udah mau datang. Huh !<br />Aku hampir aja ketiduran. Atau mungkin memang ketiduran. Kulihat jam menunjukan pukul 10.30 malam, ya ampun aku memang ketiduran.<br /><br />Cuci muka di wastafel, lalu aku ambil sisa kopi yang tadi sore kuseduh. Dingin tapi lumayan daripada gak ada. Lalu seteguk air putih. Lalu sebatang Class Mild. <br /> <br /> Dan, asap memenuhi ruang kamar. Kubuka jendela, membiarkan udara malam masuk kekamarku. Sepi. Temennya kak Dewi udah pulang kali ?!.<br />Kunyalakan TV, tapi hampir seluruh chanel menyebalkan, Kuis, Lawakan, Ketoprak, Sinetron Mistery, fffpuih ! kuganti-ganti channel tapi emang semua chanell menyebalkan, lalu kutekan remote pada mode video…lho apa itu…?!<br />Ya ampun ! sungguh pemandangan yang menjijikan. <br /> <br /> Apa yang akan dilakukan kak Dewi dan temannya itu. Aku geleng-geleng kepala, ada rasa marah, kesal. Aku tidak menyangka kalau kak Dewi ternyata menyukai sesama jenis (Lesbian). <br /> <br /> Apa kata Mama. Ya ampuuuuun…!<br />Kumatikan TV. Aku termenung beberapa saat.<br />Aku ambil gelas kopi, satu tetes, kering. Ah air putih saja. Aku habiskan air digelas besar sampai tetes terakhir.<br /><br />Tapi…., aku tekan lagi tombol power TV, Upps… masih On Line ! Aku melihat kak Dewi dengan temannya berbaring miring berhadapan. Aku yakin mereka tanpa busana. Meskipun berselimut, bagian pundak mereka yang tak tertutup menunjukan kalau mereka tak berpakaian. Mereka saling menatap dan tersenyum. <br /> <br /> Tangan kiri kak Sinta mengelus-elus pundak kak Dewi. Sementara kuperhatikan tangan kak Dewi nampaknya mengelus-elus pinggang kak Sinta, tidak kelihatan memang tapi gerakan-gerakan dari balik selimut menunjukan hal itu. Lama sekali mereka saling pandang dan saling tersenyum. Mungkin mereka juga saling berbicara, tapi aku tak mendengarnya karena aku tidak memasang Mini Camera dengan Mic.<br /><br />Perlahan kepala kak Sinta mendekat, tangannya menghilang kedalam selimut dan menelusuri punggung kak Dewi. Aku Cemburu ! Mereka berciuman dengan penuh perasaan, perlahan saling mengulum dan melumat. fffpuih ! Ternyata benar-benar ada tugas pria yang dilakukan oleh wanita.<br /><br />Untuk beberapa saat mereka berciuman dan saling meraba. Aku jadi menahan nafas. Mungkin aku juga ketularan tidak waras, rasanya ada satu gairah yang perlahan bangkit didalam tubuhku. Bahkan, aku mulai mendidih !<br />Sesaat kak Sinta nampak menelusuri leher kak Dewi dengan bibir dan lidahnya, aku mengusap leherku sendiri. <br /> <br /> Entah kenapa aku merasa merinding nikmat. Apalagi melihat ekpresi kak Dewi yang pasrah tengadah, sementara kak Sinta dengan lembut bolak-balik menjilat leher, dagu, pangkal telinga. Aku tak tahan melihat kak Dewi diperlakukan seperti itu. Setelah mematikan lampu, aku kemudian beranjak ke atas spring Bad, mendekap bantal guling, sementara mataku tak lepas dari layar TV.<br /><br />Situasi semakin seru, kak Dewi kini yang beraksi, ia kelihatan agak terlalu terburu-buru. Dengan penuh nafsu ia menjilati dan menciumi leher kak Sinta yang kini terlentang ditindih kak Dewi. Kepala kak Sinta mendongak-dongak, aku yakin ia tengah merasakan gelenyar-gelenyar nikmat dilehernya. <br /> <br /> Kemudian kak Dewi berpindah menciumi dada kak Sinta, sekarang baru nampak jelas wajah kak Sinta. Ia ternyata cantik sekali, bahkan sedikit lebih cantik dari kak Dewi. Ah aku terangsang. Tonjolan dibalik kain sarung yang kukenakan makin mengeras. Agak ngilu terganjal ujung bantal guling, sehingga perlu kuluruskan.<br /><br />Kak Dewi benar-benar beraksi, ia menciumi dan melahap payudara kak Sinta. Wajah kak Sinta mengernyit, dan mulutnya terbuka, apalagi ketika kak Dewi mengemut putting susunya. Ia Menggeliat-geliat sementara kedua tangannya mendekap kepala kak Dewi. Bergantian kak Dewi mengerjai kedua payudara kak Sinta. Kak Sinta menggeliat-geliat. Semakin liar, apalgi ketika kak Dewi menyelinap ke dalam selimut. <br /> <br /> Tiba-tiba kepala Kak Dewi muncul lagi dari balik selimut, tengadah mungkin ia tersenyum atau tengah mengatakan sesuatu, karena kulihat kak Sinta tersenyum, lalu sebuah kecupan mendarat dikening Kak Dewi. <br /> <br /> Sesaat kemudian kak Dewi menghilang lagi ke dalam selimut. Kak Sinta tampak membetulkan posisi badannya, selimutnya juga dirapihkan, aku tak dapat melihat apa yang tengah dilakukan kak Dewi, tapi menurut perkiraanku kepala kak Dewi tepat diantara selangkangan kak Sinta. Entah apa yang tengah dilakukannya. <br /> <br /> Namun yang terlihat, kak Sinta mendongak-dongak, kedua tanganya meremas-remas kepala kak Dewi. Kepala kak Sinta bergerak kekanan dan kekiri. Tubuhnya juga menggelinjang kesana sini. Kondisi seperti itu berlalu cukup lama. <br /> <br /> Aku keringatan. Nafasku memburu. Tanpa sadar kubuka kaus yang kukenakan, lalu kulemparkan kain sarungku. Kemaluanku mengeras, menuntut diperlakukan sebagaimana mestinya. Ah… edan !<br /><br />Tiba-tiba aku lihat kak Sinta mengejang beberapa kali. Pinggulnya mengangkat, kedua pahanya menjepit kepala kak Dewi. Mengejang lagi, sementara kepalanya mendongak kekanan dan kiri. Ia terengah-engah, lalu sesaat kemudian terdiam. <br /> <br /> Matanya terpejam. Kemudian kak Dewi muncul dari balik selimut, ia nampak mengelap mulutnya dengan selimut. Paha kak Sinta tersingkap karenanya. <br /> <br /> Kak Sinta kemudian meraih kedua bahu kak Dewi, mendaratkan kecupan dikening, pipi kanan dan kiri kak Dewi, lalu merangkul kak Dewi ke dalam pelukannya. Beberapa saat mereka berpelukan. Aku yang menyaksikan kejadian itu hanya dapat menahan napas, sementara tangan kananku meremas-remas dan mengurut kemaluanku sendiri.<br /><br />Dan, kemudian mereka nampak berbincang lagi, lalu kak Dewi membaringkan badanya. Terlentang. Kak Sinta menarik selimut, lalu menyingkirkannya jauh-jauh. <br /> Kak Dewi kelihatan protes, tapi protes kak Dewi dibalas dengan lumatan bibir kak Sinta. Tubuh kak Sinta menindih tubuh kak Dewi. Aku melihat, dengan mata kepalaku sendiri. Dua wanita cantik, dua tubuh indah dengan kulit putih mulus, tanpa busana, tanpa penutup apapun. <br /> <br /> Saling menyentuh.<br />Kak Sinta kini yang bertindak aktif, ia kini menjilati leher, pangkal leher, bahu, dada, payudara kanan dan kiri. <br /> <br /> Kak Dewi nampak pasrah diperlakukan seperti itu. Kak Sinta nampak lebih terampil dari kak Dewi, hampir setiap inci tubuh kak Dewi dijilati dan dikecupnya. Bahkan kini ia menelusuri pangkal paha kak Dewi dari arah perut dan terus bergerak ke awah. <br /> <br /> Kak Dewi hendak bangun, kedua tanganya seolah menahan kepala kak Dewi yang terus bergerak ke bawah, entah mungkin karena geli atau nikmat yang teramat sangat. Tapi tangan kak Sinta menahanya, akhirnya kak Dewi menyerah. Dihempaskannya tubuhnya ke atas spring bad. <br /> <br />Kak Sinta kini menciumi paha, lutut, bahkan telapak kaki kak Dewi. Tangan kanan kak Dewi mengusap-usap kemaluannya, sementara jari-jari tangan kirinya dimasukan kedalam mulutnya sendiri. Ia mengeliat-geliat. <br /> <br /> Tubuh kak Sinta kemudian berubah lagi. Ia kini telah siap berada diantara paha kak Dewi. Kak Sinta menarik bantal dan meletakannya, dibawah pinggul kak Dewi, sehingga tubuh bagian bawah kak Dewi makin terangkat. Kepala kak Dewi terjepit persis diantara selangkangan kak Dewi. <br /> <br /> Sebelah tangannya meremas-remas payudara kak Dewi. Aku lihat tubuh kak Dewi mengelinjang-gelinjang. Tak sadar aku turut merintih. Semakin kak Dewi menggelinjang, nafasku semakin memburu. Tubuhku kini mendekap dan mengesek-gesek bantal guling, dan batang kemaluanku menggesek-gesek ujungnya. <br /> <br /> Nikmat, entah apa yang kini berada didalam pikiranku. Yang pasti aku turut larut dalam situasi antara kak Dewi dan kak Sinta.<br />“Kak Dewiii… kak Sinta……, ini Tedy… asssshhh..ahh kak…aku juga..!”, aku merintih dan terus merintih.<br />Semakin lama kak Dewi kulihat semakin liar, badannya bergerak-gerak, naik-turun searah pinggulnya. Kedua tangannya menangkup kepala kak Sinta. <br /> <br /> Semakin lama gerakan kak Dewi semakin liar, lalu pessss, TV mendadak padam. Sialan ! lampu diluar juga padam. Gelap gulita. PLN sialan ! Brengsekkkkkk !!!<br />Aku terengah-engah, dalam kegelapan. Sudah kadung mendidih, aku teruskan aksiku meski tanpa sensasi visual. Aku merintih dan mendesah sendiri dalam kegelapan. Aku yakin disana kak Dewi dan kak Sinta pun tengah merintih dan mendesah, juga dalam kegelapan…….<br /><br />Dor ! Dor ! Dor !<br />“Tedy… bangun, udah siang !“, suara ketukan atau entah gedoran pintu membangunkan aku. Rupanya sudah siang.<br />“Bangun…!”, suara kak Dewi kembali terdengar.<br />“Iya..! udah bangun…”, teriakku. Lalu terdengar langkah kaki kak Dewi menjauh dari pintu kamarku. <br /> <br />Ya ampun ! aku terkaget. Berantakan sekali tempat tidurku. Dan bantal guling…, bergegas aku buka sarungnya. Wah nembus !<br />Dengan terburu-buru kurapikan kamarku, jam menunjukan pukul 8 pagi. <br /> <br /> Kalau tidak khawatir mendengar kembali teriakan kak Dewi yang menyuruh sarapan mungkin aku memilih untuk tidur lagi. Akhirnya aku keluar kamar, mengambil handuk, dan bergegas kekamar mandi. <br /> <br />Didekat ruang makan aku berpapasan dengan kak Dewi yang membawa nasi goreng dari dapur. Namun bukan itu yang menarik perhatianku. Rambut lepek kak Dewi yang belum kering benar jelas terlihat. <br /> <br /> Aku teringat kejadian tadi malam. “abis keramas nih yee !”, kataku dalam hati.<br />“Apa senyam-senyum gitu ?”, kak Dewi menatapku heran.<br />“Enggak …! Siapa… lagi yang senyam-senyum. <br /> <br /> Mmm enak !”, kataku sambil menyuap sesendok nasi goreng hangat.<br />“Mandi dulu sana, dasar jorok !”, kata kak Dewi sambil meletakan piring yang dipegangnya.<br />“Jorokan juga kak Dewi, gituan dijilatin hiiii….”, kataku dalam hati, tapi kemudian bergegas mandi, eh keramas juga ! <br /> <br />Segar sehabis mandi, hampir aku balik lagi ketika menyadari dimeja makan Kak Dewi tengah sarapan ditemani kak Sinta.<br />“Ikutan Indonesian Idol dong ted !, jangan cuma berani nyanyi dikamar mandi aja !”, itu kalimat yang pertama kudengar dari kak Sinta. <br /> <br /> Cantik. Bener- benar cantik. Sumpah ! tapi matanya itu ! aku merasakan keliaran dimatanya ketika menatapku yang hanya terbungkus handuk sepinggang.<br />“Eh, maaf kirain gak ada kak Sinta, maaf yah…permisi !”, kataku sambil berlalu.<br />Buru-buru aku ganti baju, menyisir rambut. <br /> <br /> Ah kenapa aku ingin nampak keren. Karena ada kak Sinta yang cantik kali ya ? Pandang dari kiri dan kanan. Sip ! Turun kembali ke lantai bawah, menikmati dua wajah cantik, dan sepiring nasi goreng bertabur SoGood Sozzis.<br />“Nih buruan, sarapan dulu !”, kak Dewi yang kemudian menyuruhku sarapan, sementara mereka sendiri telah selesai. <br /> <br /> Aku lalu sarapan dengan diawasi oleh dua mahluk cantik yang tidak buru-buru beranjak dari meja makan. Mereka berbincang ngalor ngidul seputar dunia kerja. Sesekali aku menimpali meskipun mungkin enggak nyambung. “Dasar kuli, hari libur gini masih aja ngurusin kerjaan !”, aku membatin.<br />“Tumben dihabisin ?”, kata kak Dewi melihat aku makan dengan lahap.<br />“Abis enak sih !”,<br />“Biasanya, dia tuh ! susah makannya, di masakin ini-itu…!”,<br />“Bohong kak ! jangan dengerin !”, kataku menimpali ucapan kak Dewi<br />“Alah… emang biasanya gitu kok !”, kak Dewi memotong ucapanku. Kak Sinta hanya tersenyum aja. Manis lagi senyumnya. <br /> <br /> Mmmuah ! ingin rasanya kusentuh bibirnya itu.<br />Seminggu berlalu, setiap hari rasanya aku menjadi tambah bejat. Pikiranku kotor terus. Terbayang kak Dewi dan kak Sinta. Namun yang lebih sering menari-nari dalam khayalanku kemudian adalah sosok kak Dewi. Mungkin karena ia yang tiap hari ketemu. Sehingga pikiran kotorku kemudian mengacu kepadanya. <br /> <br /> Aku merasa bersalah karena kemudian khayalanku semakin kacau. Aku begitu terobsesi dengan kak Dewi. Setiap menjelang tidur, pikiranku melayang-layang membayangkan kak Dewi. Aku ingin merasakan kehangatan tubuh mulusnya, mengecap setiap inci kulit halusnya. …ahhhhhh…..!!!<br /><br />Rasanya semua hal yang berkaitan dengan kak Dewi membuatku terangsang. Melihat pakaiannya yang lagi dijemur saja aku terangsang. <br /> Bahkan entah berapa kali ketika kak Dewi tidak ada dirumah, aku mempergunakan benda-benda pribadi kak Dewi menjadi objek fantasiku. <br /> <br /> Dan makin lama aku makin berani, hingga aku melakukan self service, di kamar kak Dewi, ketika tidak ada kak Dewi tentunya. Seperti siang itu, sebotol Hand Body Lotion milik kak Dewi kugenggam erat. <br /> <br /> Aku terlentang diatas spring bad kak Dewi. Isi lotion telah kukeluarkan sehingga melumuri kemaluanku yang mengacung. Kuurut perlahan, menikmati sensasi yang membuai, sambil sesekali aku menciumi celana dalam pink kak Dewi. Aku benar-benar hanyut dan terbuai dalam kenikmatan. Sehingga aku tak begitu menghiraukan ketika ada suara-suara didepan rumah. Ah… kak Dewi biasanya pulang jam 6.30, sekarang <br /> <br /> baru jam 2 siang…. Aman..Ach….shhhh…..<br />Aku terhanyut dan bergelenyar penuh kenikmatan hingga….<br />Jeckrek !!! kunci pintu depan dibuka dari luar, lalu pintu terbuka. Seseorang masuk. Ya ampun ! aku sungguh panik. Kak Dewi Pulang !!!<br />Dengan gemetar dan penuh ketakutan aku mengenakan celana. Ya ampun, berantakan begini, dan… Hand Body Lotion tumpah… mati gue !<br />Tak dapat dicegah karena pintu kamar memang tak kukunci. Blak…pintu didorong dari luar…<br />“Tedy…! Ngapain kamu ?”, mata kak Dewi menatapku tajam.<br />“ng..mmm ini lagi !”, aku tak berkutik. Baju yang kugunakan mengelap ceceran Hand Body Lotion di seprai kugenggam erat. <br /> <br /> Wangi Hand Body Lotion tercium kemana-mana. Keringat dingin membasahi tubuhku yang hanya mengenakan training. Napasku tercekat manakala menyadari tatapan kak Dewi ke atas tempat tidur, celana dalam ka Dewi, langerie kak Dewi, bantal guling, dan celana dalamku yang tak sempat kupakai atau kusembunyikan. Shittttt….sialan! <br /> <br />Kak Dewi menghela nafas panjang dan berat, tatapannya sungguh menakutkan. Aku menggigil gemeteran. Kak Dewi pastinya dapat menebak kelakuanku.<br />“Kok cepet pulangnya kak ?”, dengan susah payah aku bersuara. Tapi kak Dewi tak memperdulikanku. Ia berlalu, langkah kakinya menjauhi kamar. <br /> <br /> Lalu terdengar dentingan gelas, dan pintu lemari es dibuka.<br />Bergegas aku membereskan segala yang berantakan, sekedarnya. Lalu buru-buru meninggalkan kamar kak Dewi !<br />“Anjing…!, brengsek “, kataku sambil meninju dinding. <br /> <br /> “Bodoh, bodoh !”, aku mengutuk diriku sendiri. Aku malu sekali. Dengan penuh ketakutan aku bergegas ganti baju. Pikiranku kacau sekali. Aku dengan mengendap keluar rumah, motorku-pun kudorong keluar halaman. <br /> <br /> Lalu aku kabur…ketempat kost temanku.<br />Tiga hari aku aku tak pulang, temanku sampai terheran-heran dengan kelakuanku. Tapi aku simpan rapat-rapat masalah yang sebenarnya. Aku hanya bilang lagi berantem sama kakaku. <br /> <br />Tadinya aku kebingungan juga kelamaan tidak pulang, mau pulang juga rasanya bagaimana. Namun sebuah telpon dari kak Dewi membuat semuanya lebih baik,<br />“Tedy kamu kemana aja ? kamu dimana ?”, terdengar suara kak Dewi di HP ku, datar. “mm ng… dirumah temen kak ?”, kataku sedikit bergetar.<br />“Pulang…nanti kalo mamah nanya gimana ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar. <br /> <br /> Tapi setidaknya hal itu membuatku sedikit lega. “Iya kak !”, lalu tak terdengar lagi suara kak Dewi. Aku tertegun beberapa saat, namun kemudian aku memutuskan untuk pulang.<br />Tiba dirumah, tatapan kak Dewi menyambutku. Aku tak berani menatap wajahnya. “kamu kemana aja ?”, suara kak Dewi masih terdengar datar seperti ditelepon. “Mmm…dari rumah Wawan kak !”,<br />“Makan dulu…tuh kakak udah masak !”, terdengar suara kak Dewi dari ruang tengah. “Iya kak !”, bergegas aku ke meja makan. Melahap makanan yang tersedia dimeja makan, emang gua laperrrr !<br />Besoknya, suasana masih terasa amat hambar. <br /> <br /> Kak Dewi tak mengucap sepatah katapun. Ia membuang muka ketika berpapasan dengan aku yang bermaksud ke kamar mandi. Selesai mandi, ganti baju, kembali keruang makan. Aku dan kak Dewi sarapan seperti biasanya, tapi rasanya suasana betul-betul mencekam. <br /> <br /> Kak Dewi nampak buru-buru menyelesaikan sarapannya. Akupun bergegas menghabiskan sisa makananku.<br />“Kak, maafin Tedy yah !”, kataku sambil meletakan gelas yang airnya habis kuteguk.<br />Kak Dewi tak bersuara, tapi matanya menatapku, penuh keheranan dan tanda tanya, atau mungkin tatapan apa itu artinya. <br /> <br /> Entahlah.<br />Beberapa hari kemudian setelah situasi dirumah mulai terasa normal, malam itu kak Dewi diruang tengah nonton TV atau mungkin membaca majalah. Entahlah atau bisa kedua-duanya, soalnya TV dinyalakan tapi ia asyik membaca majalah sambil telungkup dipermadani. Dagunya diganjal dengan bantal guling. Aku kemudian duduk disofa, tepat dibelakangnya. Rasanya badanku gemetar menyaksikan pandangan dihadapanku. Sittttt !!!! Pikiran gilaku melintas lagi. <br /> <br /> Pantat kak Dewi yang hanya dilapisi selembar baju tidur tipis begitu indah terlihat. Garis celana dalam yang dikenakanya nampak menggurat. Betisnya itu, alamak. Aku tak tahan ingin mengecapnya dengan lidahku. Dan…<br />“Bikin minum dong, haus nih…!”, Kak Dewi membalikan badannya, dan melihat kearahku yang tengah menikmati bagian belakang tubuhnya.<br />“Orange, atau susu ?”, tanpa sadar aku melirik kearah dadanya.<br />Kak Dewi merasakan pandangan mataku, ia membetulkan leher bajunya.<br />“Susu deh ! tapi jangan penuh-penuh yah !”,<br />“Ok !”, lalu aku pergi ke ruang sebelah. Seperti kebiasaannya kalau bikin susu ia pasti hanya minta setengah gelas. <br /> <br /> “Takut gak abis”, katanya !<br />“Nih kak !”, kataku sambil meletakkan gelas susu disebelah kanan. Lalu aku bergerak kesebelah kiri kak Dewi. Kak Dewi segera mereguk minuman yang kusediakan untuknya itu. Aku sendiri meraih majalah yang tengah dibaca Kak Dewi.<br />“Ih apaan nih, sini ! orang lagi dibaca juga !”, kak Dewi berusaha meraih majalahnya kembali. Akhirnya kulepaskan. Aku mengambil remote TV. Sambil tengkurap disamping kak Dewi, aku memindah-mindah chanel.<br />“Kebiasaan Tedy mah, pindah-pindah terus, balikin TransTV !”, katanya sambil berusaha meraih remote. Akupun menyerah, kukembalikan channel ke TransTV.<br />Lalu aku memiringkan badan, sekarang aku menghadap kearah kak Dewi. Menatapnya dalam-dalam. Ah… kakak ku sayang, engkau cantik sekali. <br /> <br /> Lalu aku mutup kedua mataku rapat-rapat.<br />“Kak mau tanya, boleh ?”, kataku sambil tetap memejamkan mata.<br />“Tanya apa sih !”, ia menjawab tanpa menoleh.<br />“ng…mmmm kenapa Tedy akhir-akhir jadi aneh yah ?”,<br />“Maksudnya apa ?”,<br />“Tapi kak Dewi jangan marah yah !”,<br />“Akhir-akhir ini, tedy sering error. Pikiranya yang begituuu.. aja. <br /> <br /> Gak siang gak malem, pusing deh !”,<br />“Mikirin apa sih ?”,<br />“Ah… kak Dewi ini. Maksud Tedy… mmm jangan marah yah. Rasanya Tedy gampang terangsang deh !”, kubuka mataku, keterkejutan nampak diwajah kak Dewi. Lalu ia menghela nafas panjang. <br /> <br />“Kebanyakan nonton film jelek kali. Tuh dikomputer hapus-hapusin gambar gambar jelek kayak gitu !”,<br />“Bisa juga sih…, kalau masturbasi bahaya enggak sih kak?”, aku kembali melontarkan pertanyaan yang mengagetkannya.<br />”Apaan sih gituan di tanya-tanyain ?!”, nampak kak Dewi agak gusar menimpali pertanyaanku.<br />“Kalau kata temen tedy sih, mendingan masturbasi daripada main sama cewek nakal, bisa penyakitan !”, <br /> <br />Tak terdengar komentar. Waduh aku kehabisan kata-kata.<br />“Sebenarnya gara-gara kak Dewi sih !”, dan aku menunggu. Benar saja, kak Dewi bereaksi. Ia menatapku penuh tanya.<br />“Menurut sebuah survai, 60 % wanita lajang melakukan masturbasi, bener kan ?”, aku kembali melontarkan pukulan kata-kata.<br />“Kata siapa kamu ?”,<br />“Kata koran dannnnn… lubang kunci !”,<br />“Maksud Tedy apa sih…? Kakak jadi pusing !”,<br />“Tedy tahu rahasia kak Dewi !”,<br />“Rahasia apa ?”, <br /> <br />“Kak Dewi suka menggeliat-geliat ditempat tidur tanpa pakaian dan memeluk bantal guling !”, akhirnya. Mata Kak Dewi membeliak kaget. Tatapan matanya menyiratkan rasa marah dan malu, tapi ia berusaha menutupinya.<br />“Kamu ngintip ?”,<br />“Gak sengaja sih…!”, kubenamkan mukaku dipermadani sambil menunggu efek selanjutnya.<br />“Tapi tenang aja. Rahasia kak Dewi aman kok ditangan Tedy. <br /> <br /> Dan rahasia Tedy ada ditangan kak Dewi. <br /> <br /> Sama-sama aman ok ?!”, Kak Dewi tak bersuara. Benar-benar terdiam. Ia malah membolak-balikan halaman majalah.<br />“Meskipun ada satu rahasia lagi !”, tampak wajah kak Dewi kembali menegang. Pandanganya mengarah kepadaku, yang kini juga menatapnya.<br />“Kak Sinta… !”, kataku. Kak Dewi benar-benar terhenyak. Ia bangkit hingga terduduk. Aku membalikan badan, terlentang disamping kak Dewi.<br />“Tenang aja. Tedy gak akan membocorkannya ke siapa-siapa kok !”,<br />“Tedy tahu semuanya ?”, kata kak Dewi tiba-tiba. <br /> <br /> Pandangan matanya kini memelas dan penuh ketakutan. <br /> Aku menganggukan kepala.<br />“Jangan bilang siapa-siapa, jangan bilang mamah. <br /> <br /> Please !”, kak Dewi mengguncang bahuku.<br />“Tenang…pokoknya aman !”,<br />Kak Dewi nampak gelisah. Aku tidak tega melihatnya. <br /> Kak Dewi yang sangat baik padaku telah aku antarkan pada suatu kondisi serba salah dan menakutkan baginya. Tapi sudahlah. <br /> <br />Tiba-tiba terdengar dering telp, bergegas aku bangun dan mengangkat gagang telpon.<br />“Halloo..!”, terdengar suara perempuan diseberang sana.<br />“Hallo…!”, kataku<br />“Ini tedy yah ?, kak Dewi ada ?”, suara itu terdengar lembut.<br />“ng.. ini siapa yah ?”, kataku sambil menduga-duga.<br />“Ini Sinta…kak Dewi-nya ada ?”,<br />“Ada…sebentar ya kak !”, kataku.<br />“Kak… ini kak Sinta !”, kataku pada kak Dewi. Kulihat tiba-tiba expresi kak Dewi menegang. Namun tak urung ia mendekatiku, dan menerima gagang telepon yang kusodorkan.<br />“Haloo..”, <br /> <br />Aku bergegas pergi, tak ingin mengganggu “sepasang kekasih” yang telepon-an. Aku naik ke lantai atas, menuju kekamarku sendiri. Kukunci pintu kamar, mematikan lampu, dengan perasaan campur aduk.<br />Beberapa saat kemudian kudengar langkah kaki kak Dewi di tangga menuju kearah kamarku. Lalu tiba-tiba aku mendengar ketukan dan suara kak Dewi. <br /> <br /> Aku terdiam, menunggu. “Tedy…!”, kembali terdengar ketukan. Kunyalakan lampu lalu membuka kunci pintu kamar.<br />Tanpa kupersilahkan kak Dewi menyeruak masuk lalu duduk dipinggir tempat tidur. “Tedy…”, kak Dewi tiba-tiba memecahkan keheningan.<br />Aku yang hendak menyalakan rokok, menoleh.<br />Kulihat kak Dewi menatapku dalam-dalam. Nampaknya ada sesuatu yang ingin diucapkanya. Tak jadi menyalakan rokok. Aku menarik kursi, dan membalikanya sehingga menghadap kearah kak Dewi. Lalu aku duduk dihadapan kak Dewi. “Tedy bisa pegang rahasia kan ?”, ia menatapku sungguh-sungguh. Ada ketakutan dimatanya.<br />“Masalah apa ?”,<br />“Sinta…!”, <br /> <br />“Oh…!”, aku mengangguk perlahan.<br />“Jangan sampai Mamah tahu !’,<br />Aku hanya menatapnya, lalu tersenyum hambar.<br />“Janji ?!”, kak Dewi menatapku dalam-dalam. <br /> <br />“Janji !”, kataku sambl mengacungkan telunjuk dan jari tengahku.<br />“Tedy boleh minta apa aja, pasti kakak turutin, syaratnya satu, gak boleh bocorin rahasia !”,<br />“Tenang…aman !’, kataku agak bergetar. <br /> <br />“Tedy mau minta apa sama kaka?”, nampaknya kak Dewi mencoba bernegosiasi, he he….<br />“ng…gak minta apa-apa deh…mmm…”, sungguh tak terpikir untuk minta sesuatu pada kak Dewi, lagi pula aku sama sekali gak kepirkiran untuk membocorkan rahasianya. Namun tatapan liarku kearah dada ka Dewi sungguh dinterpretasikan oleh kak Dewi.<br /><br />“Kakak tahu kok apa yang Tedy inginkan, sini…!”, kak Dewi menepuk spring bad, mungkin maksudnya menyuruhku duduk disampingnya. Aku ragu sesaat.<br />“Sini….!”, katanya mengulang. <br /> <br />Meskipun ragu aku kemudian beranjak, dan dengan bingung aku duduk disebelahnya. Darahku berdesir saat jemari lembut kak Dewi mengusap punggung tanganku. Lalu ia meraih telapak tanganku. <br /> <br /> Jemari tanganku digenggamnya.<br />“Pasti Tedy sekarang lagi error !”, tiba-tiba kak Dewi berkata datar,<br />“Apaan sih kak ?”, kataku agak jengah.<br />“Pake pura-pura lagi !”, kak Dewi mendorong tubuhku. <br /> <br /> Karena Kak Dewi mengisyaratkan agar aku terlentang maka aku segera terlentang dengan kakiku menjuntai kelantai.<br />“Tedy pengen ini kan ?”, jemari kak Dewi merayapi pahaku. <br /> <br /> Aku terhenyak menahan nafas. Kemudian kak Dewi tanpa ragu mulai meremas kemaluanku perlahan, ahh….., kedua lututku terangkat parlahan, lalu kuturunkan lagi.<br />“Kak…”, kataku lirih<br />“sst…kakak tahu apa yang Tedy inginkan, tenang aja…”, kak Dewi benar-benar meremas-remas kemaluanku. Geletar nikmat perlahan merayap, seiring makin mengerasnya batang kemaluanku. Kuraih bantal, kudekap hingga menutupi mukaku. Rasa jengah dan nikmat membaur menjadi satu. <br /> <br />“Pake malu-malu lagi !”, kak Dewi memaksaku melepaskan bantal. Akhirnya untuk aku hanya bisa menutup mata dan menikmati gelenyar kenikmatan dari setiap remasan tangan kak Dewi. “Ah…shhh..kak….!”,<br />Tanganku perlahan merayap kearah pinggang kak Dewi, meremasnya perlahan seiring geliat kenikmatan. Aku semakin berani karena kak Dewi tak menolak remasan tanganku dipinggangnya.<br />Tiba-tiba, “Udah ya…cukup segitu aja !”, tiba-tiba kak Dewi menghentikan remasan tanganya. <br /> <br />“Ah kakak !”, aku merintih kecewa, hampir aku melonjak bangun.<br />“Kenapa ?”, ia menatapku, sebuah senyum seolah menggoda aku yang tengah konak.<br />“Tanggung…please…!”, aku merintih dan memelas.<br />“Dasar….”, katanya sambil memijit hidungku.<br />Tanpa ragu aku melepaskan training yg kukenakan, kemaluanku yg sungguh telah mengeras, mendongak…<br />Nampak ada rasa jengah pada tatapan kak Dewi, aku bangkit dari tidurku, “Please…!”, lalu kuraih tangan kak Dewi agar menjamah kemaluanku. Akhirnya tak urung kak Dewi menuruti kemauanku. <br /> <br />Kembali kuhempaskan tubuh, lalu menunggu kak Dewi melakukan hal yg seharusnya. Tangan lembut dan halus kak Dewi menggenggam kemaluanku, nampaknya ia agak ragu, badanku mengerjap sesaat, ketika tangan kak dewi mulai meramas kemaluanku dengan perlahan. Kupenjamkan mata, menikmati setiap kenikmatan yang datang. <br /> <br /> Semakin lama keinginanku semakin kuat. Aku merintih, mendesah dan sesekali menggeliat.<br />Remasan tangan kak Dewi memang nikmat, namun semakin lama aku menginginkan lebih, lalu aku meraih Hand Body dari sela-sela pinggir springbad, dengan gemetar kusodorkan pada kak Dewi.<br />“Apa ini ?”,<br />Meski terlihat ragu, perlahan kak Dewi meraih Hand Body Lotion, membuka tutupnya, menumpahkannya ditangan kanannya. <br /> <br /> Lalu ia melumuri kemaluanku. Ahhh..<br />“Maafin Tedy ya kak !”,<br />“Iya anak nakal !”, katanya. Mungkin seharusnya ia tersenyum tapi aku tidak melihatnya.<br />“Digimanain ?”, katanya berbisik perlahan.<br />“Urut aja, keatas dan kebawah, pelan-pelan !”,<br />“Begini…!”, <br /> <br />“Ya…ah… shhh… kak Dewi…!”, akupun tenggelam dan terbuai dalam kenikmatan. Belaian lembut tangan Kak Dewi sungguh membuat aku terlena. Dan tanpa kuminta kak Dewi telah cukup paham ketika sudah agak mengering dan kesat ditambahkannya lagi cairan Hand Body itu. Ia telah tahu yang kuinginkan. <br /> <br /> Caranya mengurut dan meremas sungguh sempurna. Aku kemudian hanya bisa pasrah, merintih dan mendesah.<br />“ssshhhh… kaka…mkasihhhh…. Mmmm shhhhh enak !”,<br />Aku terus merintih dan merintih. Kak Dewi benar-benar memanjakan aku. Ia mengurut dan membelai membuat aku terasa melambung-lambung. Tapi lama kelamaan ada rasa ngilu dikemaluanku. <br /> <br /> Makin lama makin ngilu.<br />“kenapa ? udah ?”, kak Dewi bertanya ketika tanganku menahan gerakan tanganya yang masih mengurut dan membelai. “Ngilu…!”, kataku berbisik.<br />Lalu aku bangkit dari tempat tidurku, sehingga kami duduk berdampingan. Kak Dewi terlihat berusaha mengelap cairan Hand Body yang berlepotan ditanganya. Trainingku menjadi korban. Tanggung sekalian kotor, akupun mengelap kemaluanku dari cairan handbody. <br /> <br /> Kami terdiam, beberapa saat.<br />“Tahu enggak sebenarnya Tedy suka pake bantal guling. Seperti Kak Dewi !”,<br />“Apa enaknya…!”, pertanyaan itu seolah terlontar begitu saja.<br />“Ya enak aja. Gesek-gesek. Sambil membayangkan sedang memeluk kak Dewi !”.<br />“Dasar !”, ia memelintir kupingku.<br />“kak Dewi…!”,<br />‘Apa..?”,<br />‘Tanggung nih !”,<br />“Tanggung apanya ?”,<br />“Pura-pura jadi bantal guling mau ?”,<br />“Apalagi nih !”, <br /> <br />“Tedy gak tahan nih. Tapi kak Dewi gak usah khawatir. Tedy gak merusak apapun. Kak Dewi tetap berbaju lengkap. Kak Dewi hanya berbaring aja. Nanti Tedy…!”, kak Dewi terdiam tak menjawab.<br />“Cuma gesek-gesek aja !”, aku kemudian menandaskan.<br />“Gimana ? kamu ini aneh-aneh aja ?”,<br />“Berbaring dulu kak Dewi-nya. Pokonya aman deh. <br /> <br /> Tedy gak bakalan merusak apapun. Janji !”, kataku sambil setengah mendorong tubuh kak Dewi.<br />Kak Dewi tak urung menurut. Ia beringsut keatas spring bad, lalu kubaringkan tubuhnya hingga terlentang.<br />Dengan bergetar kemudian aku berbaring menyamping. Lalu kakiku menyilang keatas dua kakinya. Selangkanganku kini menempel ke pahanya. Sayang masing terlindung pakaian yang dikenakannya. Tapi lumayan enak. <br /> <br /> Lalu aku mulai menggesek-gesekan kemaluanku kepaha kak Dewi. Rasa nikmat perlahan mengalir seiring gesekan itu. Makin lama makin terasa enak. Tangan kak Dewi kupaksa agar mau melingkari pinggangku. Aku terus menggesek dan menggesek. Sesaat aku lepaskan bajuku, aku kini telanjang bulat, menelungkup tubuh kak Dewi yang masih terbungkus Langerie…<br /><br />”shhhh…. Mmmm enak kak. Enak ! shhhhh ahhhh shhh !”, tanpa sadar aku menciumi bahu kak Dewi. Aku semaki berani karena kak Dewi membiarkan aku menciumi pundaknya. Makin lama tubuhku makin bergeser. Tahu-tahu aku kini berada diantara dua paha kak Dewi. Kemaluanku menggesek-gesek persis kemaluan kak Dewi. Sungguh nikmat. Geletar-geletar birahi makin memuncak. <br /> <br /> Aku mendesis dan merintih sambil sesekali mendaratkan ciuman ke pundak kak Dewi. Lambat laun aku menyadari, setiap aku bergerak dan menggesek, tubuh kak Dewi ikut bergerak seirama gerakan tubuhku. Bahkan beberapa kali ia membetulkan posisi pinggangku. <br /> <br /> Kemaluanku terus menggesek-gesek kemaluan kak Dewi. Dan terus bergoyang-goyang berirama.<br />“Kurang keatas…sakit tahu !”, suara ka Dewi terdengar memburu.<br />Aku menurut. Aku bergerak lebih keatas. Paha kak Dewi bergerak seolah memberi ruang agar tubuhku bergerak lebih leluasa. <br /> <br />“Pelan…pelan…”, ia mendesis,<br />“Enak kak?’, akhirnya kulontarkan pertanyaan itu. Kak Dewi terdiam. Namun nafasnya semakin terdengar memburu. Jemari tangannya terasa meremas-remas punggungku.<br />Tanpa meminta persetujuan aku berusaha meraih celana dalam kak Dewi.<br />“Mau apa ?”,<br />“Biar gak sakit lepasin aja yah ?”, ia sedikit mempertahankanya.<br />“Please !”, kataku. Akhirnya kak Dewi menurut. <br /> <br /> Bahkan kakinya bergerak-gerak membantuku melepaskan celana dalam itu. Aku tidak bermaksud menyetubuhi kak Dewi. Tidak benar-benar maskudku. Biar bersentuhan lebih dekat aja. Dan untuk pertama kalinya dalam hidupku. Kemaluanku menempel pada kemaluan wanita. Sungguh sensasinya luar biasa. <br /> <br />Kemaluanku mengarah kebawah, terjepit diantara paha kak Dewi. Lalu aku mulai menggesek-kesekanya. Ada sesuatu yang hangat namun basah dibawah sana. Semakin kugesekkan semakin terasa nikmat. Tiba-tiba aku mendengar kak Dewi mendesah pelan. Kepalanya mendongak. Kuulangi gerakan dan gesekanku, kembali ia mendesah. Akhirnya kuulangi gesekan diwilayah itu. Aku senang mendengar kak Dewi mendesah-desah dan merintih. Kami ternyata berada pada posisi saling berdekapan. <br /> <br /> Wajah kami begitu dekat. Aku merasakan semburan nafas hangat kak Dewi. Dengan lembut kudaratkan bibirku didagunya. Kemudian bergeser, perlahan. Akhirnya bibir kami bertemu. Bibir kak Dewi awalnya diam tak bereaksi ketika bibirku berusaha melumat, tapi lama kelamaan bibir itu membalas lumatan bibirku. Kami berpagutan dan saling melumat. <br /> <br /> Semakin lama segalanya semakin liar. Aku kini bahkan sudah mengecap, menjilat bahkan setengah menggigit leher kak Dewi. Ketika jilatan lidahku menyerang pangkal leher dibawah telinganya, kak Dewi mendesah dan merintih. Aku kini benar-benar membuat kak Dewi menjadi hilang kesadaran. Ia telah menjadi benar-benar liar. <br /> <br /> Diarahkannya kepalaku untuk menciumi dadanya. Aku maklum dengan apa yang diinginkan kak Dewi. Aku bangit dari cengraman tubuhnya. Lalu dengan gemetar kubuka Langerie yang dikenakan kak Dewi. Kemudian Bra yang dikenakannya. Kini tubuh kak Dewi tak berbalut selembar benangpun, sebagaimana aku. Tak tahan berlama-lama aku merangkul tubuh kak Dewi. <br /> <br /> Aku menggumulinya dengan penuh nafsu. Aku jilat setiap inci tubuhnya, semakin kak Dewi merintih semakin aku mejilat dan menggigit. Putting susunya bergantian aku lahap. Aku bagai orang yang kesetanan. Tanpa terasa aku mulai menjilati tubuh kak Dewi bagian bawah. Bahkan aku kini mulai menciumi pangkal paha dan selangkangannya. Kak Dewi merintih dan melenguh. Aku tak tahu bagaimana cara menjilat yang baik dan benar. <br /> <br /> Pokonya semakin keras rintihan kak Dewi semakin lama aku menjilat. Kupingku terasa berdenging dan pekak karena terjepit kedua paha kak Dewi. Aku menjilat dan terus menjilat kemaluan kak Dewi. Meskipun hidungku mencium aroma yang aneh, dan lidahku mengecap rasa yang aneh pula. Aku terus menjilat. Bahkan bibirkupun mencium bagian-bagian kemaluan kak Dewi. Aku bahagia mendengar kak Dewi Merintih-rintih dan menjerit. Sampai kemudian kak Dewi menarik kepalaku. <br /> <br />“Sudah-sudah ! ngilu !”,<br />“Ngilu ?”, batinku. Bukanya enak ?<br />Nafas kak Dewi tersengal-sengal. Aku segera mengelap mulutku dengan baju kak Dewi, mengusir perasaan tidak nyaman dimulutku. Namun aku masih bernafsu. Ketika aku bermaksud menaiku tubuh kak Dewi.<br />“Tunggu sebentar. Masih ngilu !?”, katanya. <br /> <br />Akhirnya aku hanya dapat menciumi perut dan dada serta payudara kak Dewi. Kedua tangan kak Dewi membelai-belai rambutku.<br />Tubuhku perlahan mulai merayap kembali. Masuk kedalam dekapan hangat tubuh kak Dewi. Rasa nikmat itu perlahan kembali mengalir. Kemaluan kami kembali bergesekan. Dan aku mulai meracau…<br />“Jangan !”, kak Dewi menahan tubuhku. Aku tak tahan lagi. Aku ingin memasukannya. Aku ingin merasakan terbenam dalam lembah kenikmatan itu. <br /> <br />“Jangaaaaannn… please ! Tedy jangan !”, kak Dewi memohon ketika aku mencoba dan memaksa untuk kedua kalinya.<br />“Tedy udah gak tahan kak ! gak tahan lagi !”,<br />“Tapi Tedy udah janji, gak bakalan merusak.!”, kak Dewi menghiba.<br />“Tedy udah gak tahannnnnn….shhhh !”,<br />“Kak Dewi juga sama. Tapi please jangannnn shhh !”,<br />Kak Dewi berbisik dengan nafas memburu. <br /> <br /> Aku tak tahan lagi. Namun kemudian otak warasku hadir. Kalau dengan bantal guling saja aku bisa puas, kenapa sekarang enggak.<br />Aku ambil celana dalam kak Dewi, lalu kugunakan untuk menutupi kemaluan kak Dewi. “Tedy pengen keluar disini, boleh yah !”. setengah memohon aku berbisik. <br /> <br />Karena tak dilarang segera aku memposisikan kemaluanku. Mengarah kebawah dan terjepit paha kak Dewi. Kedua Kemaluan kami hanya dipisah selembar celana dalam. Dan aku kemudian mulai menggesek. Mencari sensasi kenikmatan itu. Aku menggesek dan menggesek. Tak beberapa lama, gelombang kenikmatan itu datang. Cratt cratt…..<br /><br />Aku terkapar diatas tubuh kak Dewi. Terdiam beberapa saat, sebelum kak Dewi mendorong tubuhku yang menindih tubuhnya. Aku terbaring ke samping. Ingin rasanya aku memeluk kak Dewi berlama-lama. Tapi kak Dewi buru-buru bangkit. Dikenakannya Langerie-nya kembali. Lalu bergegas ia keluar dari kamarku. Celana dalamnya yang basah berlumuran ditinggalkannya !<br /><br />Sejak saat itu, rahasia dirumah ini bertambah, sampai sekarang kami terus melakukanya, tidak terlalu sering memang, namun ketika aku menginginkan atau ketika kak Dewi “kepengen” (begitulah istilah kak Dewi), maka kami akan melakukannya. Didapur, dikamar mandi, diruang tengah, bahkan diruang tamu. Satu hal yang tetap kami jaga, kami tidak benar-benar bercinta, sungguh akupun komit dengan janjiku, aku teramat menyayangi kak Dewi, aku tak ingin merusaknya, semua yang kuperoleh telah lebih cukup bagiku. Dan mudah-mudahan akan tetap saperti itu.semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-2361960841200431902013-06-28T07:15:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.060-07:00 Cerita Dewasa | Ngentot Cewek SMA Pake Obat Perangsang Wanita | Cerita Panas Terbaru <img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEihtC32HWCE0AKqYS3mVoEHNSpm_phi9Qyq8Iz3gUAPhX1Ouiv8y9MRHlfirHy15ojPdNpHVeAZdkPexJnZC5lTFNVjs5zD3-6mcnwl4GzjjKHlcXdgYjnGaeVRNYhLEFiGLFN-x4nOQww/s200/Cerita+Dewasa.jpg" /> <br /> <br /> <br /> Selesai mandi aku ke ruang tamu nonton bola, beberapa orang tetanggaku datang ke rumahku seperti biasanya kalau ada pertandingan bola live rumahku rame layaknya bioskop. <br /> <br /> Di sela-sela nonton kami sering mengobrol mulai update politik, kabar tetangga sampai urusan wanita. <br /> Pak Salman adalah seorang tetanggaku yang tekenal suka bercanda tapi yang berbau pornografi, dia tiba-tiba nyeletuk katanya dia membeli sebuah obatperangsang wanita Cair yang harganya mahal, diapun mulai cerita panjang lebar tentang khasiat obat Perangsang Cair itu katanya bisa meningkatkan libido wanita dengan cepat, akupun iseng-iseng minta ke dia obat perangsang wanita itu pengin buktikan, karena kami memang sudah cukup akrab diapun tanpa pikir panjang memberikan sebotol kecil obat perangsang wanita itu, tapi pesannya jangan dipakai semua, sisanya dia minta dikembalikan, percaya ga percaya akupun mengambilnya, meski dalam hati bertanya juga mau dicobain ke siapa ya, wanita di rumahku Cuma ada pembantuku sementara istriku sedang pulang ke rumah orang tuanya.... ah sudahlah sementara disimpan dulu... <br /> <br /> <br /> Pertandingan bola sudah berlangsung 45 menit, televisi sudah menghadirkan komentator dan diselingi iklan, di waktu jeda seperti itu bapak-bapak biasanya juga ikut komentar sambil ngobrol satu sama lain. Akupun ke luar sebentar untuk menjernihkan mataku yang sedikit pedes, aku keluar di halaman rumah untuk beberapa saat. Kemudian muncullah dua anak SMA masih dengan seragamnya menyapaku karena lewat depan rumahku, aku mengenali mereka berdua anak tetangga RT sebelah, namanya Fera dan Dita. Setelah berjalan beberapa langkah melewati rumahku tiba-tiba mereka berhenti dan sepertinya saling berbisik kemudian kembali lagi mendekatiku, mereka menyodorkan sebuah Proposal untuk kegiatan Karangtaruna, aku terima proposalnya dan aku suruh mereka kembali lagi nanti sore untuk ambil uangnya. <br /> <br /> <br /> Akupun masuk ke rumah melanjutkan nonton TV pertandingan sepakbola, semakin seru dan sesekali bapak-bapak bersorak ketika tim kesayangannya berhasil menjebol gawang lawan. Beberapa menit kemudian pertandinganpun selesai dengan hasil imbang 2-2. Satu persatu mulai pamit pulang dan rumahkupun kembali sepi. Pembantuku mulai membersihkan ruangan dan mencuci gelas-gelas kotor karena memang tadi tetanggaku banyak sekali yang datang. Perutku mulai terasa lapar dari tadi belum makan, akupun menuju ruang makan. <br /> <br /> <br /> Pembantuku membuatkan teh panas dan menaruhnya di dekatku, ide jahil muncul dalam pikiranku, aku ingin menguji keampuhan obat perangsang cair yang diberi Pak Salman tadi, kuteteskan obat Perangsang cair ke dalam teh panas dan aku memanggil pembantuku, “Dina, ini tehnya buat kamu aja, aku dari tadi sudah terlalu banyak minum manis, aku air putih saja”. Dina pun memberikan air putih kepadaku dan membawa teh panas itu ke dapur. “Jangan dibuang lo Din, sayang, kamu minum aja gapapa”, kataku. <br /> <br /> <br /> Dan jebakanku pun berhasil, kuperhatikan dari ruang makan, Dina meminum teh panas yang sudah kucampur dengan obat perangsang wanita tadi. Hampir setengah gelas ia teguk, dan ia melanjutkan mencuci gelas dan piring, beberapa saat kemudian ia meminum lagi teh itu dan menghabiskannya, mungkin karena gelasnya mau sekalian dicuci. <br /> <br /> Wah, jebakanku berhasil, Dina sudah meminum semua, aku tinggal menunggu reaksi obat perangsang wanita itu. Beberapa menit kemudian Dina mengambil sapu untuk membersihkan ruang tamu, aku pura-pura cuek masuk ke kamar dan membaca koran, tapi pintu kamar kubiarkan terbuka untuk memperhatikan gerak-gerik Dina dari kejauhan, ternyata benar gelagat Dina mulai tampak aneh, dia menyapu tak selincah biasanya, tatapannya seperti melamun mirip orang yang sedang memikirkan sesuatu. <br /> <br /> Dina meletakkan sapunya dan masuk ke dalam kamarnya. <br /> Aku keluar kamar pura-pura ke kamar mandi, sesampai di depan kamar Dina kuintip dia dari lubang yang di pintu. <br /> <br /> Wah....dugaanku benar, Dina masturbasi untuk memuaskan nafsunya, ternyata khasiat <br /> obat perangsang wanita itu sudah terbukti, kulanjutkan mengintip Dina mencoba tak mengeluarkan suara, takut mengganggu konsentrasi Dina, lagipula aku menikmati pemandangan itu, ternyata tubuh Dina indah juga, wajahnya nampak cantik sewaktu melakukan masturbasi, dia membuka lebar-lebar pahanya, selangkangannya diraba-raba dengan tangannya sendiri dan satu lagi tangannya meremas-remas payudaranya. <br /> <br /> Matanya terpejam bibirnya sedikit tergigit seperti menahan nikmat yang begitu hebat. Kemudian jarinya ia masukkan ke dalam Vaginanya yang lebat dengan rambut hitam di sekelilingnya. Dikocok-kocoknya memek Dina jarinya keluar masuk semakin cepat kemudian melambat dan kemudian dipercepat lagi, dimainkannya itil yang sedikit nampak berwarna merah, diputar-putar kemudian digesek-gesek. Wajahnya mendongak ke atas dengan mata tetap terpejam Dina mempercepat jarinya keluar masuk ke dalam vaginanya. <br /> <br /> Terus terang akupun mulai terangsang, aku membuka perlahan retsletingku dan kukeluarkan kontolku, dengan tangan kananku kuurut-urut penisku maju mundur, aku onani di depan pintu kamar Dina. <br /> Sambil terus mengintip dari lubang pintu itu kubayangkan aku sedang meniduri Dina, aku berada di atas tubuh Dina dan memasukkan penisku ke dalam memeknya, bayangan itu semakin jelas dalam pikiranku yang semakin kotor, aku mengocok penisku terus menerus tapi berusaha tak mengeluarkan suara, takut Dina mengetahuinya, beberapa saat kemudian Dina sedikit mengerang tapi mencoba menahan suaranya, pinggulnya naik sedikit ke atas kepalanya merebah ke samping tangannya keluar masuk memeknya semakin cepat dan kemudian terhenti, Dina terkulai lemas sepertinya dia sudah mencapai puncaknya, Dina orgasme, sementara aku masih onani karena nanggung penisku sedang nikmat-nikmatnya dikocok, kuintip Dina masih terkulai lemas dengan pahanya masih terbuka lebar, kukocok-kocok kembali semakin cepat sambil kuperhatikan gundukan memeknya yang basah, oh menggairahkan sekali, tak lama kemudian aku pun mengeluarkan sperma di depan pintu Dina, cepat-cepat kubersihkan dengan keset di dekat pintu kamarnya dan kumasukkan kembali kontolku, aku pun kembali ke kamarku berpura-pura tidak terjadi apa-apa. <br /> <br /> Dari kamar kulihat Dina melanjutkan menyapu lantai ruang tamu, kuperhatikan Dina dan kuingat pemandangan tadi ternyata Dina cantik juga sewaktu telanjang. <br /> <br /> <br /> Jam menunjukkan pukul 5 sore, aku keluar dari kamar untuk memberi makan ikan-ikanku di akuarium, Dina mendekatiku membawa sebuah tas kecil, dia tampak cantik sepertinya segar habis mandi dan berdandan dengan sedikit make up di wajahnya, dia pamit mau pulang karena di rumahnya ada hajatan mungkin besok sore baru bisa kembali lagi. <br /> <br /> aku memberi uang Rp.50.000 untuk naik angkot dan ojek. Dina pun berlalu dari pandanganku dan kuperhatikan dari belakang bokongnya yang tampak sintal dan seksi, kubayangkan dia telanjang seperti tadi sore waktu dia aku intip sedang masturbasi. Dina memang cantik untuk ukuran seorang pembantu, sayang mungkin karena faktor ekonomi jadi orangtuanya tidak mampu membiayainya sekolah. <br /> <br /> <br /> Beberapa saat kemudian pintu rumahku diketuk, sepertinya ada tamu. <br /> Ternyata Dita, anak SMA yang tadi memberiku proposal dan aku janji mau memberikan sumbangan sore ini, aku menyuruhnya masuk. “Mana Fera?”,tanyaku. “Fera ke rumah Pak RW ngambil sumbangan juga, kami bagi tugas”,jawab Dita. Aku pun masuk ke dapur dan membuat Dita minuman, saat memasukkan gula ke dalam gelas, muncul niat jahilku, aku teringat dengan obat tetes yang tadi sukses mengerjai Dina pembantuku. <br /> <br /> Akupun mencoba untuk ngerjain Dita, kuteteskan beberapa tetes ke dalam teh yang aku buat untuk Dita dan kubawa ke ruang tamu. Aku mempersilakannya minum dan kukatakan padanya bahwa pembantuku sedang ada perlu dan pulang ke rumahnya, jadi aku yang membuatkan minuman. “Ah jadi ngrepotin om, makasih ya”, Dita meminum seteguk dan kami pun ngobrol, kuperhatikan Dita menjelaskan panjang lebar tentang kegiatan yang akan dilaksanakan sambil kuperhatikan sesekali dia meneguk minuman yang kucampur obat tetes itu. <br /> <br /> Aku menunggu reaksinya tapi berpura-pura memperhatikan apa yang dia omongkan. Beberapa menit kemudian Dita mulai tersedak, omongannya mulai sedikit gagap dan sebentar-bentar terhenti, aku tersenyum kecil dan dalam hati bersorak karena <br /> obat perangsang wanita itu mulai menunjukkan reaksinya, kaki Dita bergerak-gerak kecil seperti menggesekkan pahanya ke memeknya, tapi dia berusaha menyembunyikannya dariku, padahal aku tahu itu karena libidonya mulai naik. “Minumnya dihabiskan mumpung masih anget, apa aku tambah lagi?” kataku. <br /> <br /> “ah u...udah ga usah ma...makasih”, jawabnya sambil sedikit terbata dan menghabiskan minumnya, Dita berdiri dan mau pamit. Dia mengulurkan tangannya untuk bersalaman, kupegang tangannya dan kurasakan sedikit bergetar. <br /> <br /> “Nanti aja pulangnya, kita ngobrol dulu”, kudekati tubuhnya dan kupegang tangannya yang satu lagi. kami pun berpegangan tangan dan berdiri berhadapan, Dita mulai salah tingkah, kutarik tubuh pelan-pelan dan sedikit menyentuh tubuhku, kurasakan dadanya berdegup kencang dia menundukkan pandangannya. Kuangkat dagunya dan dia menatapku, kami bertatapan dengan mesra kusentuh bibirnya yang mungil, Dita diam saja dan kurasakan dadanya semakin berdegup kencang. <br /> <br /> Kudekatkan tubuhku hingga tubuh kami bersentuhan kupegang pinggulnya, dan menariknya ke tubuhku pelan-pelan. Kudekatkan bibirku ke wajahnya, kusentuh bibirnya dengan bibirku, Dita diam saja malah memejamkan matanya seolah mengijinkan aku menciumnya, selanjutnya bibir kami pun berpagutan, kami berciuman cukup mesra layaknya dua orang yang saling mencintai. Tanganku mulai bergerilya, kuremas-remas bokongnya dengan tanganku, kontolku mulai ereksi karena bersentuhan dengan memeknya yang kenyal. Tubuh kami bergerak-gerak seperti sedang mencari kenikmatan yang mulai terasa mengalir ke darah kami masing-masing. <br /> <br /> Kudorong tubuhnya ke pintu kupeluk dia dan ciuman ku turunkan ke lehernya, kuciumi lehernya yang putih dan itu membuat Dita semakin pasrah dalam kenikmatan, kuturunkan lagi wajahku menciumi dadanya, sambil perlahan tanganku mengangkat kaosnya ke atas, kuremas dadanya dengan tanganku, Dia menggelinjang kuciumi kembali lehernya dan kubuka pengait BHnya dari belakang. <br /> <br /> Kini puting susunya nampak jelas di depanku, kumainkan dengan jariku dan kuremas-remas kemudian kuhisap-hisap, Dita menggelinjang dan menggoyang-goyangkan tubuhnya. Dita mulai kesetanan, aku semakin bernafsu saja melihat Dita yang pasrah menyerahkan tubuhnya untuk kunikmati. <br /> <br /> Tanganku turun ke bawah menyelinap ke dalam celana Dita, kurasakan kehangatan memek Dita yang masih mungil, kugesek-gesek dengan jariku dan kucoba memasukkan dengan lembut jariku ke dalam memeknya. <br /> <br /> Dita memegang tanganku seperti menahan dan menyuruhku memasukkan jariku dengan perlahan. Akupun memasukkan jariku jauh lebih ke dalam, Dita mendesah semakin nikmat. Aku juga semakin bersemangat mengocok-ngocok jariku ke dalam vaginanya. <br /> <br /> Tanganku ingin semakin bebas meraba-raba memeknya sehingga aku turunkan saja celana Dita sekaligus celana dalamnya, Dita memelukku erat seperti tidak ingin kehilangan kenikmatan itu. Kubalas pelukannya dengan memeluknya juga semakin erat, kuraba-raba memeknya dan kujilati puting susunya. Aku sangat menikmati permainan itu. <br /> <br /> <br /> Kugendong tubuh Dita masuk ke dalam kamarku, kurebahkan dia di atas kasur, kutelanjangi dia dan dia diam saja hanya sedikit menutup vaginanya dengan tangannya mungkin malu. Akupun melepaskan baju dan celanaku, sehingga kami berdua sama-sama telanjang bulat. Aku tidak menyangka bisa mendapatkan rejeki nomplok sehebat ini. <br /> <br /> Seorang cewek cantik SMA yang tentunya sedang nikmat-nikmatnya kini bertelanjang bulat di depanku dan pasrah aku entot. Oh ini berkat obat perangsang wanita Potenzol dari Pak Salman. Aku membuka pahanya lebar-lebar dan menidurinya, kuciumi bibirnya sambil tanganku meremas-remas kedua belah dadanya, penisku seperti menemukan sarangnya, tangan Dita memegang penisku dan mengarahkan ke dalam lubang senggamanya, beberapa saat kemudian sleeppppp penisku masuk ke dalam vagina Dita, dinding vagina yang masih sempit memberikan sensasi kenikmatan yang luar biasa bagiku. penisku seperti disedot-sedot oleh memeknya, sempit kenyal dan hangat,oh nikmat sekali. <br /> <br /> Kukeluar masukkan Penisku dengan lembut karena takut menyakiti Dita, kukocok-kocok dengan perlahan kukeluarkan dan kumasukkan lebih ke dalam. Dita mengerang kenikmatan, bibirnya digigit dengan giginya, aku juga semakin nikmat saja. Kuangkat pahanya ke atas, kutarik penisku dan kumasukkan dari arah atas memeknya, kumasukkan lagi perlahan dan sleepp... kontolku masuk lagi ke lubang memeknya yang semakin hangat, kini penisku menancap semakin dalam di lubang vagina Dita. <br /> <br /> Dita memelukku semakin erat, terus saja kukocok-kocok kontolku keluar masuk dan semakin cepat kemudian semakin cepat dan penisku terasa panas spermaku seperti mau keluar, cepat-cepat kucabut penisku takut spermaku masuk di dalam, nanti Dita hamil. Kugesek-gesekkan kontolku di belahan dada Dita, tangan Dita membantu mengurut-urut penisku, dan cuuurrrr spermaku pun keluar membasahi dada Dita. <br /> <br /> Kukocok-kocok terus untuk membersihkan sisa-sisa sperma di dalam penisku. <br /> Oh nikmat sekali ngentot memek anak SMA, kapan-kapan akan kuulangi lagi, Dita sudah bersedia menyerahkan tubuhnya ke aku, ah siapa tahu besok Fera atau temannya kesini akan kuberi obat perangsang Ampuh juga dan akhirnya ... kuentot juga... ahhh ahhh aaaahhh nikmatnya....semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-88544629792800856682013-06-27T06:47:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.072-07:00CERITA SEKS - MEMPERKOSA LIA GADIS SMP YANG MALANG<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div itemprop="articleBody"><div style="text-align: center;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiOeqXAfOSicppSFWZKtrgXSSE7thup3wnO-8tOgUkNa5MpVmVE77Rl22kBi_eK_9bNlLvTcd6rQ56F0kJPpM2PklDfQ-F_hK5C_59yM_Edmi6UeVybK767XWHKLBhAGTESsutjAs1x6HIj/s320/Foto+Gadis+Cantik+Toket+Mantab+7.jpg" /></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">lia adalah seorang siswi disebuah smp di kota "K",kini dia duduk dibangku kelas 2.diusianya yang masih sangat belia,telah menampakan kecantikan yang membuat teman-temannya mengaguminya.tubuhnya yang langsing nan tinggi,serta rambutnya yang panjang dan lurus,juga matanya yang begitu syahdu menggoda dengan kulit tubuh kuning langsat.tak hanya membuat teman-temannya tergila-gila,tapi juga para guru yang brengsek dan juga penjaga sekolah serta satpam sekolah tersebut.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Suatu hari,muncul ide busuk dari mereka.mereka ingin mendapatkan tubuh lia dengan berbagai cara.akhirnya disusunlah sebuah rencana untuk menjebak lia.</div><div style="text-align: center;">Sabtu siang akhirnya rencana itu dijalankan,pak paimin si penjaga sekolah bertugas menggiring lia keruang guru untuk menemui pak yono.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"mba..mba lia..".panggil paimin.</div><div style="text-align: center;">''ada apa pak?". Balas lia.</div><div style="text-align: center;">"mba lia ditunggu pak yono diruangannya". Terang paimin.</div><div style="text-align: center;">"ada apa yah?"tanya lia agak curiga.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Akhirnya lia menurut,ia menuju ruangan pak yono dengan paimin dibelakangnya.</div><div style="text-align: center;">Paimin terus menatap tubuh lia dari belakang,terutama dibagian pantat yang masih tertutup rok biru itu.sungguh indah bentuknya.</div><div style="text-align: center;">Akhirnya lia sampai diruangan pak yono.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"selamat siang pak!"sapa lia.</div><div style="text-align: center;">"selamat siang,oh kamu silahkan masuk." jawab pak yono.</div><div style="text-align: center;">Baru saja lia duduk,tiba-tiba dari belakang ada yang membekap mulutnya ternyata itu adalah pak asep seorang satpam disekolah tersebut.seketika itu pula kepala lia terasa pusing,matanya mulai terasa berat hingga akhirnya dia tak sadarkan diri.</div><div style="text-align: center;">"akhirnya kita dapet juga".seru paimin.</div><div style="text-align: center;">"ayo cepat bawa dia".sambung pak yono.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Setelah beberapa saat tak sadarkan diri,akhirnya kesadaran lia mulai kembali,dia merasa berbaring ditempat yang empuk,tubuhnya masih lemas,serasa ada bau yang menyengat dari tubuhnya serta ada rasa lengket disana sini.hingga akhirnya dia sadar disekelilingnya ada pak yono,pak asep dan pak paimin yang sedang memainkan penis mereka,dan rasa lengket dan aroma menyengat itu adalah sperma dari ketiga lelaki tersebut.</div><div style="text-align: center;">Liapun segera bangkit dan mencoba untuk lari,namun terlambat pak paimin segera menangkapnya dan menariknya kembali kematras.akibat tarikan pak paimin yang kuat,membuat beberapa kancing baju seragam lia terlepas.kontan saja langsung membuat lelaki yang melihatnya bernafsu.begitupun mereka bertiga,mereka langsung berebut untuk meremas payudara lia yang baru saja tumbuh.mereka tak memperdulikan jeritan dan erangan lia yang merasa kesakitan karna payudaranya diremas begitu kuat.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"wah,empuk banget nih susu..enak..bikin gemes aja deh". Celoteh paimin.</div><div style="text-align: center;">"iya,pentilnya juga bagus,warnanya coklat muda". Sambung pak asep.</div><div style="text-align: center;">Kemudian pak yono menarik bra lia yang sudah melorot itu untuk melepaskannya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Kini payudara mungil yang baru tumbuh itu benar-benar terlihat jelas.sepasang payudara itu bergerak naik turun mengikuti tarikan nafas lia yang semakin berat.nampak baju seragam yang masih melekat kini basah oleh keringat lia dan juga bekas sperma ketiga pria tersebut.diwajahnya yang imut juga ada noda sperma yang bercampur dengan airmatanya.</div><div style="text-align: center;">Melihat payudara yang begitu menggoda,pak asep dan pak paimin berebut untuk menghisapnya,kini kedua payudara lia menjadi santapan dta lelaki bejad yang tak berperasaan.sementara pak yono sudah menyikap rok biru milik lia dan menurunkan celana dalamnya,dia begitu terperangah menyaksikan vagina muridnya yang masih berupa garis lurus dan ditumbuhi sedikit rambut.pak asep dan pak paiminpun menghentikan aktiviasnya dan mencopot seragam smp milik lia.kini yang melekat ditubuh lia hanya rok biru yang kini melingkar dipinggulnya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Kemudian pak asep dan pak paimin mengangkat kaki lia dan menariknya hingga menyentuh payudara lia dan membuat pantatnya terangkat.hal itu memudahkan pak yono untuk menggarap vagina lia.</div><div style="text-align: center;">Pertama pak yono menjilati vagina lia dan mulai menyentuh vagina lia,jari-jari pak yono berusaha membuka bibir vagina lia.namun,tak nampak lubang disana ini membuktikan bahwa vagina itu masih sempit dan perawan.perlahan pak yono memasukan kedua jempol tangannya dan kembali membuka vagina lia,kini lubang kecil mulai nampak kemudian pak yono menyentuh klitoris lia dan lubang itu mulai membuka sedikit demi sedikit.pak yono melanjutkan aksinya kini dia meludahi lubang vagina lia yang mulai terbuka,air liur pak yono langsung memenuhi lubang tersebut dan meleleh kebawah.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"sekarang waktunya sayang!". Kata pak yono sambil mengarahkan penisnya kevagina lia.</div><div style="text-align: center;">"jangan pak,tolong saya masih perawan,jangan pak...". Pinta lia.</div><div style="text-align: center;">Namun itu tak menyurutkan niat ketiga bajingan itu.asep dan paimin tak henti-hentinya meremas dan menyedot payudara lia.</div><div style="text-align: center;">"min,susunya enak banget yah..kenyal banget!". Komentar asep.</div><div style="text-align: center;">"iya,tapi sayang belum keluar air susunya". Balas paimin.</div><div style="text-align: center;">Pak yono mulai menempelkan penisnya dan bersiap untuk memperkosa lia.</div><div style="text-align: center;">"jangan pak...jangaaaann....!". Jerit lia yang mulai merasakan penis pak yono masuk kevaginanya.</div><div style="text-align: center;">Namun,pak yono tak memperdulikan itu.bahkan dia terus berusaha menanamkan penisnya divagina lia. </div><div style="text-align: center;">"gila nih memek,sempit banget...enaak..". Erang pak yono.</div><div style="text-align: center;">Lia hanya bisa pasrah dan meneteskan air matanya.tiba-tiba lia menjerit keras.</div><div style="text-align: center;">"aaaahhh......sakiiiiit!!!". Jerit lia.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Rupanya penis pak yono sudah masuk seutuhnya ke vagina lia.sementara dia menghentikan gerakannya untuk memberi waktu kepada vagina lia dan merasakan kehangatan vagina muridnya.</div><div style="text-align: center;">Sementara pak paimin dan pak asep masih asik memainkan payudara mungil milik lia,puting lia yang baru tumbuh menjadi mainan yang tak membosankan.sementara tangan lia mereka gunakan untuk mengocok penis mereka sambil sesekali memaksa lia untuk mengoral penis mereka.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Lia mulai merasakan pegal ditubuhnya apalagi dengan posisi kaki yang diangkat dan direntangkan lebar oleh pak yono semakin membuat terasa pegal.</div><div style="text-align: center;">Sebelum pak yono menggenjot vagina lia,rupanya pak asep dan pak paimin yang sedari tadi penisnya dikocok oleh tangan lembut lia dan sesekali dihisap juga oleh mulut mungil lia,mulai merasakan orgasme.merekapun segera menumpahkan sperma mereka kewajah dan payudara lia crot...crot...crot,bahkan pak asep memaksa lia membuka mulut dan menumpahkan sebagian spermanya disana.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"gila kocokannya enak banget,tangannya lembut!". Komentar paimin.</div><div style="text-align: center;">"iya,mulutnya juga enak buat nyepong". Sambung pak asep.</div><div style="text-align: center;">Akhirnya mereka menjauh dan memberi kesempatan kepada pak yono untuk menggenjot vagina lia.</div><div style="text-align: center;">Pak yono mulai menggerakan penisnya perlahan,tentu saja ini membuat lia kesakitan dan merasa panas pada vaginanya.</div><div style="text-align: center;">"ah,,,,sakiiittt...t!"rintih lia.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Namun pak yono tak memperdulikannya,dia malah terus menambah kecepatan penisnya hingga menimbulkan suara diantara alat kelamin mereka.payudara lia berguncang tak tentu karena genjotan pak yono.hal itu membuat pak yono gemas kemudian mengambil seragam putih milik lia untuk mengelap payudara lia yang penuh dengan sperma asep dan paimin.setelah bersih pak yono meremas payudara kanan lia dan menghisap puting payudara kiri lia.lama kelamaan pak yono merasa penisnya basah,rupanya lia sudah mencapai orgasme.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"wah,muridku keenakan ampe ngeluarin peju". Celoteh pak yono.</div><div style="text-align: center;">Mendengar itu lia langsung malu,wajahnya yang penuh sperma semakin membuat nafsu pak yono meninggi.hingga akhirnya pak yono merasa akan klimaks dan mempercepat gerakannya.</div><div style="text-align: center;">"aah...ahh...ahh...enaaak". Lengkuh pak yono.</div><div style="text-align: center;">Hingga beberapa detik kemudian pak yono mencapai puncak dan menyemburkan banyak sekali sperma divagina lia.sambil menuntaskan orgasmenya,pak yono meremas payudara lia dengan sekuat tenaga.hal ini membuat lia menjerit sejadi-jadinya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"aaaahhh....sakit pak..udah..udah.. Cukup pak"jerit lia.</div><div style="text-align: center;">"diam kamu,telen aja semua peju bapak dimemekmu!". Bentak pak yono.</div><div style="text-align: center;">Akhirnya pak yono terkulai lemas diatas tubuh lia.kaki lia yang sedari tadi diangkatpun kini sudah diturunkan.</div><div style="text-align: center;">Pak yono benar-benar menggilai muridnya ini.penisnya masih tertancap dalam vagina lia dan mulai mengecil hingga akhirnya terlepas.</div><div style="text-align: center;">Nampak sperma bercampur darah mengalir dari vagina siswi smp tersebut.kemudian pak yono bangkit dan memaksa lia untuk mengoral penisnya.</div><div style="text-align: center;">"ayo manis,bersihin kontolku yah..!perintah pak yono.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Liapun dengan terpaksa membuka mulutnya dan mengemut penis pak yono.setelah itu,pak yono mengambil rambut panjang lia yang juga basah oleh sperma untuk mengelus penisnya.setelah puas,pak yono mundur.namun penderitaan lia belum selesai,karena masih ada asep dan paimin yang menunggu giliran mereka.</div><div style="text-align: center;">Paimin segera merebahkan diri disebelah tubuh lia,kemudian asep membopong lia dan menaruhnya diatas penis paimin.kemudian mereka bekerja sama untuk memasukan penis paimin ke vagina lia.</div><div style="text-align: center;">"cepet sep,bantuin gue masukin kontol kememeknya lia". Perintah paimin.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Akhirnya perlahan penis itu menembus vagina lia.lia yang sudah lemas pasrah saja mendapat perlakuan tersebut,sementara tubuhnya masih ditopang oleh asep sambil asep meremas payudara lia.</div><div style="text-align: center;">Paimin terus menyodok vagina lia dari bawah,kemudian asep yang sudah tidak sabar langsung mendorong tubuh lia hingga menempel ke dada paimin.yang terjadi selanjutnya adalah asep berusaha menyodomi lia.pertama-tama dia membuka kaki lia lebar-lebar kemudian pantat lia yang bulat juga dibuka kemudian dijilatinya.setelah itu,asep mulai memasukan jari telunjuknya keanus lia.tentu saja itu membuat lia kesakitan,apalagi masih ada penis divaginanya.</div><div style="text-align: center;">Setelah dirasa cukup,asep mulai mengarahkan penisnya kelubang anus lia yang sedang berada diatas tubuh paimin.merasa ada benda aneh yang masuk keanusnya kontan membuat lia kaget dan kesakitan.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"aduuuhh...sudaah..jangaaaann...!!!". Jerit lia.</div><div style="text-align: center;">Tangispun kembali pecah,namun tak mengurangi nafsu kedua orang tersebut.kini tubuh gadis smp itu berada diantara dua tubuh lelaki yang sedang mengejar kenikmatan masing-masing.</div><div style="text-align: center;">Rambut lia yang panjang menjadi mainan baru untuk asep.rambut yang basah oleh keringat itu dielus-elusnya.sementara tangan paimin terus meremas payudara lia yang menempel didadanya. </div><div style="text-align: center;">mereka terus menggenjot tubuh lia yang sudah semakin lemah,hingga akhirnya mereka orgasme dan menumpahkan sperma dikedua lubang milik lia.</div><div style="text-align: center;">"ah,gue nyampeee..gila nih memek enak bangeett..!". Jerit paimin.</div><div style="text-align: center;">"iya pantatnya juga semog legit!". Sambung asep.</div><div style="text-align: center;">Lia hanya menangis dan berharap semua cepat berakhir.penis asep dan paimin masih betah ditempatnya merasakan kehangatan lubang milik lia.hingga akhirnya asep bangkit dan mengangkat tubuh lia.</div><div style="text-align: center;">"sekarang giliranku!". Ucap asep seakan tak kenal lelah.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Tanpa basa-basi dia mengangkangi kaki lia dan segera menggenjot vaginanya.tangannya tak henti-hentinya meremas payudara lia sambil terkadang melumatnya.dia juga beberapa kali mencium bibir lia yang sensual dan juga leher jenjang milik lia.hingga akhirnya datanglah orgasmenya dan lagi-lagi vagina lia menjadi tempat pembuangan sperma.</div><div style="text-align: center;">Kini mereka semua sudah lemas,nampak jelas terdengar hembusan nafas dari mereka.sudah lebih dari 3 jam mereka menggarap tubuh lia yang sudah tak berdaya.mereka juga memperkosa lia dengan posisi berdiri dan tubuh lia diapit ditengah.mereka juga menggantung tubuh lia secara terbalik dan memisahkan kaki kiri dan kanan sehingga memperlihatkan vaginanya,mereka bergantian memasukan jari dan meludahi kedua lubang milik lia.tak hanya itu,mereka juga menyuruh lia push-up,sit-up dan kayang dalam keadaan bugil dan ada beberapa pensil menancap divagina dan anusnya.setelah puas mereka memanggil anak buahnya yang tak lain adalah murid kelas 2 dan 3 yang terkenal bengal dan nakal.jumlah mereka ada 20 orang.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">"wah,akhirnya kesampean juga ngentotin lia"ujar salah satu dari mereka.</div><div style="text-align: center;">"iya neh udah lama gue napsu ama nih anak apalagi kalo gue liat toketnya..rasanya pengen gue remes ampe pecah!". Sambung yang lain.</div><div style="text-align: center;">Tubuh lia yang berdiri terikat tak bisa berbuat banyak</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Dan akhirnya mereka bergantian menggenjot vagina lia dan yang belum kebagian mengocok penis mereka dan menyemburkan ditubuh lia.</div><div style="text-align: center;">Lutut lia terasa lemas.mungkin jika tangannya tak terikat dia sudah jatuh,kini vagina lia sudah merah dan dipenuhi sperma.</div><div style="text-align: center;">Mereka melepas ikatan lia dan menelentangkannya dimatras dan kembali menggarapnya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Sungguh,ini pengalaman yang sangat pahit bagi lia.gadis smp itu harus mengalami tindak kekerasan seksual dari guru dan teman-temannya.</div><div style="text-align: center;">Sejak saat itu,murid-murid yang sudah merasakan vagina lia terus meminta "jatah" dari lia.bahkan seseorang dari mereka pernah memainkan vagina lia disaat sedang pelajaran.tentu saja sang guru tak curiga karna dia adalah pak yono.lia juga sering disuruh mengoral atau mengocok penis mereka.kini,entah bagaimana nasib </div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">lia.karna tak kuat dengan semua itu,perlakuan mereka yang terakhir sungguh tak manusiawi.mereka menelanjangi lia ditengah lapangan setelah bubar sekolah,mereka juga memaksa lia bermain basket tanpa sehelai benangpun.disela-sela ia main basket ada saja pria yang menggerayangi tubuhnya bahkan memperkosa lia dalam posisi berdiri.setelah itu,mereka membaringkan tubuh bugil lia ditengah lapangan dibawah terik matahari dan tongkat satpam divaginanya.para pria mengocok penis mereka dan memuntahkan sperma ditubuh lia,bahkan ada yang mengencingi dia.sekarang lia pergi entah kemana.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: left;"><a href="http://www.topikterbaru.com/2013/06/cerita-seks-memperkosa-lia-gadis-smp.html?m=1">Sumber</a></div></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-90522469108214406212013-06-27T06:34:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.083-07:00Mahasiswi Jaksel Siap Di Exe say<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="alt2" style="border: 1px inset; margin: 0px; padding: 6px; text-align: center;"><div style="text-align: center;" title="SPOILER"><a href="http://www.imagebam.com/image/7b18ec262330420" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails102.imagebam.com/26234/7b18ec262330420.jpg" /></a> <a href="http://www.imagebam.com/image/8cfcae262330422" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails108.imagebam.com/26234/8cfcae262330422.jpg" /></a> <a href="http://www.imagebam.com/image/317882262330424" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/26234/317882262330424.jpg" /></a> <a href="http://www.imagebam.com/image/f1795b262330425" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails104.imagebam.com/26234/f1795b262330425.jpg" /></a> <a href="http://www.imagebam.com/image/ebee6d262330426" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails107.imagebam.com/26234/ebee6d262330426.jpg" /></a> <a href="http://www.imagebam.com/image/d951eb262330428" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/26234/d951eb262330428.jpg" /></a> <a href="http://www.imagebam.com/image/5dbe57262330430" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails108.imagebam.com/26234/5dbe57262330430.jpg" /></a> </div></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-72914767935663314982013-06-27T06:30:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.091-07:00CERITA DEWASA : MENYETUBUHI SAUDARA TIRIKU<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: center;">Sebelum aku bercerita, Cerita Dewasa pengalaman sex ku yang satu ini aku ingin kenalkan dulu namaku Ben. Cerita Dewasa ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-pRV53cLTBS4/URx9WGps35I/AAAAAAAAAp8/5MD7dxBRh6Y/s280/novelremaja.jpg" /></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara. Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah. “Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar,” teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran. “Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong!” katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.</div><div style="text-align: center;">“Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet,” kataku.</div><div style="text-align: center;">Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.</div><div style="text-align: center;">“Lus.. kamu bengong aja!” kataku pura-pura tidak tahu.</div><div style="text-align: center;">“Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh!” kata Lusi.</div><div style="text-align: center;">“Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan,” balas aku.</div><div style="text-align: center;">“Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok,” ajakku berusaha mencari peluang.</div><div style="text-align: center;">“Bener nich, kamu kagak bilang?” katanya ragu.</div><div style="text-align: center;">“Suwer dech!” kataku sambil mengambilkan dia kursi.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.</div><div style="text-align: center;">“Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak?” tanyaku.</div><div style="text-align: center;">“Pernah, noh aku punya VCD-nya,” jawabnya.</div><div style="text-align: center;">Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.</div><div style="text-align: center;">“Kalau ML?” tanyaku lagi.</div><div style="text-align: center;">“Belom,” katanya, “Tapi.. kalo sendiri sich sering.”</div><div style="text-align: center;">Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.</div><div style="text-align: center;">Bagaimana caranya si “Beni Junior” bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang.</div><div style="text-align: center;">Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.</div><div style="text-align: center;">“Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya,” tanyaku memancing.</div><div style="text-align: center;">“Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu,” katanya.</div><div style="text-align: center;">“Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat!” kataku menunjuk ke arah celanaku.</div><div style="text-align: center;">“Kasihanilah si Beni kecil,” kataku.</div><div style="text-align: center;">“Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech,” katanya sambil meninggalkan kamarku.</div><div style="text-align: center;">“Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech,” kataku memancing.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku. “Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan,” kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya. Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh.</div><div style="text-align: center;">Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya. “Kita ke dalam kamar yuk!” ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, “Terserah kaulah,” kataku,</div><div style="text-align: center;">“Yang penting kau akan kupuaskan.” Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya. “Ben, kamu tiduran dech, kita pake ’69′ mau tidak?” katanya sambil mendorongku ke kasurnya. Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya. “Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar,” katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich,” pintaku.</div><div style="text-align: center;">“Bentar dulu yach, aku lagi capek nich,” jelasnya.</div><div style="text-align: center;">Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.</div><div style="text-align: center;">“Lus, aku masukkin sekarang yach,” kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.</div><div style="text-align: center;">Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Jangan Ben.. entar aku hamil!” katanya tanpa berontak.</div><div style="text-align: center;">“Kamu udah mens belom?” tanyaku.</div><div style="text-align: center;">“Udah, baru kemaren, emang kenapa?” katanya.</div><div style="text-align: center;">Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya,</div><div style="text-align: center;">“Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.”</div><div style="text-align: center;">“Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..!” katanya berteriak nikmat.</div><div style="text-align: center;">“Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech!” kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.</div><div style="text-align: center;">Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Ach.. a.. aa ach..” teriaknya.</div><div style="text-align: center;">“Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..”</div><div style="text-align: center;">“Tahan aja, cuma sebentar kok,” kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">———-</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben..” katanya.</div><div style="text-align: center;">“Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich,” balasku.</div><div style="text-align: center;">“Cepetan Ben, enggak tahan nich,” katanya semakin menegang.</div><div style="text-align: center;">“A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.”</div><div style="text-align: center;">“Aku juga Say..” kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.</div><div style="text-align: center;">“Lus kamu enggak perawan yach,” tanyaku.</div><div style="text-align: center;">“Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech,” jelasnya.</div><div style="text-align: center;">“Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.”"Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.”</div><div style="text-align: center;">“Siapa sih yang bisa nolak ‘Beni Junior’,” katanya mesra.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Lusi! apa Ayah sudah tidur?” tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.</div><div style="text-align: center;">“kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi,” katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.</div><div style="text-align: center;">“Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek,” kataku.</div><div style="text-align: center;">“kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok,” katanya sambil memperlihatkan penisku.</div><div style="text-align: center;">“Aku emut yach.”</div><div style="text-align: center;">Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.</div><div style="text-align: center;">“Lus jangan cepet-cepet dong, kasian ‘Beni Junior’ dong!”</div><div style="text-align: center;">“Aku udah kepengen berat Ben!” katanya lagi.</div><div style="text-align: center;">“Mending seperti biasa, kita pake posisi ’69′ dan kita sama-sama enak,” kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Cerita Dewasa : Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.</div><div style="text-align: center;">“Aach.. achh..” desahnya ketika kutemukan klitorisnya.</div><div style="text-align: center;">“Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh..”</div><div style="text-align: center;">“kamu juga makin pinter ngulum ‘Beni’ kecil,” kataku lagi.</div><div style="text-align: center;">“Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh..” katanya sambil mendesah.</div><div style="text-align: center;">“Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach..” katanya sambil menikmati jilatanku.</div><div style="text-align: center;">“Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh..” katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Kayaknya kamu harus dua kali dech!” kataku sambil merubah posisi.</div><div style="text-align: center;">“Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach,” katanya lagi.</div><div style="text-align: center;">“Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang,” kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.</div><div style="text-align: center;">“Siap-siap yach!”</div><div style="text-align: center;">“Ayo dech,” katanya.</div><div style="text-align: center;">“Ach.. a.. ahh..” desahnya ketika kumasukkan penisku.</div><div style="text-align: center;">“Pelan-pelan dong!”</div><div style="text-align: center;">“Inikan udah pelan Lus,” kataku sambil mulai bergoyang.</div><div style="text-align: center;">“Lus, kamu udah terangsang lagi belon?” tanyaku.</div><div style="text-align: center;">“Bentar lagi Ben,” katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Sambil bercumbu dong Ben!”</div><div style="text-align: center;">Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.</div><div style="text-align: center;">“Lus kamu udah punya pacar belom?” tanyaku.”Aku udah tapi baru abis putus,” katanya sambil mendesah.</div><div style="text-align: center;">“Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.”</div><div style="text-align: center;">“Ach yang bener?” tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.</div><div style="text-align: center;">“Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh,” katanya terputus-putus.</div><div style="text-align: center;">“Tahan aja, atau kamu mau udahan?” kataku menggoda.</div><div style="text-align: center;">“Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben,” katanya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya.</div><div style="text-align: center;">“Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech,” kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.</div><div style="text-align: center;">“Achh.. ach.. bentar lagi nih.”</div><div style="text-align: center;">“Tahan Ben!” katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya.</div><div style="text-align: center;">“Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong!” katanya menarik tanganku ke vaginanya.</div><div style="text-align: center;">Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..</div><div style="text-align: center;">“Achh.. a.. achh.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.</div><div style="text-align: center;">“Aku juga Ben..” katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.</div><div style="text-align: center;">“Ach.. ah.. aa.. ach..” desahnya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun,” katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku.</div><div style="text-align: center;">Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">———-</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Siang Ben! baru pulang? Lusi mana?” tanyanya.</div><div style="text-align: center;">“Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore,” kataku, “Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?”</div><div style="text-align: center;">“Aku pulang tadi malem jam tigaan,” katanya.</div><div style="text-align: center;">“Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa?”</div><div style="text-align: center;">Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.</div><div style="text-align: center;">“Ach tidak kok, cuma ngigo,” kataku sambil berlalu ke kamar.</div><div style="text-align: center;">“Ben!” panggilnya, “Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian,” katanya dari kamarnya.</div><div style="text-align: center;">“Bentar!” kataku sambil berjalan menuju kamarnya, “Ada film apa Mbak?” tanyaku sesampai di kamarnya.</div><div style="text-align: center;">“Liat aja, nanti juga tau,” katanya lagi.</div><div style="text-align: center;">“Mbak lagi nungguin seseorang yach?” tanyaku.</div><div style="text-align: center;">“Mbak, lagi nungguin kamu kok,” katanya datar, “Tuh liat filmnya udah mulai.”</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Loh inikan..?” kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.</div><div style="text-align: center;">“Mbak tau kok yang semalam,” katanya, “Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.”</div><div style="text-align: center;">Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.</div><div style="text-align: center;">“Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich,” godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.</div><div style="text-align: center;">“Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan,” katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.</div><div style="text-align: center;">“Mbak mau ngapain, kan lagi asyik?” tanyaku.”Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan?” katanya sambil membuka bajunya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.</div><div style="text-align: center;">“Tubuh Mbak bagus banget,” kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal.</div><div style="text-align: center;">Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.</div><div style="text-align: center;">“Aku udah enggak tahan Ben,” katanya.</div><div style="text-align: center;">Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.</div><div style="text-align: center;">“Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.”</div><div style="text-align: center;">“Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau,” katanya mesra.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian?” terdengar suara Lusi memanggil dari luar.</div><div style="text-align: center;">“Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich?” tanyanya sekali lagi.</div><div style="text-align: center;">“Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich,” kata Mbak Riri.</div><div style="text-align: center;">“Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana?” tanyaku.</div><div style="text-align: center;">“Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri,” katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju.</div><div style="text-align: center;">“Rir, aku ikut yach!” pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.</div><div style="text-align: center;">“Ben kamu kuat nggak?” tanya Riri.</div><div style="text-align: center;">“Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang,” kataku.</div><div style="text-align: center;">“Lus cepet sinih emut ‘Beni Junior’,” ajakku.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku.</div><div style="text-align: center;">“Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu,” kataku pada Riri.</div><div style="text-align: center;">“Ayo dech!” katanya kemudian mengambil posisi.</div><div style="text-align: center;">Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku.</div><div style="text-align: center;">“Lus, aku maenin vaginamu,” katanya.</div><div style="text-align: center;">Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan.. “Ach.. a.. aach.. aku keluar..” katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Sekarang ganti Lusi yach,” kataku.</div><div style="text-align: center;">Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.</div><div style="text-align: center;">“Ach.. aach..” desah Lusi.</div><div style="text-align: center;">“Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak?” katanya.</div><div style="text-align: center;">“Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri,” kataku.</div><div style="text-align: center;">“Yang cepet dong goyangnya!” keluh Lusi.</div><div style="text-align: center;">Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.</div><div style="text-align: center;">“Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..!” desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">“Ayo Ben tunggu apa lagi!” kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.</div><div style="text-align: center;">“Aku udah terangsang lagi.”</div><div style="text-align: center;">Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.</div><div style="text-align: center;">“Gimana enak penisku ini?” tanyaku.</div><div style="text-align: center;">“Penis kamu kepanjangan,” katanya, “tapi enak!”.</div><div style="text-align: center;">“Kayaknya kau nggak lama lagi dech,” kataku.</div><div style="text-align: center;">“Sama, aku juga enggak lama lagi,” katanya, “Kita keluarin sama-sama yach!” terangnya.</div><div style="text-align: center;">“Di luar apa di dalem?” tanyaku lagi.</div><div style="text-align: center;">“Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja..” katanya tidak jelas karena sambil mendesah.</div><div style="text-align: center;">“Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..”</div><div style="text-align: center;">“Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh..” desahku sambil menembakkan spermaku.</div><div style="text-align: center;">“Ach.. aach.. aku.. ach.. juga..” katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.</div><div style="text-align: center;">“Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.”</div><div style="text-align: center;">“Aku juga ach,” kataku.</div><div style="text-align: center;">“Ben, Lus, lain kali lagi yach,” pinta Riri.</div><div style="text-align: center;">“Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben!” kata Lusi.</div><div style="text-align: center;">“Kapan aja kalian mau aku siap,” kataku.</div><div style="text-align: center;">“Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk!” kata Riri mulai memegang penisku.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;">Cerita Dewasa : Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini.</div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: left;"><a href="http://www.topikterbaru.com/2013/06/cerita-dewasa-menyetubuhi-saudara-tiriku.html?m=1">Sumber</a></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-74745214917080033842013-06-23T19:29:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.103-07:00Aku Dipaksa Melayani Nafsu Tanta Tika & Andri Anaknya<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"> <img alt="" border="0" src="http://102.imagebam.com/download/upGsHR3mLCUyHkYQxRpSfA/26138/261377177/8q2lgxabax4s.jpg" /><br /><br />Tommy, sepupuku, baru duduk di kelas empat SD. Baru saja ia tiba di rumah. Tommy nongkrong di lantai teras depan rumah. Rumahnya kosong. Ayah dan ibunya pergi bekerja, sedangkan ia anak tunggal. Tommy asyik membaca sebuah novel yang seharusnya hanya boleh dibaca oleh orang dewasa.<br /><br />"Halo, Tommy. Lagi asyik baca nih. Mama udah pulang belum?", Datang seorang wanita cantik berusia sekitar tiga puluh tahunan.<br />"Eh, Tante Tika. Mama belum pulang tuh!" jawab Tommy sambil menyembunyikan novel yang dibacanya ke belakang tubuhnya. Tante Tika, adik ayah Tommy, baru saja bercerai dengan suaminya.<br />"Eh, Tommy baca apa sih? Kok pake di umpet-umpetin segala? Tante boleh lihat nggak?" Setelah dibujuk-bujuk, Tommu mau menyerahkan novel itu kepada Tante Tika.<br /><br />"Astaga, Tommy. Masih kecil bacaannya ginian!", seru Tante Tika setelah melihat sampul buku yang bergambarkan seorang gadis muda dengan busana yang sangat minim dan pose yang menggiurkan. Tante Tika lalu membolak-balik halaman novel itu. Saat membaca bagian di mana terdapat adegan yang merangsang dalam buku itu, sekilas terjadi perubahan pada wajahnya.<br />"Tom, daripada kamu sendirian di sini, lebih baik ke rumah Tante yuk!", ajak Tante Tika.<br />"Tapi, Tante, Tonny disuruh Mama jaga rumah".<br />"Alaa, tinggal kunci pintu saja sudah", kata Tante Tika sambil mengunci pintu rumah lalu ia menarik tangan Tommu ke mobilnya.<br /><br />Mobil Tante Tika sudah meluncur di jalan raya menuju rumahnya. Sebentar-sebentar ia menoleh ke arah Tommy yang duduk di sampingnya.<br />"Masih kecil sudah ganteng begini", gumam Tante Tika dalam hati. Ia menggerakkan tangannya meremas-remas kemaluan bocah yang masih hijau itu.<br />"Aduh, Tante. Geli ah", kata Tommy. Tante Tika tersenyum penuh arti. Ia menarik tangannya ketika mobil sudah tiba di depan rumahnya yang megah bak istana di seberang danau Sunter.<br /><br />Tante Tika usianya sudah mencapai tiga puluh dua tahun, tapi penampilannya masih seperti gadis berusia dua puluh tahunan berkat giatnya ia mengikuti senam aerobik di sebuah klub kebugaran beken di Jakarta. Wajahnya yang cantik ditambah dengan tubuhnya yang bahenol serta seksi. Payudaranya yang besar memang amat menawan, apalagi dia sekarang seorang janda. Sudah banyak lelaki yang mencoba merebut hatinya, tapi semua itu ditolaknya mentah-mentah. Menurutnya mereka hanya menginginkan hartanya saja. Tante Tika memang kaya raya, mobil mewahnya ada beberapa buah dari model yang mutakhir lagi. Rumahnya mentereng, di kawasan perumahan elite lagi. Itu semua berkat kerja kerasnya sebagai direktris sebuah perusahaan asuransi papan atas.<br /><br />Oh ya, Tante Tika mempunyai seorang anak gadis bernama Andriana, putri satu-satunya, tapi biasa dipanggil Andri saja. Gadis manis ini duduk di kelas dua sebuah SMP swasta top di daerah Kelapa Gading. Pada usianya yang baru menginjak empat belas tahun ini, tubuh Andri sedang mekar-mekarnya. Payudara remajanya sudah ranum sekali, berukuran lebih besar daripada gadis-gadis sebayanya, laksana payudara gadis berusia tujuh belas tahun. Mungkin kemontokannya ini warisan dari ibunya. Tapi Andri memang anak yang agak kurang pergaulan alias kuper karena kebebasannya dibatasi dengan ketat oleh ibunya, yang kuatir ada pihak-pihak yang memanfaatkan kemolekan tubuh anaknya tersebut. Sama sekali Andri belum pernah merasakan apa artinya itu cinta. Padahal banyak sudah cowok yang naksir dia. Namun Andri belum sadar akan cinta.<br /><br />"Tom, badan Tante pegal nih. Tolong pijatin ya", kata Tante Tika sambil mengajak Tommy ke kamar tidurnya. Tante Tika membuka busananya. Lalu ia membaringkan tubuhnya yang telanjang bulat tengkurap di ranjang. Tommy masih lugu sekali. Ia belum tahu apa-apa tentang keindahan tubuh wanita.<br /><br />"Tante kok buka baju? Kepanasan ya?", tanya Tommy dengan polosnya. Tante Tika mengangguk. Lalu Tommy memijati tubuh Tante Tika. Mula-mula punggungnya. Lalu turun ke bawah. Tante Tika mendesah sewaktu tangan mungil Tommy memijati gumpalan pantatnya yang montok.<br /><br />"Tante, kenapa? Sakit ya?", tanya Tommy lugu. Mula Tante Tika memerah. Dia duduk di atas ranjang. Tangannya menarik tangan Tommy ke payudaranya.<br />"Tante, ini apaan? Kok empuk amat sih?", tanya Tommy ketika tangannya menjamah payudara tantenya. Tante Tika mulai bangkit nafsu birahinya.<br />"Ini namanya payudara, Tom".<br />"Kok Tante punya sih? Tommy nggak ada?".<br />"Tommy, Tommy. Kamu bukan cewek. Semua cewek kalau udah gede pasti akan punya payudara. Payudara adalah lambang keindahan tubuh wanita", Tante Tika menjelaskan dengan bahasa yang terlalu tinggi bagi anak seusia Tommy.<br />"Lalu pentilan ini apa namanya?", tanya Tommy sambil memijit puting susu tantenya. Tante Tika sedikit menggelinjang terangsang.<br />"Ah.., Ini namanya puting susu. Semua wanita juga mempunyai puting susu. Mamamu juga punya. Dulu waktu kamu masih bayi, kamu minum susu dari sini".<br />"Masa sih Tante. Biasanya kan susu dari sapi?"<br />"Mau nyobain nih kalo kamu nggak percaya. Sini deh kamu isap puting susu Tante!".<br /><br />Tommy kecil mendekatkan mulutnya pada payudara Tante Tika lalu diisapnya puting susunya.<br />"Ih, Tante bohong. Kok nggak keluar apa-apa?", kata Tommy sambil terus menyedoti puting susu Tante Tika yang tinggi menegang itu. Tapi tantenya nampaknya tidak mempedulikan perkataan keponakannya itu.<br />"Teruskan.., Tom.., Sedot terus.., Ouuhh..", kata Tante Tika bernafsu. Karena merasa mendapat mainan baru, Tommypun menurut. Dengan ganasnya ia menyedot-nyedot puting susunya. Tante Tika menggerinjal-gerinjal. Tak sengaja tangannya menyenggol gelas yang ada di meja di dekatnya, sehingga isinya tumpah membasahi bahu dan celana pendek Tommy.<br />"Ya, Tante. Pakaian Tommy basah deh!", kata Tommy sambil melepaskan isapannya pada puting susu Tante Tika.<br />"Ya, Tommy. Kamu buka baju dulu deh. Nanti Tante ambilkan baju ganti. Siapa tahu ada yang pas buat kamu", kata Tante Tika sambil beranjak ke luar kamar tidur. Sempat dilihatnya tubuh telanjang Tommy. Dikenalkannya pakaiannya lagi. Tante Tika pergi ke kamar anaknya, Andri, yang baru saja pulang dari sekolah.<br /><br />"Dri".<br />"Apa, Ma?", tanya Andri yang masih memakai baju seragam. Blus putih dan rok berwarna biru.<br />"Kamu punya baju yang sudah nggak kamu pakai lagi nggak?".<br />"Ngg.., Ada Ma. Tunggu sebentar", Andri mengeluarkan daster yang sudah kekecilan buat tubuhnya dari dalam lemari pakaiannya.<br />"Buat apa sih, Ma?", kata Andri seraya menyerahkan dasternya kepada ibunya.<br />"Itu, buat si Tommy. Tadi pakaiannya basah ketumpahan air minum".<br />"Tommy datang ke sini, Ma? Sekarang dia di mana?".<br />"Sudah! Kamu belajar dulu. Nanti Tommy akan Mama suruh ke sini!".<br />"Ya.., Mama!" Gerutu Andri kesal. Ibunya tak mengindahkannya. Andri senang pada Tommy karena ia sering saling menukar permainan komputer dengannya. Tapi Andri keras kepala. Setelah jarak ibunya cukup jauh, diam-diam ia membuntuti dari belakang tanpa ketahuan. Sampai di depan kamar ibunya, Andri mengintip ke dalam melalui pintu yang sedikit terbuka. Dilihatnya ibunya sedang berbicara dengan Tommy.<br /><br />"Tommy, coba kamu pake baju ini dulu. Bajunya Andri, sambil nunggu pakaian kamu kering", kata Tante Tika sambil memberikan daster milik Andri kepada Tommy.<br />"Ya, Tante. Tommy nggak mau pake baju ini. Ini kan baju perempuan! Nanti Tommy jadi punya payudara kayak perempuan. Tommy nggak mau!".<br />"Nggak mau ya sudah!", kata Tante Tika sambil tersenyum penuh arti. Kebetulan, batinnya. Kemudian ia menanggalkan busananya kembali.<br />"Kalo yang ini apa namanya, Tom?", tanya Tante Tika sambil menunjuk batang kemaluan Tommy yang masih kecil.<br />"Kata Papa, ini namanya burung", jawab Tommy polos.<br />"Tommy tahu nggak, burung Tommy itu gunanya buat apa?".<br />"Buat pipis, Tante".<br />"Bener, tapi bukan buat itu aja. Kamu bisa menggunakannya untuk yang lain lagi. Tapi itu nanti kalo kamu sudah gede".<br /><br />Andri heran melihat ibunya telanjang bulat di depan Tommy. Semakin heran lagi melihat mulut ibunya mengulum batang kemaluannya. Rasanya dulu ibunya pernah melakukan hal yang sama pada kemaluan ayahnya. Semua itu dilihatnya ketika kebetulan ia mengintip dari lubang kunci pintu kamar ibunya. Kenapa ya burung si Tommy itu, pikir Andri.<br />"Enak kan, Tom, begini?", tanya Tante Tika sembari menjilati ujung batang kemaluan Tommy.<br />"Enak, Tante, tapi geli!", jawab Tommy meringis kegelian.<br />"Kamu mau yang lebih nikmat nggak?".<br />"Mau! Mau, Tante!".<br />"Kalau mau, ini di pantat Tante ada gua. Coba kamu masukkan burung kamu ke dalamnya. Terus sodok keras-keras. Pasti nikmat deh", kata Tante Tika menunjuk selangkangannya.<br /><br />"Cobain dong, Tante", Tante Tika menyodokkan pantatnya ke depan Tommy. Tommy dengan takut-takut memasukkan "burung"nya ke dalam liang vagina Tante Tika. Kemudian disodoknya dengan keras. Tante Tika menjerit kecil ketika dinding "gua"nya bergesekkan dengan "burung" Tommy. Andri yang masih mengintip bertambah heran. Ia tidak mengerti apa yang dilakukan ibunya sampai menjerit begitu. Tapi Andri segera berlari kembali ke kamarnya ketika ia melihat ibunya bangkit dan berjalan ke arah pintu, diikuti oleh Tommy yang hanya memakai celana dalam ibunya. Sampai di kamarnya, Andri berbaring di ranjang membaca buku fisikanya. Tommy muncul di pintu kamar.<br /><br />"Mbak Andri. Kata Tante tadi Mbak mau cari Tommy ya?".<br />"Iya, kamu bawa game baru nggak?", tanya Andri. Tommy menggeleng.<br />"Eh, Tom. Ngomong-ngomong tadi kamu ngapain sama mamaku?".<br />"Nah ya, Mbak tadi ngintip ya? Pokoknya tadi nikmat deh, Mbak!", kata Tommy berapi-api sambil mengacungkan jempolnya.<br />"Enak gimana?", Andri bertanya penasaran.<br />"Mbak mau ngerasain?".<br />"Mau, Tom".<br />"Kalo begitu, Mbak buka baju juga kayak Tante tadi", kata Tommy.<br />"Buka baju?", tanya Andri, "Malu dong!".<br /><br />Akhirnya dengan malu-malu, gadis manis itu mau membuka blus, rok, BH, dan celana dalamnya hingga telanjang bulat. Tommy tidak terangsang melihat tubuh mulus yang membentang di depannya. Payudara ranum yang putih dan masih kencang dengan puting susu kemerahan, paha yang putih dan mulut, pantat yang montok. Masih kecil sih Tommy!<br /><br />"Bener kata Tante. Mbak Andri juga punya payudara. Tapi punyanya Tante lebih gede dari punya Mbak. Pentilnya Mbak juga nggak tinggi kayak Tante", Tommy menyamakan payudara dan puting susu Andri dengan milik ibunya.<br />"Pentil Mbak keluar susu, nggak?".<br />"Nggak tahu tuh, Tom. Nggak pernah ngerasain sih!", kata Andri lugu.<br />"Pentilnya Tante nggak bisa ngeluarin apa-apa, payah!".<br />"Masak sih bisa keluar susu dari pentilku?", kata Andri tidak percaya sambil memandangi puting susunya yang sudah meninggi meskipun belum setinggi milik ibunya.<br />"Mbak nggak percaya? Mau dibuktiin?".<br />"Boleh!", kata Andri sambil menyodorkan payudaranya yang ranum.<br /><br />Mulut Tommy langsung menyambarnya. Diisap-isapnya puting susu Andri, membuat gadis itu menggerinjal-gerinjal kegelian.<br />"Ya, kok nggak ada susunya sih, Mbak?".<br />"Coba kamu isap lebih keras lagi!", kata Andri. Tommy segera menyedoti puting susu Andri. Tapi lagi-lagi ia kecewa karena puting susu itu tidak mengeluarkan air susu. Tapi Tommy belum puas. Diisapnya puting susu Andri semakin keras, membuat gadis manis itu membelalak menahan geli.<br />"Nggak keluar juga ya, Tom", tanya Andri penasaran.<br />"Kali kayak sapi. Harus diperas dulu baru bisa keluar susunya", kata Tommy.<br />"Mungkin juga. Ayo deh coba!", kata Andri seraya meremas-remas payudaranya sendiri seperti orang sedang memerah susu sapi. Sementara itu Tommy masih terus mengisapi puting susunya. Akhirnya mereka berdua putus asa.<br /><br />"Kok nggak bisa keluar sih. Coba yang lain aja yuk!", kata Tommy membuka celana dalamnya.<br />"Apaan tuh yang nonjol-nonjol, Tom?", tanya Andri ingin tahu.<br />"Kata Papa, itu namanya burung. Cuma laki-laki yang punya. Tapi kata Tante namanya kemaluan. Tau yang bener yang mana!".<br />"Aku nggak punya kok, Tom?", kata Andri sambil memperhatikan daerah di bawah pusarnya. Tidak ada tonjolan apa-apa".<br />"Mbak kan perempuan, jadi nggak punya. Kata Tante, anak perempuan punya.., apa tuh namanya.., va.., vagina. Katanya di pantat tempatnya.<br />"Di pantat? Yang mana? Yang ini? Ini kan tempat 'eek, Tom?!", kata Andri sambil menunjuk duburnya.<br />"Bukan, lubang di sebelahnya", kata Tommy yakin.<br />"Yang ini?", tanya Andri sembari membuka bibir liang vaginanya.<br />"Kali!".<br />"Jadi ini namanya vagina. Namanya kayak nama mamanya Hanny ya?", kata Andri. Ia menyamakan kata vagina dengan Tante Gina, ibuku.<br />"Tadi mamaku ngisep-ngisep burung kamu. Emangnya kenapa sih?", lanjut Andri.<br />"Tommy juga nggak tahu, Mbak".<br />"Enak kali ya?".<br />"Kali, tapi Tommy sih keenakan tadi".<br /><br />Tanpa rasa risih, Andri memasukkan batang kemaluan Tommy ke dalam mulutnya, lalu diisap-isapnya.<br />"Ah, nggak enak kok Tom. Bau!", kata Andri sambil meludah.<br />"Tapi kok kudengar mamaku menjerit-jerit. Ada apaan?", tanya Andri kemudian.<br />"Gara-gara Tommy masukin burung Tommy ke dalam guanya. Nggak tahu tuh, kok tahu-tahu Tante menjerit".<br />"Gua yang mana?", Andri penasaran.<br />"Yang tadi tuh, Mbak. Yang namanya vagina".<br />"Apa nggak sakit tuh, Tom?".<br />"Sakit sih sedikit. Tapi nikmat kok. Mbak!".<br />"Bener nih?".<br />"Bener, Mbak Andri. Tommy berani sumpah deh!".<br />"Coba deh", Andri akhirnya percaya juga.<br /><br />Tommy memasukkan batang kemaluannya ke dalam liang vagina Andri yang masih sempit. Andri menyeringai.<br />"Sakit dikit, Tom".<br />Tommy menyodok-nyodokkan "burung"nya berulang kali dengan keras ke "gua" Andri. Andri mulai menjerit-jerit kesakitan. Tapi Tommy tidak peduli karena merasa nikmat. Andri tambah menjerit dengan keras. Mendengar lengkingan Andri, Tante Tika berlari tergopoh-gopoh ke kamar putrinya itu.<br />"Dri, Andri. Kenapa kami?", tanya Tante Tika. Ia terkejut melihat Andri yang meronta-ronta kesakitan disetubuhi oleh Tommy kecil.<br />"Ya ampun, Tommy! Berhenti! Gila kamu!" teriaknya naik darah. Apalagi setelah ia melihat darah yang mengalir dari selangkangan Andri melalui pahanya yang mulus.<br /><br />Astaga! Andri telah ternoda oleh anak kecil berusia sepuluh tahun, sepupunya lagi?! Putrinya yang baru berumur empat belas tahun itu sudah tidak perawan lagi?!<br />"Nanti aja, Tante! Enak!".<br />"Anak jahanam!", teriak Tante Tika marah. Ia menempeleng Tommy, sehingga bocah itu hampir mental. Sementara itu, Andri langsung ambruk tak sadarkan diri.<br />Sejak kejadian itu hubungan keluarga Tommy dengan Tante Tika menjadi tegang.</div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-70342380803213240092013-06-23T19:21:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.127-07:00 Foto Hot || ABG Cantik Berjilbab Lagi Pentil <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhM2k66MNkI6zDIaF76Cx_sQVK5B8tgNRgSzf_HB_gQhQLbrnRgkmHrA7PRKw-n-bS2s9SG6C1-i43vzfzbssXYVud6LKc4M6VhU5u3Pv1df7Pu7j16WxqTE4wjp9Qk2F-qZe6syaMUnvk/s640/Cewek+Jilbab+Pamer+Tetek.jpg" /> </div><br /><div style="text-align: center;">ABG Cakep Tampang Alim Berjilbab Lagi Pentil<br /><br />ABG jilbaber masa kini, cantik dan bening tampang alim tapi kalo dah horni ga malu-malu pamer tubuh mulusnya... <br />Pemanasan:<br /><br />Cantik banget pas berkerudung... <br /><br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhVdhK1BvcD9BPDuP7RhA8t5vopp9HP4pHtzzAAW-ID-03ypjA3h01Vfp_cVL3AAdI99kPIBDc_fnXNhZNJSz1yYkS3jn4v0htUPX0_goF3mh506ipuIfYVMIRqZJuGS_o5S7WM_gu_I_o/s640/Cewek+Jilbab+Pamer+Tetek+%281%29.jpg" /><br /><b>Mulai nakal... </b><br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgKeDNIyZelvpSXZzLqB1TAJP2-Bc4G3X9R9UVL_chgWVdDSsc__U91WV3wYj7txhiG7wF5Iipi_md1wDvJ_whjIQ_CjCCbB4F6O-wuuwfxxGF5qqUJ-K0gL75IC4bikEyY5hs_Yqa9TQ4/s640/Cewek+Jilbab+Pamer+Tetek+%283%29.jpg" /><br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6rGXfV8Jp30cS6Iihuzjpxq8Biv98H8-ophNjeGZJQDDYeC9XvVH1l2xQ6hJX4JmTFO5CFdWlmzj-kGj1EwqqMQhMM1FKgAuRcJSEXwlloE4g_X1XCvwIFJZhLvqJY57dl-7_gJ1nNoQ/s640/Cewek+Jilbab+Pamer+Tetek+%285%29.jpg" /><br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhSr44ltlpZe73-cPd5KzMklSsW1bU6kud0bk-0c6VZ5jJVsQ3m_hdxV_IFE_3sQTVax_CKsBmN-MJ_wDa1aSzmkoO_wr6QiWLOWAk9BEBYDXI30gv9Vr1s7DvFJG1EBTPExfJl54A1xng/s640/Cewek+Jilbab+Pamer+Tetek+%282%29.jpg" /><br /><br /><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6eJUzrVGpY_fRR1nH0s1lXvs5It2uXyA7kGXVKY64iwb9fwHSUpjo_JbJabAEKb8TBXzJyW2UNxiJLw12tR2HPzCLJIJO4kt8qJjsuNgkdT20_VmuOHIE0q8g1mWH_5_kCSOk3-kYyHc/s640/Cewek+Jilbab+Pamer+Tetek+%284%29.jpg" /></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-25637359366823066752013-06-23T19:20:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.136-07:00 cerita sex l Pengalaman Sex Bersama ANNA. <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: center;"> <img border="0" height="400" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6eJUzrVGpY_fRR1nH0s1lXvs5It2uXyA7kGXVKY64iwb9fwHSUpjo_JbJabAEKb8TBXzJyW2UNxiJLw12tR2HPzCLJIJO4kt8qJjsuNgkdT20_VmuOHIE0q8g1mWH_5_kCSOk3-kYyHc/s400/Cewek+Jilbab+Pamer+Tetek+%284%29.jpg" width="240" /></div><a href="http://www.sekilasmaya.com/">cerita sex l Pengalaman Sex Bersama ANNA.</a> _Pengalamanku saat bermain berempat dengan Anna dan keponakannya, Sinta membuat Dicky penasaran. Agaknya ia mendengar dari Anna bagaimana Sinta dan aku bermain begitu rupa, hingga ia yang pernah juga main dengan Sinta dan Anna, suatu ketika meminta istrinya untuk mengajak Sinta dan aku bermalam di rumah mereka. Karena Sinta mau ujian semester selama dua minggu, kami tidak mengusiknya. Kesempatan kami untuk bertemu terjadi pada suatu malam minggu setelah Sintai selesai ujian.<br /> <br /> Anna dan Dicky menyiapkan jamuan makan mewah, sebab masakan yang dipesan dari salah satu restoran mahal di bilangan Jakarta ini. Dengan mengenakan celana panjang coklat tua dan kaos berleher berwarna coklat muda, aku tiba di rumah mereka pukul 18 dan melihat Sinta telah ada di sana. Dicky mengenakan celana panjang hitam dan hem biru muda bertangan pendek. Anna mengenakan gaun warna biru muda, seperti warna hem suaminya, agak ketat membungkus tubuhnya yang seksi, gaun itu tergantung di pundaknya pada dua utas tali, sehingga memperlihatkan sebagian payudaranya. Sinta tak ubahnya seorang putri, memakai gaun berwarna merah muda, ketat menampilkan lekuk-lekuk tubuhnya yang menggairahkan, juga dengan belahan dada agak rendah dengan potongan setengah lingkaran. Keduanya seolah-olah ingin menunjukkan keindahan payudaranya di depanku dan Dicky untuk menyatakan payudara siapa yang paling indah. Payudara kedua perempuan itu memang tidak terlalu besar, tetapi cukup merangsang buatku. Milik Anna lebih kecil sedikit daripada milik Sinta. Hal itu sudah kubuktikan sendiri ketika mencoba menelan payudara keduanya. Payudara Sinta masih tersisa lebih banyak daripada payudara Anna, waktu kuisap sebanyak-banyaknya ke dalam mulutku.<br /> <br /> Kami berempat duduk di ruang makan menikmati jamuan yang disediakan tuan rumah. Hidangan penutup dan buah-buahan segar membuat kami sangat menikmati jamuan tersebut.<br /> <br /> Dari ruang makan, kami beranjak ke ruang keluarga. Anna menyetel musik klasik, sedangkan Dicky mengambil minuman bagi kami, ia menuangkan tequila buat Anna dan Sinta, sedangkan untuknya dan aku, masing-masing segelas anggur Prancis, agak keras kurasa alkoholnya. Rona merah membayang pada wajah mereka bertiga, dan kupikir demikian juga denganku, akibat pengaruh minuman yang kami teguk. Percakapan kami yang semula ringan-ringan di seputar kerja dan kuliah Sinta makin beralih pada hal-hal erotis, apalagi waktu Anna melihat ke arahku dan berkata, “Wah, pengaruh anggur Prancis sudah membangunkan makhluk hidup di paha Agus. Lihat nggak tuh Sin?” Sinta menengok ke bagian bawah tubuhku dan membandingkan dengan Dicky, “Lho, yang satu ini pun sudah mulai bangkit dari kubur, hi… hi….hi…”<br /> <br /> Sinta yang duduk di dekatku menyenderkan kepalanya pada bahu kananku. Anna mengajak suaminya berdiri dan berdansa mengikuti irama lagu The Blue Danube-nya Strauss. Entah pernah kursus atau karena pernah di luar negeri, mereka berdua benar-benar ahli melakukan dansa. Setelah lagu tersebut berlalu, terdengar alunan Liebestraum. Dicky melepaskan pelukannya pada pinggang Anna dan mendekati Sinta, lalu dengan gaya seorang pangeran, meminta kesediaan Sinta menggantikan Anna menemaninya melantai, sementara Anna mendekatiku.<br /> <br /> Aku yang tak begitu pandai berdansa menolak dan menarik tangan Anna agar duduk di sampingku memandang suaminya berdansa dengan keponakannya. Rupanya Sinta pun tidak jelek berdansa, meskipun tak sebagus Tantenya, ia mampu mengimbangi gerakan Dicky. Saat alunan lagu begitu syahdu, mereka berdua saling merapatkan tubuh, sehingga dada Dicky menekan payudara Sinta. Di tengah-tengah alunan lagu, wajah Dicky mendekati telinga Sinta dan dengan bibirnya, ia mengelus-elus rambut di samping telinga Sinta dan dengan kedua bibirnya sesekali cuping telinga Sinta ia belai. Tatapan Sinta semakin sayu mendapati dirinya dipeluk Dicky sambil dimesrai begitu. Lalu bibir Dicky turun ke dagu Sinta, menciumi lehernya. Kami dengar desahan Sinta keluar dari bibirnya yang separuh terbuka. Lalu ia dengan masih berada pada pelukan Dicky di pinggangnya, mengarahkan ciuman pada bibir Dicky. Mereka berpagutan sambil berpelukan erat, kedua tangan Dicky melingkari pinggul Sinta, sedangkan kedua tangan Sinta memeluk leher Dicky. Permainan lidah mereka pun turut mewarnai ciuman panas itu.<br /> <br /> Dicky lalu membuka gaun Sinta hingga terbuka dan melewati kedua pundaknya jatuh ke lantai. Kini Sinta hanya mengenakan kutang dan celana dalam berwarna merah muda. Tangan Sinta ikut membalas gerakan Dicky dan membuka hemnya, kemudian kulihat jari-jarinya bergerak ke pinggang Dicky membukai ikat pinggang dan risleting celana Dicky. Maka terlepaslah celana Dicky, ia hanya tinggal memakai celana dalam. Lalu jari-jari Sinta bergerak ke belakang tubuhnya, membuka tali kutangnya, hingga menyembullah keluar kedua payudaranya yang sintal. Keduanya masih saling berpelukan, melantai dengan terus berciuman. Namun tangan keduanya tidak lagi tinggal diam, melainkan saling meraba, mengelus; bahkan tangan Dicky mulai mengelus-elus bagian depan celana dalam Sinta. Sinta mendesah mendapat perlakuan Dicky dan mengelus-elus penis Dicky dari luar celana dalamnya, lalu dengan suatu tarikan, ia melepaskan pembungkus penis tersebut sehingga penis Dicky terpampang jelas memperlihatkan kondisinya yang sudah terangsang. Dicky mengarahkan penisnya ke vagina Sinta dan melakukan tekanan berulang-ulang hingga Sinta semakin liar menggeliatkan pinggulnya, apalagi ciuman Dicky pada payudaranya semakin ganas, dengan isapan, remasan tangan dan pilinan lidahnya pada putingnya. Sinta terduduk ke karpet diikuti oleh Dicky yang kemudian meraih tubuh Sinta dan membaringkannya di sofa panjang. Dengan jari-jari membuka celah-celah celana dalam Sinta, mulutnya kemudian menciumi vagina Sinta. Erangan Sinta semakin meninggi berganti dengan rintihan. “Dick, ayo sayang ….. ooooohhhh …. Yahhh, gitu sayang, adddduhhhh … nikmat sekali ….. aaakkkhhhh …. ”<br /> <br /> Setelah beberapa saat mengerjai vagina Sinta, Dicky berlutut dekat Sinta dengan kaki kanan bertelekan di lantai, sedangkan kaki kirinya naik ke atas sofa, ia arahkan penisnya ke vagina Sinta dari celah-celah celana dalam Sinta. Lalu perlahan-lahan ia masukkan penisnya ke vagina Sinta dan mulai melakukan tekanan, maju mundur, sehingga penisnya masuk keluar vagina Sinta.<br /> <br /> Anna yang duduk di sebelah kiriku terangsang melihat Dicky dan Sinta, lalu mencium bibirku. Kubalas ciumannya dengan tak kalah hebat sambil mengusap-usap punggungnya yang terbuka. Anna memegangi kedua rahangku sambil menciumi seluruh wajahku, lidahnya bermain di sana-sini, membuat birahiku semakin naik, apalagi ketika lidahnya turun ke leherku dan dibantu tangannya berusaha membuka kaosku. Kuhentikan gerakannya meskipun ia membantah, “Ayo dong Gus?”<br /> <br /> “Tenang sayang …. ” kucium bibirnya sambil menunduk dan dengan tangan kiri menahan lehernya, tangan kananku mengangkat kakinya hingga ia jatuh ke dalam boponganku dan kugendong menuju kamar tidur mereka. Kami tak pedulikan lagi Dicky dan Sinta yang semakin jauh saling merangsang. Kurebahkan tubuhnya di ranjang dan kubuka seluruh pakaianku.<br /> <br /> “Cepet banget Gus, udah sampai ke ubun-ubun ya sayang?” tanya menggoda sambil berbaring.<br /> <br /> “Udah berapa minggu nich, kangen pada tubuhmu …” jawabku sambil mendekati dirinya.<br /> <br /> Kembali kulabuhkan ciuman pada bibirnya sambil jari-jariku mengelus pundaknya yang terbuka sambil membukai kedua tali di pundaknya. Lidahku mencari payudaranya dan mengisap putingnya. Isapan mulutku pada putingnya membuat Anna mengerang dan menggelinjang, apalagi ketika sesekali kugigit lembut daging payudaranya dan putingnya yang indah, yang sudah tegang. Mungkin karena pengaruh minuman keras dan tontonan yang disajikan Sinta dan Dicky barusan, kami berdua pun semakin liar saling mencium tubuh yang lain satu sama lain. Pakaian kami sudah terlempar kesana kemari. Ciuman bibir, elusan jari-jari dan bibir, remasan tangan, jilatan lidah menyertai erangan Anna dan aku. Kami berdua seolah-olah berlomba untuk saling memberikan kepuasan kepada yang lain. Apalagi ketika Anna menindih tubuhku dari atas dengan posisi kepala tepat pada pahaku dan mengerjai penisku dengan ganasnya. Vaginanya yang tepat ada di atas wajahku kuciumi dan kujilati, klitorisnya kukait dengan lidah dan kugunakan bibirku untuk mengisap klitoris yang semakin tegang itu. Setelah tak tahan lagi, Anna segera bangkit lalu menungging di depanku. Rupanya ia mau minta aku melakukan doggy style posisi yang sangat ia sukai. Dari ruang keluarga, kudengar rintihan Sinta dan erangan Dicky. Mungkin mereka sudah semakin hebat melakukan persetubuhan.<br /> <br /> Kuarahkan penisku ke vagina Anna. Kugesek-gesekkan kepala penis hingga ia kembali merintih, “Guuussss, jangan permainkan aku! Ayo masukin dong, aku nggak tahan lagi, sayaaaanngg!” pintanya.<br /> <br /> Penisku mulai masuk sedikit demi sedikit ke dalam vaginanya. Kupegang pinggulnya dan memaju-mundurkan tubuhnya mengikuti alunan penis masuk keluar vaginanya. Sekitar lima menit kulakukan gerakan begitu, ia belum juga orgasme, begitu pula aku. Kemudian kuraba kedua payudaranya yang menggantung indah dari belakang. Kuremas-remas sambil merapatkan dadaku ke punggungnya. Ia mengerang, mendesah dan merintih. “Ahhhh ….. sshsshh, ouuughhhh, nikmatnyaaaa …… sayangkuuuuu. ….” Mendengar suaranya dan merasakan geliat tubuhnya di bawah tubuhku, membuatku makin terangsang. Lalu kutarik kedua tangannya ke belakang tubuhnya. Kupegang lengannya dengan sentakan kuat ke arah tubuhku hingga ia mendongakkan kepalanya. Kedua tangannya berusaha menggapai payudaranya dan meremas-remas payudaranya sendiri. Kami berdua kini dalam posisi bertelekan pada lutut masing-masing, agak berlutut, ia tidak lagi menungging, penisku membenam dalam-dalam ke vaginanya. Rintihan Anna semakin tinggi dan saat kuhentakkan beberapa kali penisku ke dalam vaginanya, ia menjerit, “Aaaaahhhhhh ….. oooooggghhh …..” Penisku terasa diguyur cairan di dalam. Aku tak kuat lagi menahan nafsuku dan menyusul dirinya mencapai puncak kenikmatan. Ia lalu menelungkup dengan aku menindih punggungnya yang sesekali masih memaju-mundurkan penisku di dalam vaginanya. Keringat bercucuran di tubuh kami, meskipun pendingan kamar itu cukup dingin ketika kami baru masuk tadi.<br /> <br /> Kemudian kami berbaring berpelukan, aku menelentang sedangkan Anna merebahkan tubuhnya di atasku. Di ruang sana tak terdengar lagi suara Dicky dan Sinta, mungkin mereka juga sudah orgasme. Tanpa sadar, aku tertidur, juga Anna. Aku terjaga ketika merasakan ciuman pada bibirku. Kubalas ciuman itu, tetapi aromanya berbeda dengan mulut Anna. Kubuka kelopak mataku, kulihat Sinta masih telanjang membungkuk di atas tubuhku sambil menciumi aku. Mataku terbuka lebar sambil memagut bibirnya memainkan lidahku di dalam mulutnya, ia membalas perlakuanku hingga lidah kami saling berkaitan. Sedangkan Dicky kulihat mendekati Anna dan menciumi payudara istrinya. Anna menggeliat dan membalas ciuman dan pelukan suaminya. Tangannya mengarah ke bagian bawah tubuh Dicky meraih penis suaminya yang sudah melembek. Ia rabai dan kocok penis itu, hingga kuperhatikan mulai bangun kembali. Sinta yang semula hanya menciumi bibirku dan memainkan lidahnya, menurunkan ciumannya dan mencari dadaku, di sana putingku diciumi dan digigitnya lembut. Lama-lama gigitannya berubah semakin buas, hingga membuatku merintih sakit bercampur nikmat, “Kenapa, sayang? Sakit ya?” tanyanya menghentikan permainannya sambil menatapku. Aku menggelengkan kepala dan memegang kepalanya agar kembali meneruskan ulahnya. Lidahnya kembali terjulur dan bermain di putingku bergantian kiri dan kanan. Setelah itu, ia turunkan ciumannya ke penisku yang masih ada sisa-sisa sperma dan cairan vagina Anna. Ia lumat dan masukkan penisku ke dalam mulutnya. Penis yang sudah lembek itu kembali tegang mendapat perlakuan mulutnya. Tangannya memegang pangkal penisku melakukan gerakan mengocok. Bibirnya dan lidahnya juga bermain di testisku dan “Uuuuhhhh ….” aku mendesah, sebab kini lidahnya menjilati analku tanpa rasa jijik sedikit pun. Setelah itu kembali mulutnya bermain di testisku dan memasukkan kedua testis itu bergantian ke dalam mulutnya. Sedotan mulutnya membuat birahiku kembali muncul. Sementara rintihan Anna kembali terdengar. Kuintip mereka, Dicky kini menciumi paha istrinya, sama seperti perbuatan Sinta padaku.<br /> <br /> Sinta melihat penisku makin tegang, tetapi kemudian ia melangkah ke bufet kecil di samping ranjang. Tak lama kemudian ia kembali ke ranjang sambil memegang dildo berwarna merah di tangannya. Penis buatan itu memiliki tali yang kemudian ia ikatkan ke pinggangnya sehingga kini Sinta terlihat seperti seorang laki-laki, tetapi memiliki payudara.<br /> <br /> Dicky masih terus menciumi paha isterinya ketika Sinta memegang rambut Dicky dan meminta Dicky menciumi payudara isterinya, sedangkan penis buatan sudah ia arahkan ke vagina Anna. Dicky menoleh sekilas ke arah Sinta, tetapi ia tidak menolak dan meremas-remas payudara istrinya sambil menciumi dan memilin putingnya. Desahan Anna semakin kuat disertai geliat tubuhnya, apalagi saat dildo Sinta mulai memasuki vaginanya yang kembali basah. Sinta kemudian memaju-mundurkan tubuhnya hingga dildo itu masuk keluar vagina Anna. Anna mengerang dan meracau dengan tatapan mata sayu. Kudekati wajahnya dan kupagut bibirnya sambil turut membelai payudaranya membantu suaminya yang masih terus meremas dan menciumi payudaranya.<br /> <br /> Beberapa saat dengan posisi itu, membuat Anna kembali naik birahi. Sinta kemudian membalikkan tubuhnya ke samping sambil memegangi pinggang Anna agar mengikuti gerakannya. Aku membantu gerakannya dan menggeser tubuh Anna hingga kini berada di atas tubuh Sinta dengan dildo Sinta yang tetap menancap pada vagina Anna. Anna yang ada di atas Sinta kini, menduduki perut Sinta sambil melakukan gerakan seakan-akan sedang menunggang kuda. Desahan Anna semakin kuat sebab dildo itu benar-benar masuk hingga pangkalnya ke dalam vaginanya. Sinta tidak banyak bergerak, hanya pasif, tetapi jari-jarinya bermain di sela-sela vagina Anna merangsang klitoris Anna. Aku memeluk Anna dari belakang punggungnya, sedangkan Dicky dari arah depan tubuh Anna meremas-remas dan sesekali menciumi dan menjilati payudara Anna.<br /> <br /> “Gus, masih ada lubangku yang nganggur, ayo sayangg….. oooohhhh, nikmatnya” desahnya memohon.<br /> <br /> Aku menyorong tubuh Anna agar rebah di atas tubuh Sinta, lalu kusentuh lubang analnya. Kubasahi dengan sedikit ludah bercampur cairan vaginanya sendiri. Lalu setelah cukup pelumas, kumasukkan penisku ke dalam analnya. Kugerakkan penisku maju mundur, sedangkan Anna dan Sinta saling berciuman, dan Dicky meremas-remas payudara kedua perempuan itu bergantian. Rintihan kedua perempuan itu semakin kuat terdengar.<br /> <br /> Mungkin karena merasa tindihan dua tubuh di atasnya agak berat, Sinta agak megap-megap kulihat, sehingga kuajak mereka berdua melakukan gerakan ke samping. Aku kini berbaring terlentang. Penisku yang tegang dipegangi tangan Anna dan diarahkannya masuk ke dalam analnya sambil merebahkan tubuhnya terlentang di atasku. Lalu Sinta kembali berada di atas tubuh Anna memasukkan dildo pada pangkal pahanya ke dalam vagina Anna. Gerakan Sinta kini aktif, berganti dengan aku yang pasif pada anal Anna. Tak lama kemudian Anna orgasme disertai rintihan panjangnya. Kupeluk ia dari bawah, sedangkan bibirnya diciumi oleh Sinta dengan ganasnya. Dicky masih terus meremas-remas payudara kedua perempuan itu. Lalu Sinta mencabut penis buatan dari vagina Anna dan berbaring di sampingku, sementara Dicky meletakkan tubuhnya di samping Sinta sambil memeluk tubuh Sinta dan mencium bibirnya.<br /> <br /> Sekitar sepuluh menit kemudian, Anna bangun dari atas tubuhku dan membuka tali yang mengikat dildo pada pinggang Sinta.<br /> <br /> Diperlakukan seperti tadi, rupanya membuat Anna juga ingin mencoba apa yang dilakukan oleh Sinta terhadap dirinya. “Mas, Gus, pegangi tangan dan kaki Sinta. Yuk buruan, jangan berikan kesempatan buat dia!” katanya memerintah kami berdua. Sinta yang masih kecapekan karena mengerjai Anna tadi mencoba meronta-ronta ketika tanganku memegangi kedua tangannya dan mementangkan lebar-lebar, sedangkan Dicky memegangi kedua telapak kakinya sehingga kedua paha dan kakinya terpentang lebar. “Ah, Tante curang, masak pake pasukan mengeroyok ponakannya …” katanya protes.<br /> <br /> “Biarin, abis ponakan nakal kayak gini. Masak Tantenya dihabisi kayak tadi?” gurau Anna sambil berlutut di antara kedua paha Sinta. Ia lalu menundukkan wajahnya menciumi dan menjilati vagina Sinta. Sinta benar-benar tidak bisa berkutik, meskipun ia menggeliat-geliat, apalah artinya, sebab tangan dan kakinya dipegangi oleh dua lelaki dengan kuatnya. Puas menciumi vagina Sinta, Anna mengangkangkan pahanya di luar paha Sinta, lalu menujukan dildo pada pahanya ke dalam vagina Sinta. Setelah dildo tersebut masuk, kedua pahanya bergerak ke arah dalam ke bawah kedua paha Sinta, sehingga kedua paha Sinta semakin rapat mengunci dildo yang sudah masuk dengan mantap ke dalam vaginanya. Sedangkan di bawah, kedua tungkainya mengunci kedua tungkai Sinta. Kini tanpa dipegangi oleh tangan Dicky pun, kaki Anna sudah mengunci paha dan kaki Sinta dengan ketatnya. Mulut Anna mengarah pada payudara Sinta dan melumat habis kedua payudara keponakannya. Sedangkan aku, sambil mementangkan kedua tangan Sinta, mencium bibirnya dan memasukkan lidahku ke dalam mulutnya. Sesekali kuangkat wajahku dan berciuman dengan Anna.<br /> <br /> Erangan Sinta yang tak menduga serangan Tantenya semakin dahsyat, terdengar semakin berubah menjadi rintihan. Apalagi Tantenya semakin cepat menggerakkan dildo ke dalam vaginanya. Beberapa kali ia malah menghentakkan dalam-dalam dildo tersebut ke vagina Sinta. Mungkin karena sudah sering melihat bagaimana gerakan penis suaminya atau penisku masuk keluar vaginanya, ia pun tergoda untuk melakukan aksi serupa. Cuma sekitar lima menit diserang begitu, Sinta tak kuasa lagi bertahan, ia merintih lirih, “Tante Annnnaaaaa, aku dapet ….. aaahhhhhh …… nikmattt …… sssshhhhh .…… ooouuugghhh ….. aaaakkkhhh.”<br /> <br /> Anna masih terus merojok vagina Sinta, hingga Sinta memaksaku melepaskan kedua tangannya dan menolakkan tubuh Tantenya, “Tante, udah dong, bisa pecah ntar memiawku!! Ahhh … sadis deh Tante!!” katanya. Kami tertawa mendengar kalimatnya, sebab tahu mana mungkin pecah vaginanya dengan alat yang mirip penisku dan penis Dicky. Anna merebahkan tubuh di samping Sinta seraya mencium bibir Sinta dengan lembut. Keduanya berciuman agak lama dan kembali berbaring terlentang berdampingan. Aku dan Dicky mengambil tempat di samping mereka berdua.<br /> <br /> Setelah itu, Anna memintaku menyetubuhinya dengan posisi ia di atas dan aku berbaring di bawah, kemudian ia minta lagi Sinta untuk memakai penis buatan tadi ke dalam analnya lalu meminta penis suaminya untuk ia lumat habis-habisan. Sinta yang ingin membalas perbuatan Tantenya, tidak menolak. Dengan cepat diikatkannya tali dildo itu dan menyerang anal Tantenya. Rintihan Anna kembali terdengar di sela-sela lumatan bibir dan mulutnya pada penis suaminya. Dicky masih mau diperlakukan demikian beberapa kali, tetapi mungkin karena tak tahan melihat ada vagina menganggur, ia kemudian mendekati bagian bawah tubuh kami dan kulihat mengusap-usap pantat Sinta. Lalu ia memasukkan penisnya ke dalam vagina Sinta. Empat tubuh telanjang berkeringat kini saling bertindihan. Dicky paling atas menyetubuhi Sinta, sementara Sinta dengan dildo-nya mengerjai vagina Anna, dan aku paling bawah mengerjai anal Anna dengan penisku yang tegang terus. Sprey ranjang sudah acak-acakan oleh tingkah kami berempat, tapi kami tak peduli lagi pada kerapihan.<br /> <br /> Masih dengan napas tersengal-sengal, Sinta membisikkan sesuatu ke telinga Dicky. Dicky yang sudah melepaskan dirinya dari tubuh Sinta, memeluk tubuh istrinya melepaskan analnya dari hunjaman penisku. Sinta kemudian mendekati aku dan berbisik, “Gus, kita kerjai Tante lagi yuk? Sekarang coba masukin penis kalian berdua ke memiawnya, ntar aku bantu dengan dildo pada analnya.”<br /> <br /> Wah ide yang unik, pikirku sambil mengangguk. Kemudian kuraih tubuh Anna, “Ada apa sich Gus, aku masih capek sayang!” Tapi penolakannya tak kuhiraukan. Kutarik tubuhnya rebah menelungkup di atas tubuhku sambil menggenggam penis yang kuarahkan pada vaginanya. Dasar vaginanya masih merekah, dengan mudahnya penisku melesak ke dalam, membuatnya kembali mendesah. Tak lama kemudian, Dicky mendekati kami dan mengarahkan penisnya ke dalam vagina Anna. Penisku yang masih berada di dalam vagina Anna, bergesekan dengan penis Dicky yang mulai menyeruak masuk keluar ke dalam. Mata Anna yang tadinya sayu mendapat seranganku, membeliak merasakan nikmat akibat dimuati dua penis pada vaginanya. Ia tak kuasa melawan walaupun semula merasa vaginanya begitu padat dimasuki dua penis sekaligus.<br /> <br /> Kemudian kulihat Sinta memperbaiki letak dildo yang masih ia kenakan. Lalu dengan hati-hati ia menempatkan dirinya di antar tubuh Dicky dan pantat Anna. Dicky memberikan ruang gerak padanya dengan mencondongkan tubuhnya ke arah belakang dan menahan berat badannya dengan kedua tangannya, sehingga Sinta bebas memasukkan dildo ke dalam anal Anna. Aku dan Dicky menghentikan gerakan dengan tetap membiarkan kedua penis kami berada di dalam vagina Anna. Begitu dildo Sinta masuk ke dalam analnya, Dicky mulai menggerakkan penisnya lagi, merasakan gerakan itu, aku mengikuti irama mereka berdua. Rintihan Anna meninggi saat dildo Sinta memasuki analnya bersamaan dengan kedua penis kami. Kututup rintihannya dengan mencium bibir Anna. Ia memagut bibirku dengan kuat, bahkan sempat menggigit bibirku dan mengisap lidahku kuat-kuat. Mungkin pengaruh desakan dua penis sekaligus pada vaginanya dan penis buatan pada analnya, membuat Anna melayang-layang mencapai puncak kenikmatan yang lain dari biasanya.<br /> <br /> Ia tidak lagi mengerang atau mendesah, melainkan merintih-rintih dan bahkan sesekali menjerit kuat. “Auuuhhh …. Ooooohhhhh …. gila ….. kalian bertiga benar-benar gila! Uuuukhhhh ….. sssshhhhh ….. aakkkkhhhh …..” rintihnya sambil menggeliat-geliatkan tubuhnya menerima serangkan kami bertiga. Pagutan bibirku menutup rintihannya dengan lilitan lidah yang menjulur memasuki rongga mulutnya. Sinta merapatkan tubuhnya ke punggung Tantenya dan kedua tangannya bergerak meremas-remas kedua payudara Tantenya. Anna merintih menikmati serangan di sekujur tubuhnya terutama pada bagian-bagian vitalnya. Entah sudah berapa puluh kali penisku dan penis Dicky bergerak masuk keluar vagina Anna dan analnya dirojok dildo Sinta. Sementara kedua tangan Dicky masih menyangga tubuhnya, ia tak bisa berbuat apa-apa walaupun kulihat beberapa kali mencoba meraih punggung Sinta untuk meremas-remas kedua payudaranya dari belakang, tapi posisinya tidak menguntungkan. Ia kemudian memusatkan pikiran pada gerakan penisnya yang semakin cepat kurasakan bergesekan dengan penisku di dalam vagina Anna yang sudah semakin becek.<br /> <br /> Rintihan Anna semakin tinggi berubah menjadi jeritan. Ia memiawik-mekik nikmat, ketika mencapai orgasme. Dicky menyusul menghentakkan penisnya kuat-kuat ke dalam vagina istrinya, tapi kedua tangan Anna menahan pantat suaminya, agar tetap melabuhkan penisnya di dalam vaginanya. Ia seakan tidak rela penis kami keluar dari vaginanya, meskipun ia sudah orgasme. Tak lama kemudian, suaminya menyerah, mencabut penisnya.<br /> <br /> Aku masih bertahan dan meminta Sinta berbaring dengan Tantenya terlentang di atas tubuhnya dan dildo yang dipakainya ia masukkan ke anal Anna, sementara aku menancapkan penisku ke vagina Anna. Meskipun Sinta berada di bawah tubuh Tantenya, tubuh Anna kupegangi agar tidak membebani Sinta. Kuraih pundaknya agar merapat ke tubuhku. Tangan Anna bermain di kedua payudara Sinta sambil menikmati hunjaman dildo Sinta pada analnya dan penisku pada vaginanya yang barusan sudah mencapai kenikmatan. Dicky berbaring di sisi Sinta sambil membantu Anna membelai dan meremas-remas payudara Sinta dan sesekali mencium bibir Sinta. Tangan Dicky bermain di bagian bawah tubuh Sinta, rupanya ia mengorek-ngorek vagina Sinta, hingga gadis itu tidak hanya menancapkan dildo ke vagina Tantenya, tetapi juga menaiki anak tangga kepuasan oleh permainan tangan Dicky.<br /> <br /> Sinta menggeliat-geliat di bawah dengan dildo*-nya menancap dengan dalam pada vagina Anna, sambil menikmati ulah jari-jari Dicky pada vaginanya. Rintihan Sinta semakin kuat bercampur dengan jeritan Anna yang kuserang habis-habisan dengan gerakan sekuat-kuatnya dan sedalam-dalamnya membenamkan penisku ke dalam vaginanya. Ia menjerit-jerit seperti waktu penis suaminya bersama penisku masih berada di vaginanya. Penisku kupegangi dan kutekan kanan kiri merambah, mengeksplorasi dinding vaginanya dan menarik tanganku hingga penisku masuk hingga pangkalnya. Jari-jariku mencari klitorisnya dan membelai-belainya sedemikian rupa hingga ia tak berhenti memiawik.<br /> <br /> Sekujur tubuh Anna bersimbah peluh dan kuperhatikan ada tetesan air keluar dari matanya turun ke pipi. Rupanya saking nikmatnya multiorgasme yang ia rasakan, tanpa terasa air matanya menetes. Tentu saja air mata bahagia. Kukecup kelopak matanya menciumi air matanya dan bibirku turun ke bibirnya, melakukan kecupan yang liar dan panas.<br /> <br /> “Ooooooooogggghhhhhhhh ….. Gussssss ……. Uuuhhh ……. Ssssshhhhh …. Sintaaaaa …… nikmatnyaaaaaahhhhhhh …… Aaaahhhhhh!!!” teriakannya terdengar begitu kuat sambil menekankan vaginanya kuat-kuat ke penisku.<br /> <br /> Seperti biasanya kalau ia mencapai orgasme yang luar biasa, air seninya ikut muncrat bersamaan dengan cairan vaginanya. Semprotan cairannya membasahi penisku, sela-sela paha Sinta dan sprey di bawah kami. Mulutnya menolak mulutku dan menggigit pundakku hingga terasa giginya menghunjam agak perih di kulitku.<br /> <br /> Dari bawah kulihat Sinta juga semakin kuat menekan dildo ke anal Anna. Sinta pun merintih, “Tanteeeee ….. aku …. juga dapeetttt nicchhhh ….. oooohhh, jari-jarimu lincah benar Oooommmm …..” pujiannya keluar memuji perbuatan Dicky terhadap dirinya. Dicky mencium bibir Sinta dan mengelus-elus payudaranya.<br /> <br /> Terakhir, aku menghentakkan penisku sedalam-dalamnya dan sambil mengerang nikmat, muncratlah spermaku memasuki vagina Anna. Kutarik tubuh Anna berbaring di atas tubuhku yang berbaring terlentang, sedangkan Sinta memeluk Dicky yang menindih tubuhnya sambil terus berciuman dan memasukkan jari-jarinya sedalam-dalamnya ke dalam vagina Sinta yang pahanya sudah merapat satu sama lain dan menjepit jari-jari dan tangan Dicky dengan kuatnya.<br /> <br /> Napas Anna, Sinta dan aku yang terengah-engah semakin mereda sambil mencari posisi yang enak untuk berbaring. Kuamati payudara kedua perempuan itu sudah merah di sana-sini, akibat ciuman dan gigitan Dicky, aku dan mereka berdua satu sama lain. Pundakku yang perih akibat gigitan Anna tadi, diciuminya dengan lembut seraya minta maaf, “Gus, maaf ya, jadi kejam gini sama kamu, abis nggak tau lagi sih mau ngapain. Yah udah, pundakmu jadi sasaran mulut dan gigiku.” Kuelus-elus rambutnya sambil berkata, “Tak apa, sayang. Ntar juga cepat sembuh koq, apalagi sudah kau obati dengan ludahmu.”<br /> <br /> Setelah itu, kami berempat terbaring nyenyak setelah beberapa jam main tak henti-hentinya. Kami baru bangun ketika matahari sudah naik tinggi dan jarum jam dinding menunjuk pukul 11.00 WIB. Kami mandi berempat di kamar mandi. Bathtub yang biasanya hanya dimuati satu atau dua tubuh orang dewasa, kini menampung tubuh kami berempat yang sambil berciuman, menggosok, meraba dan meremas satu sama lain, tetapi karena tenaga kami sudah terkuras habis, kami tak main lagi pagi itu. Namun siangnya, usai makan, Sinta sempat memintaku untuk main lagi dengannya. Dicky dan Anna, sambil tertawa-tawa dan memberi komentar, hanya menonton keponakan mereka main denganku di karpet ruang keluarga mereka. Sinta seolah tak kenal lelah, tidak cukup hanya meminta vaginanya kukerjai, tetapi juga analnya, baik dengan posisi terlentang dengan kedua kakinya kupentang lebar maupun dengan posisi ia menungging dan kutusuk dari belakang. Jika kuhitung, ada sekitar tiga kali lagi ia orgasme, sementara aku hanya sekali, tetapi untungnya penisku tetap bisa diajak kompromi untuk terus main melayani permintaannya. Tepukan tangan Dicky dan Anna memuji kekuatan kami berdua mengakhiri persetubuhan kami berdua, lalu Anna membersihkan penisku yang dilelehi cairan vagina dan anal Sinta serta spermaku, sedangkan Dicky membaringkan tubuh Sinta di sofa panjang dan membersikan vaginanya dengan bibir dan lidahnya. Pelayanan kedua suami istri itu benar-benar luar biasa terhadap keponakannya, Sinta dan aku. </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-73511269133460231922013-06-23T19:19:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.151-07:00 cerita dewasa l Nikmat jilat memek pembantu perawan <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><img alt="Dita,+Belahan+Dada+montok+%2815%29 Dita, Siswi SMA 16 Tahun Belahan Dadanya Bikin Mupeng" border="0" class="aligncenter" src="http://3.bp.blogspot.com/-wRH6b1QXGhU/UVJmn65qhdI/AAAAAAAAPbg/gMrYg26kckQ/s1600/Dita,+Belahan+Dada+montok+%2815%29.jpg" style="background-color: transparent; border: 0px none; display: block; float: none ! important; margin: 0px auto 12px ! important; max-width: 300px; outline: 0px none; padding: 0px; vertical-align: baseline; width: auto ! important;" title="Dita, Siswi SMA 16 Tahun Belahan Dadanya Bikin Mupeng" /><br /><br /><a href="http://www.sekilasmaya.com/"><i><b>cerita dewasa l Nikmat jilat memek pembantu perawan</b></i></a>-Kebetulan si Asih ini dipinjamkam ke kami oleh bosku …. tiap pagi Bantu masak dan bersihin rumah…..dan tiap bulan kami kasih tambahan gaji buat dia……………….<br />Karena kami semua pada bujangan…..senang sekali kami dapat pembantu semanis ini, tiap hari saya dan teman2 selalu goda, cowel..sana sini….. dia marah-marah tapi senang juga kayaknya….cuman aku yang agak cool….hehehe, biasa bikin penasaran.., ga ding soalnya aku sudah punya pacar……………..<br />Tapi kayaknya si Asih selalu curi-curi pandang ke saya…… lama-lama aku geregetan juga liat abg ini…. Aku pandang2 emang manis banget…body , rambutnya yang panjang …bikin aku tergoda jg…………… klo sedang nonton tv sore, pakai celana pendek dan kaos ketat sekali sehingga bongkahan tetek tercetak indah di dadanya…… pikiranku semakin tidak karuan…apalagi ditambah aksi genitnya………. Tapi aku belum bereaksi apa-apa cuman dipikiran ini terus berkecamuk ingin……..dengannya.<br />Akhirnya pada saat aku ulang tahun, aku dapat kado dari dia yang isinya pakaian lengkap dari bawah keatas ( kemeja,dasi,pakaian dalam, cedam, sisir, kaos kaki, handuk ) aku heran juga..teman-teman yang lain Ultah ga dikasih apa-apa kok giliran aku dapat semua …heheh , wah anak ini jangan2 bener2 mau serius…… pikiranku terus menimbang resiko dan manfaatnya……..akhirnya setan menang juga……hehehehe……….<br />Kebetulan temen2 yg lain klo pulang agak telat karena kerja di lapangan sementara aku di kantor so…selalu pulang duluan..., seperti biasa begitu aku pulang duluan di rumah cuman ada Asih yang lagi nyiapin makan buat aku….., aku langsung nyalahin TV….dan nonton…, setelah itu asih datang bawah makanan.. aku makan dan asih nungguin sambil nonton TV, sambil sekali ngobrol sama dia….”sih, berapa umur kamu sekarang ? “ tanyaku, “ mau 19 mas bulan depan” kata dia , “dah punya pacar belom” kataku , “ belum mas , dulu ada cuman saya ga cocok, sopir depan rumah juga naksir saya, cuman saya belom sreg” jawabnya, “ emang sregnya kayak apa ?” tanyaku .., “ yaaa klo bisa sih yang kayak mas andrii” jawabnya, “ glekkk “ terasa makanan menyumbat di mulutku jawabannya benar2 diluar dugaanku, kesempatan manis nih….otakku mulai berputar sambil terus makan….lalu dia ambil minum buatku, “ Asih mau ga jadi pacar aku?” tanyaku kemudian, “ ihh mas andri kan sudah punya pacar” jawabnya, “ iya sih tapi jauh, jarang kontak “ jawabku bohong, “ jadi kesepian, dari pada gitu mending mikir yang deket” lanjutku, “ mas andri boong, mana mau mas sama aku, cuman pembantu” katanya, “ sih pembantu juga manusia, apa salahnya punya keinginan juga” rayuku, sambil tanganku mengusap pahanya yang hanya pake celana pendek….” Mau ga sih? “ tanyaku lagi…. Wajahnya agak kemerahan …dia diem aja, cuman dari rautmukanya kayaknya dia mau, “gimana sih” aku coba mengelus rambutnya, kepalanya semakin ditundukkan…” iya mas , tapi jangan bilang sapa-sapa , saya malu” katanya, “ ok deh, ini tetep jadi rahasia kita” jawabku, kebetulan memang itu yang kuharapkan hehehe……<br />Wah..kapan lagi dapat ABG kata setan burik dikepalaku…..” asih kamu pernah dicium cowok gak” tanyaku, “ belum pernah mas” jawabku tanpa piker panjang , karena posisi kami dekat aku langsung cium keningnya, dia kaget tapi tidak menghindar……wah ga ada penolakan , bertubi-tubi aku cium pipinya, truss keningnya…….dia menunduk aja, “ jangan mas malu” katanya, “ malu sama sapa, cuman kita berdua kok” kataku, temen2ku memang datangnya agak malam karena ada stupping ekspor, lalu aku berusaha cium bibirnya..dia agak menghindar…tapi aku tahan kepalanya dengan tangan kananku……aku kecup bertubi-tubi…..dia mulai terangsang juga, nafasnya mulai memburu…..kemudian aku hentikan “ gimana enak sih,” tanyaku, “ iya mas “jawabnya pelan, “ sih boleh aku pegang tetekmu” , “ jangan mas” tolaknya, “ ga papa enak kok” langsung aku cium bibirnya lagi, dan tangan ku gerilya ke teteknya, wahhh masih kenceng banget… dasar ABG ,. Dia menggelinjang keenakan….. “ mas…mas… “ mulutnya mulai berkicau, aku ga perduli pelan-pelan tanganku membuka bra nya, ( klo cuman buka bra aku sudah liahai….. hehehehe ) tanpa dia sadar…… dan mulutku mulai berpindah pelan ke dadanya… “mas…..mas…..” cuman itu yang hanya bisa dia katakan, kubuka kaosnya otomatis bra yang sudah aku buka jg sudah lepas, dia berusaha menutupi bukit dadanya , cuman aku singkirkan dan niplenya mulai aku jilatin….. indah sekali dada abg ini, kenyal dan mantap…. Terus aku jilatin, dan aku kecup bagian sensitifnya, di menggelepar-gelepar keenakan….. sambil tanganku meraba pahanya yang mulus..dan halus…… “kring…kring…kring “ tiba-tiba telepon berbunyi ….brengsek …baru mau asyik……pikirku, cepat2 dia bangun dan akan telepon, rupanya temen2 sudah mau pulang , suruh siap2 makanan…… wahhh gagal eksekusi nih….. tp gapapa pelan-pelan bia tambah asyik …dalam batinku, “ mas jangan bilang-bilang ya mas” katanya setelah dia terima telp., “ ok say” dia terseyum dan langsung ke dapur nyiapin makanan, kembali aku nonton TV.<br />Sejak hari itu , tiap pagi mo berangkat kantor ku cium dulu dia di dapur, diam-diam takut temen2 pada curiga, hari sabtu kantor setengah hari sengaja aku ga mudik ke kampung, sementara teman2 langsung dr lapangan pulang ke kampunya masing2. kepala dah nyut-nyutan nunggu sampai hari sabtu,,, abis kantor aku langsung pulang …aku lihat asih lg nnton TV memang sengaja klo sabtu siang dia ga masak karena biasanya pulang semua.,<br />“ kok ga pulang mas” tanyanya, “ ga sih , hari ini aku ingin berduaan sama kamu” jawabku, “ ah mas andri bisa aja “ jawabnya , “ malam minggu kamu emang ga pingin aku temenin” tanyaku, “ ya <a href="http://www.sekilasmaya.com/"><i><b>cerita dewasa l Nikmat jilat memek pembantu perawan</b></i></a>-pingin sih mas, emang mas ga pulang “ tanyanya, “ ga besok aja , kan deket “ jawabku, lansung kuambil tangannya dan kupeluk dia , “ mas…” dia kaget, tapi ga ada reaksi… kukecup bibirnya dia membalas tidak kalah hebohnya…. Rupanya beberapa hari ini dia telah belajar,..dan memendam nafsunya……, nafasnya semakin memburu kemudian aku lepas kaosnya ..terus tanganku gerilya ke tetek dan pahanya sampil terus mengecup telinganya dan bibirnya….. “ sih km mau lihat K……. ku “ bisikku, tanpa tunggu jawaban aku bawa tangannya ke adikku yang sudah tegang, “keras mas “ katanya, “ mo liat aslinya” aku terus buka resleting celana dan membawa tangan memegang adikku …… heemmmm aku makin bernafsu , dan dia jg , aku masukin tanganku ke dalam cd. Nya “ jangan mas” katanya , “ biar sama sih, biar adil”, jawabku, lalu aku buka jg celana pendeknya ……wah ..indah benar….. “ sih ke kamar yuk “ lalu aku bopong aja tubuhnya ke kamar, dan kulepas semua pakaiannya hingga bugil, dan aku jg begitu, sambil terus merangsangnya, mulutku sudah mulai turung di pangkal pahanya, kujilatin paha , perut dan kakinya…. Dia mengerang sambil menjambak rambutku…… lidah ku mulai berputar-putar di daerah V nya , dia semakin menekan kepalaku… “ mas….mas….. geliiiiiiiiii, enaaaaaaak” aku makin semangat menyedot-nyedot bagian dalam V nya…. Yang sudah sangat basah….enaak gila …gurih….. V..ABG…perawan lagi…..dengan jeritan panjang……dia ga tahann lagi “maaaaaaassssssssssss uhhhhhhhhhhh “ mekinya semakin basah “ enak sih “ , “enak mas” ., “gantian ya sih , kamu hisap adik saya” kataku, “ saya ga bisa mas “ katanya, “ gapapa , sedot aja kayak kamu makan es krim, tapi jangan kena gigi “ , “ yam as “ katanya…..dia mulai mengurut Ko…. ku dan membawanya ke mulutnya, pertama dia masih ragu-ragu dan kasar sekali…tp lama-lama bisa jg dan sangat halus sedotannya….” Uhhhhhh nikmat sekali siih terusssss “ dia ga peduli yang ku katakana , terus meremas dan menyedot-sedot kon….ku , “ ayo sih sama-sama”, “sama-sama gimana mas “ kita saling sedot….. lalu aku angkat dia membentuk posisi 69 dan meneruskan pekerjaan masing-masing…….sampai sekitar 15 menit…….kami menikmati saat-saat yang luar biasa ini…..seakan dunia milik kami berdua……. “ udah sih, aku masukin ya punyaku ke punyamu” pintaku, “ jangan mas nanti aku hamil” , “ ga papa aku tau kok caranya biar ga hamil”, “ bener mas “ tanyanya menyakinkan, “iya …cuman aga sakit sedikit, km tahan ya…” “ ya Mas “ aku mulai ambil posisi , selangkangannya aku buka dan masing2 aku letakkan diatas pahaku….. punggungnya aku ganjal pakai bantal…. “ taha ya sih”, aku puter2 dulu Kon…ku di sekitar lubang Vnya biar air semakin banya sehingga ga begitu sakit….. kuputer dan kumasukkan sedikit….kuputer lagi…kumasukkan lagi perlahan..-lahan semakin membuka lubang Vnya, dia semakin mengerang-ngerang keenakan….. setelah aku piker cukup….. kumasuk separuh….kont…ku susah sekali….terus …kumasukkan ….dia mulai mengerang menahan sakit…” masssssssss ssssssakit…..” , “ tahan say…sebetar “ “blukkkkkk….semua kon…ku sudah masuk , dan dia teriak “maaaaaaaaaaaaaaaas ssssssssssssssakit !!” “tahan sebentar…… aku diamkan beberapa saat, biar V menyesuaikan, setelah beberapa saat pelan-pelan mulai aku kocok… dan tanganku meremas teteknya…biar dia ga begitu terasa sakit………lama-lama kocokkanku semakin cepat…..dia mulai mengerang, meracau ga karuan,……dan menjerit-jerit kenikmatan bercampur kesakitan, darah segar sudah mulai mengalir diselangkangannya….. oooooooooohhh nikmatnya……..ooooooooohhh….kataku meracau juga……kamu memang enak say………..baru aku kocok 10 menit terasa kon…ku sudah ga tahan……. “ sih aku mau keluar…….” “oooooooohhh mas….aku jg ga kuat……..ohhhhhhhhhh” bersamaan dengan jeritan panjangnya aku cabut Kon…ku dan bersamaan itu keluarlah air maniku diatas perutnya……. Oooooo say enak banget.,….. </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-29056358059839848732013-06-23T19:18:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.164-07:00KUMPULAN CERITA SEX BERGAMBAR 18 TAHUN TERBARU 2013 - LUGUNYA MISUAKU <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: center;"><img border="0" height="373" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgQlnr9mVmQfj5Jo85WIDg6BEFC2-D4cpeJLOAmC5K3782ZDQ9kiNBF8zeSFYglv0S5TS5b0ja5Pp8Gn0SQavkEK9o588MVT6xxRQ7LD8i6ACtrJgvr2fTyZOjLy2JqC_U3HlQjhSe4qRk0/s280/Cerita+Sex+Bergambar+18+Tahun+-+Lugunya+Misuaku+%282%29.jpg" width="280" /></div><div style="text-align: center;">Kumpulan Cerita Sex Bergambar 18 Tahun terbaru 2013 - Lugunya Misuaku</div><div style="text-align: center;">Aku Sintia. Setelah lulus kuliah aku langsung bekerja di salah satu perusahaan swasta terkemuka di jakarta. Belon lama aku lulus dan bekerja, kedua orang tuaku yang sudah berusia senja menyuruhku menikah dengan salah putra kerabat jauh mereka. aku menuruti saja kemauan kedua orang tuaku, walaupun sekarang sudah gak jamannya lagi menerapkan pernikahan ala Siti Nurbaya dan Datuk Maringgih, aku langsung nikah tanpa pacaran sebelumnya.</div><div style="text-align: center;">Lelaki itu (untuk selanjutnya aku sebut ja abang) lebih tua dari aku. resepsi pernikahan kami berjalan lancar. Malam pertama lewat begitu aja. Gak da tu gulat smekdon yang menggebu2. Kami langsung tertidur karena ternyata menjalani resepsi tu sangat melelahkan, walaupun cuma senyum dan salaman.</div><div style="text-align: center;">Ketika paginya aku bangun, dia gak da disebelahku, aku memang bobo duluan semalem. aku keluar dari kamar untuk membuat secangkir kopi di dapur, dia lagi baca koran. Setelah minum kopi dan mandi, aku segera beberes untuk siap2 kekantor. Aku memang gak bisa cuti walaupun baru nikah. Bosku minta dengan sangat aku menunda cuti nikah karena ada proyek besar yang harus selesai dalam waktu dekat ini, dan porsi kerjaan yang menjadi bagianku penting sekali untuk keberhasilan proyek ini. Walaupun kesal ya aku iya aja. “Sintia ke kantor ya bang, pulangnya mungkin malem, nguber dead line proyek” ujarku sambil mengenakan sepatu di ruang tengah. "Iya", jawabnya singkat, gak yau apa yang ada dibenaknya, kok malem pertamaku bisa lewat bgitu aja tanpa nyolek2 aku, istrinya yang baru ja dinikahinya. Masa bodoh ah, aku juga terpaksa nikah ma dia untuk menyenangkan kedua ortu aja. Dia gak mo nyentuh aku ya no problemo juga, mantan2 pacarku diluar banyak yang bersedia menyentuh aku begitu aku kasi signal hihi.</div><div style="text-align: center;">Di kantor rame sekali, temen2 kerjaku yang prempuan cipika cipiki dengan aku sambil menggodaku betapa nikmatnya malem pertama, aku cuma senyum2 ja, gak tau ja semalem aku bobo ja ampe pagi, gak da yang nyolek2. Yang lelaki menyalami aku saja, kelihatan sekali kalo mereka kecewa dengan keputusanku untuk menikah, artinya gak bisa dugem lagi bareng mereka lagi. Malemnya, aku pulang dengan segudang rasa lelah akibat kerja rodi di kantor, itu juga blon slesai kerjaanku. Bos nyuru aku pulang duluan walau tim yang laen masi trus menggeluti kerjaannya masing2, toleransi buat pengantin anyar kata bos, dan disambut dengan gemuruh ketawaan dari seluruh tim ketika aku pamit duluan. Setibanya di rumah dia blon pulang, padahal dah malem banget. aku hanya merebahkan badanku yang capek di ranjang tanpa melepas pakean kerjaku. tiba tiba, “udah pulang kamu?” tanyanya sambil masuk ke kamar. “sorry bang, tadi Sintia nggak sempet masak, kita pesen makanan delivery aja yah” jawabku. Kami menyantap makan malam kami setelah pesenannya dateng.</div><div style="text-align: center;">Dibandingkan temen2 prempuan dikantor, dan juga pengakuan temen2 lelakiku, aku termasuk wanita yang cantik, menawan serta sexy. Selain itu aku orang yang mudah mencairkan suasana dan nyambung jika diajak bercerita, makanya aku binun banget ngeliat kelakuan suamiku itu, gak tau lugu pa jutek, ampe aku juga gak tau mo ngomong apa ma dia. Walaupun dijodohkan tapi namanya malem pertama gak ngapa2in aneh juga untukku, mana ada kucing yang nolak ikan asin hihi.</div><div style="text-align: center;">Setelah mandi dia nonton tv, karena gak da acara yang menarik menurutnya, dia duduk di meja kerjanya meneruskan pekerjaan kantor yang dibawanya pulang. Dah jam 23.30, aku dah ngantuk nungguin movenya, tapi kayanya ni malem bakal lewat lagi bgitu aja. aku menghampirinya, "Blon slesai kerjanya bang". "Blon", jawabnya singkat, tanpa memandang wajahku yang berdiri disamping meja kerjanya. “ya udah, kalo gitu Sintia tidur duluan yah”, jawabku dengan tetep senyum manis walaupun bete banget.</div><div style="text-align: center;">Malam itu rupanya sofa menjadi tepat tidurnya karena keesokan harinya aku bangun dan dia gak diranjang. Kukira dia olahraga ato apa, ketika aku keluar kamar ternyata dia sedang tidur di sofa. Rupanya malem kmaren dia juga bobo di sofa, aneh banget, takut aku makan kali ya, padahal aku dah jinak banget, dimakan si enggak - paling diemut2 hihi. Aku segera membuatkan secangkir kopi untuknya dan kembali ke sofa dimana dia tidur. </div><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhU4YPHQguqiXwjdaj98oZnRin7K483L-l7JXA5McQmAmlkO9QK0w7g57Cs3Lyi-0OIDDesRPEgAUJ_1UalvOgiYx_FYTtSpgruOxBWaoxn6KXs9GbfSUAVgaR0ukOLagXXJIAqtH5Z85s1/s1600/Cerita+Sex+Bergambar+18+Tahun+-+Lugunya+Misuaku+%284%29.jpg" /></div><div style="text-align: center;">"Bang, kok nggak tidur di kamar? Entar masuk angin loh, mending kan masuk ke Sintia”, kataku melihat dia menggeliat terbangun karena suara sandalku memecah keheningan pagi itu.“nggak apa-apa kok, takut ngeganggu kamu yang dah bobo duluan”, jawabnya sambil mengusap , guyonanku gak dapet respon papa. “Sintia buatin kopi ni”. “nggak, nggak usah aku bisa buat sendiri kok” jawabnya. “udah, nih...” ujarku sambil menyodorkan secangkir kopi kepadanya, buset dah juteknya, bukannya trima kasi dah dibikinin kopi ma istrinya. setelah itu aku sengaja duduk mepet disampingnya, sangat dekat hingga paha kami berdua bersentuhan. Pagi itu seperti biasa aku menggunakan celpen dan kaos oblong yang kebesaran (ni seragam rumahku).</div><div style="text-align: center;">“nggak ngantor?” tanyanya. aku sengaja menaruh tanganku di pahanya, dan menatapnya. “jam sembilan lewat dikit baru aku berangkat, abang?” tanyaku balik. “sama, aku juga, kita berangkat bareng mau nggak?” “Siap komandan,” jawabku sambil tertawa, lumayan gunung es mulai merespons signalku. Waktu sebelum berangkat ke kantor itu kami gunakan untuk bercanda dan saling mengenal lebih dekat lagi. Hari itu terasa sangat singkat, tugas-tugas di kantor terasa lebih ringan mungkin karena suasana hatiku yang sedang senang.</div><div style="text-align: center;">Sepulang kantor dia menjemputku di kantor, sambil bergandengan tangan kami menuju mobil lalu meluncur ke sebuah rumah makan yang bersuasana romantis. Sampai di rumah makan itu lalu kami memesan makan dan minum. Sambil menunggu kami , aku mencoba membuka pembicaraan, "Bang, Sintia seneng deh abang ajak makan, ni kan resepsi khusus buat kita berdua ja ya bang". Kemudian aku banyak cerita tentang kerjaan di kantor, problema yang aku hadapi di kantor, dia hanya menjadi pendengar yang baek tanpa mengomentari apa2 critaku.</div><div style="text-align: center;">Kemudian makanan sudah dihidangkan oleh waiter dan selanjutnya kami makan dan aku selingi dengan menyuapinya. Dia merespons dengan menyuapi aku juga. Kami memang duduk bersebelahan, dah aku atur gitu. pembicaraan terhenti karena mulut masing2 sibuk mengunyah makanan yang dihidangkan. Setelah makan kami pun pulang. Gak banyak pembicaraan yang kami lakukan, aku dah mulai ngantuk, kekenyangan - penyakit orang kaya, kalo bis makan trus ngantuk. Maklum, kata ahli kesehatan seabis makan darah banyak mengalir ke perut untuk mengolah makanan yang masuk, mata gak kebagian darah sehingga akhirnya makin menyipit kerna ngantuk. Tapi lumayanlah, gunung es lebih mencair dibandingkan semalem.</div><div style="text-align: center;">Sesampainya di rumah, dia mandi duluan dan langsung menonton tv. Jam 21.00, aku baru slesai mandi, aku hanya mengenakan celpen tanpa atasan. Aku sedang mencari baju kaos gombrong dilemari. Tiba2 pintu terbuka, refleks langsung dia menutup pintu sembari meminta maaf. Aku yakin, walaupun beberapa detik tadi dia pasti melihat kedua toketku yang lumayan besar dan masi kencang banget, “Sin, sorry aku mau ngambil bantal, aku nggak ngintip kok” ujarnya dari luar kamar. Walaupun jengkel tapi aku jadi geli sendiri melihat kelakuan bodoh seorang lelaki yang judulnya suamiku itu. Apa impoten kali ya dia, sampe gak tergiur sama sekali melihat toketku tadi. Kukira gunung esnya makin cair karena sejak tadi pagi dia nampak lebi ceria, gak taunya.... “nggak apa-apa masuk aja....” teriakku dari dalam kamar. Dengan menggunakan tangan kiri, dia menutup matanya sedangkan tangan kanannya meraba-raba permukaan tempat tidur untuk mencari bantal. “udah, gak usah nutupin mata, ntar kesandung2 lagi,” kataku sambil mencolek pinggangnya. “Sorry, aku bukan mau ngintip tadi, aku bener-bener nggak sengaja”, katanya lagi. “nyantai aja lagi, Sintia yang di intip kok abang yang panik”, balasku sambil tertawa, “eh, nggak pegel apa tidur di sofa? Enakan tidur di sini bareng Sintia,” sambungku sambil menepuk tempat tidur. “udah, cepetan tvnya di matiin dulu”, lanjutku sambil sedikit mendorongnya. Lumayan gunung es nurut juga ma aku, selangkah lebi maju lagi.</div><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjSk4Whd8HZujxr04XuVG-H69uorIFK5wFO5EJmawLqvso52FOUFQLWISyaEkju8OUH9y3D8Q3VsrpOPwlYzEettdEi7VOgzgXCXximS0Udx18mKzgvHmRE6i9xnbbm-dv3OMIb_O12xB1x/s280/Cerita+Sex+Bergambar+18+Tahun+-+Lugunya+Misuaku+%283%29.jpg" /></div><div style="text-align: center;">Setelah tv dimatikan, dia kembali ke kamar. Di kamar aku dah berada di atas tempat tidur, "bobo sini bang,” kataku sambil membetulkan posisi bantal yang berada di sampingku. Dia merebahkan tubuhnya tepat disampingku dan langsung memejamkan matanya. "Abang masih punya pacar yah waktu kita nikah” dia membuka matanya pelan-pelan, menatap wajahku yang sangat dekat dengan wajahnya, karena posisi tubuhku yang menindih sebagian tubuhnya. “nggak, emang napa?” tanyanya balik. “penasaran aja, abisnya abang dingin banget...serem tau” jawabku sambil tersenyum. “aku cuman kaget aja, keadaan berubah drastis banget” jawabnya. “ohh... Sintia kira abang jeruk makan jeruk.” “aku masi normal kali” jawabnya, tanganku perlahan mulai memeluk perutnya, "abisnya.....” aku cekikikan ja. Sepertinya signal yang aku berikan gak sia2 sama sekali walaupun belum membuahkan hasil. ternyata ada juga lelaki macam ini didunia.</div><div style="text-align: center;">Karena tidak bisa lagi menahan kantuk akhirnya kami berdua tertidur sampai pagi, hanya tertidur tanpa melakukan sesuatu. Keesokan harinya aku bangun terlebih dahulu, sepanjang malam aku memeluknya dan tertidur dengan posisi setengah tubuhku menindih tubuhnya, aku gak meriksa ada yang tegang gak diselangkangannya. Aku nyesel gak mriksa, kalo tegang artinya dia masi normal seperti yang diucapkannya. “bang, bangun...nggak ngantor?” tanyaku sambil menjepit hidungnya. Dia menggeliat dan bangun sambil mengucek-ngucek mata.</div><div style="text-align: center;">pagi itu, di kantor aku memberi perhatian lebih padanya dan terus saja mengirimkan sms yang menanyakan kegiatannya dan lain-lain. Aku terus saja mengirimkan signal2 kepadanya dan kayanya response nya positif.</div><div style="text-align: center;">Malemnya aku sampe duluan dirumah. Hari ini hari Jumat, besok kami berdua libur, aku menyiapkan strategiku untuk mendorong dia mau mengemeliku. aku dah nyiapin makan malem buat dia. aku mengenakan kaos berlambang MU dengan celpen, karena kegedean bajunya aku atur hingga bahu sebelah kananku terlihat keluar dari leher baju. Dia bengong melihat aku pake baju kaya gitu. "Kenapa kok abang bengong?" tanyaku. “tu kan kaos aku,” katanya. “iya, emang istri nggak boleh pake baju suaminya?” tanyaku balik. "bole aja sih, eh tapi kamu cantik loh kayak gitu. Aku sampe terpana ngeliatnya” katanya. "bisa merayu juga toh abang. Kalo cantik mah Sintia dari kecil bang, abang baru nyadar ya kalo istri abang cantik", aku menggodanya. “udah makan dulu sana....keburu dingin,” kataku lagi. "Masakanmu enak Sin". "Tu kan selain cantik, istri abang koki yang baek juga ya". Dia senyum2 ja mendengar ocehanku.</div><div style="text-align: center;">Sehabis makan, dia nyamperin aku, aku lagi nonton film di tv. “duduk sini bang, deket Sintia”. perlahan dia duduk disampingku. Aku langsung menarik tangannya dan menggengam jemarinya erat-erat. Dia menyandarkan tubuhnya di sofa, aku langsung menyandarkan kepalaku di bahunya. Dia menaikan tangannya sedikit agar aku bisa meletakkan kepalaku di dadanya, tanganku menyusuri pinggangnya lalu kupeluk.</div><div style="text-align: center;">“Sin, kalo mau minta tolong, atau mau ngomong sesuatu, kasih tahu aja, aku siap bantu kok” katanya untuk memecah suasana. “abang masih belum nerima kenyataan kalo kita udah nikah ya?” jawabku pelan. “sekarang udah nggak, abis kamu baik, cantik lagi.” “ih gombal,.” jawabku sambil mencubit pinggangnya. “kalo Sintia sih pasrah aja, orang tuaku mau nyuruh apa juga, yang penting pekerjaan Sintia nggak keganggu. Sintia mau minta sesuatu sama abang, bole gak”. “minta apa?” “ehm, gimana ngomongnya ya,” jawabku. “udah, bilang aja, nggak usah malu” “beneran nih, gak papa?”tanyaku lagi. “iya, beneran, trus apa?” “boleh minta cium nggak?” “ooh..” langsung dia mencium pipiku. "iiihh...bukan di situ, tapi di sini” kataku sambil menunjuk bibir.</div><div style="text-align: center;">Dia tidak meresponse, padahal signal yang kuberikan dah kuat banget. “abang nggak mau ya, nggak apa-apa deh kalo gitu” kataku dengan nada sedikit kecewa. “nggak, aku cuma..” “Cuma apa bang?” kataku karena dia diam sejenak. “belum pernah ciuman” jawabnya malu-malu, mukanya memerah. “astaga, jadi kalo kita ciuman, itu first kiss abang dong?” aku mengangkat wajahnya yang tertunduk malu. “Sintia prempuan pertama yang abang cium di bibir ya?” kataku lagi, “Sintia ajarain dulu ya, terus nanti kalo udah bisa, abang bales.”</div><div style="text-align: center;">Segera kucium bibirnya. mula2 hanya nempelin bibir, kemudian aku mulai memagut bibirnya dan mulai menjulurkan lidahku kedalam mulutnya. "dibales dong” kataku di sela-sela seranganku ke bibirnya. Alhamdulilah, dia membalas ciumanku dengan cara yang sama seperti yang kuajarkan. "mmhhh” lenguhku. Setelah beberapa menit, kulepaskan ciumanku. aku tertawa lepas sambil memandangnya, “nah, bibir abang udah nggak perjaka lagi.” kataku sambil menepuk dadaku. “hebat juga kamu ya, master banget deh kayaknya, ngasi kursus juga ya?” “ya nggak lah, Sintia juga baru pertama kali praktek nih, tau dari baca buku ama liat film bokep, ternyata rasanya dahsyat yah” jawabku.</div><div style="text-align: center;">“jadi bibir kamu sekarang juga udah nggak perawan nih,” candanya. "apa lagi yang masih perawan?” "ya semuanya lah” jawabku. “mau dong nyobain” "sok atuh, silahken...,” jawabku sambil menarik tangannya mendekati tubuhku. “aku becanda kok” “beneran juga nggak apa-apa. nanggung kan rasanya kalo cuman gitu-gitu aja” lanjutku memancing. “terus maunya gimana?” “nggak ngerti-ngerti juga?” jawabku, kok ada ya didunia ini lelaki yang selugu itu, gak tau deh kalo dia cuma pura2 lugu. “ngomongnya langsung aja, nggak usah berbelit-belit, bingung aku” "Sintia mau diemelin ma abang” jawabku to the point sambil menarik bajunya.</div><div style="text-align: center;">“yah...nggak tau harus gimana duluan” jawabnya. “kan ada film Bokep, liat dari situ aja bisa kan?” “aku coba deh.” Aku segera berjalan menuju kamar tidur kami dan kembali membawa kotak kecil yang isinya adalah kumpulan DVD film-film porno dari jepang, asean, gak da bule maen ma bule, aku gak demen si liatnya, kalo bule maen ma asean pa jepang baru asik diliatnya. “lengkap banget,..hobby nonton ginian yah?” tanyanya sambil melihat-lihat dvdnya. “eh, ini punya temen kantor lagi, nonton sih sering tapi kalo punya koleksi sebanyak ini....enggak deh”, jawabku.</div><div style="text-align: center;">“aku kira kamu hyper “ katanya bercanda. "eh hyper juga asik tau, bisa siap setiap saat” jawabku sambil tertawa dan terus mencari bokep yang menurutku sangat bagus. “nah ini dia akhirnya ketemu.” kataku sambil merapihkan dvd lain yang berantakan di atas sofa. “nontonnya di kamar aja, supaya kalau capek bisa langsung tidur”. “emangnya kita mau nyangkul? kok capek?” tanyaku bercanda. Adegan pertama ciuman, dia duduk diatas tempat tidur dan aku duduk di pangkuannya. “itu namanya foreplay bang", kataku.</div><div style="text-align: center;">Mulailah aku memagut bibirnya, selama beberapa menit kami mempertahankan posisi seperti itu. Kami saling berpagutan bibir serta kedua lidah kami saling menjalar ke seluruh rongga mulut lawan. film pun berganti adegan, sang lelaki bule mulai menggerayangi tubuh si prempuan asia, kayanya thai deh. Baju si prempuan disingkap keatas dan toketnya mulai diemut oleh si bule. “pengen deh di gituin” kataku sambil melepaskan ciuman kami. Posisiku sekarang duduk berhadapan dengannya, aku tetep duduk di pangkuannya. “ya udah, bajunya di buka” jawabnya.</div><div style="text-align: center;">Aku membuka bajuku perlahan, sedikit demi sedikit toketku yang tidak tertutup bra mulai tersingkap. Seperti orang bodoh, toketku hanya diperhatikan tanpa berbuat apa-apa. “kok cuman diliatin doang, aku pake lagi nih bajunya” kataku kesel. “sorry, speechless aja aku, gede amir, seumur-umur baru pernah liat yang ginian selain ibuku punya, eh besar lagi. sexy banget tubuh kamu", jawabnya untuk meredakan rasa keselku. "Ach masak begini saja sexy dan cantik, biasa aja kali. di emut dong” kataku lagi sambil tersenyum. “nggak ahh, entar lecet, nanti kalo mandi kan nyeri,” jawabnya. “jadi gimana dong?” “aku jilatin aja, mau nggak?” </div><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhhuG9wdombBiRmO6dO3bkhKrKW_VOTVFXdI3t2PuHW9Z2Gd5_NEEVmch_4BTMruXyND4QazI4azn9Kdkzu0DJjbbxDEtGG7jmOpmCxelsnS6FxSkrwIdmr4K3osXCpjfDiahFT7BZrMc6U/s1600/Cerita+Sex+Bergambar+18+Tahun+-+Lugunya+Misuaku+%281%29.jpg" /></div><div style="text-align: center;">Kami langsung berpagutan lagi. Dia mencium bibirku, kemudian aku melepaskan ciumannya dan menarik kepalanya ke arah toketku. lidahnya menjulur dan mulai menjilati melingkar disekitar pentilku, ujung pentilku disentuh perlahan menggunakan ujung lidahnya. “Mmhh...enak bang, terus..terus.. yang kanan juga..aahh,” desahku yang membuat dia bersemangat melakukannya. Lima belas menit dia menyerang kedua toketku, hanya suara desahan yang keluar dari bibirku, saat tubuhku mengelijang hebat, ada cairan membasahi celanaku. “Sin, celana kamu basah” “iya, Sintia kluar tadi”, jawabku sambil menciumi pipinya.</div><div style="text-align: center;">Adegan di film kini berubah lagi, konti bule yang besar panjang sudah sedari tadi tegang mulai diurut turun naik oleh siprempuan., kemudian dimasukkan kedalam mulutnya. “mau Sintia gituin nggak?” tanyaku. “udah gak usah, lain kali aja” jawabnya cepat. “nggak apa-apa, nggak usah malu.....enak lagi” balasku. Aku segera menarik celananya, dan langsung menggenggam kontinya yang belum menegang sama sekali dibalik cdnya. “gila, Sintia udah hampir dua kali orgasme, abang berdiri aja belon". “aku baru sekali diginiin” jawabnya.</div><div style="text-align: center;">aku kemudian menarik turun celananya. “besar juga punya abang, beda dikit lah ama yang di film”, kataku sambil tersenyum. Aku mengenggam kontinya dan mulai mengurutnya dari atas ke pangkal pahanya, selama 10 menit, kemudian aku menempelkan bibirku ke ujung kepala kontinya dan menghisapnya pelan, kujilati kembali kepala kontinya dan lalu kukulum dengan mengeluarmasukkan kontinya ke dalam mulutku. "udah...udah...udah...”, katanya sambil mencoba menarik kontinya keluar dari mulutku, keluarlah maninya di dalam mulutku.</div><div style="text-align: center;">Aku agak terkejut dan mengeluarkan kontinya dari dalam mulutku sehingga muncratan mani berikutnya membasahi wajahku. Aku bisa menerimanya dan kujilati yang masih tersisa di kontinya. Wah blon apa2 dah ngecret dianya, percaya deh kalo dia masi perjaka ting ting (sodaranya ayu ting ting kali ya). Dia membetulkan clananya lalu mengambil handuk di lemari untuk membersihkan maninya di wajahku. “ketelen gak?” “dikit..” jawabku sambil tersenyum.</div><div style="text-align: center;">Tibalah film itu di puncak aksinya, si bule melepas cd si prempuan dan mulai melumat slangkangannya. “rebahan deh,” katanya. Saat aku berbaring di tempat tidur, dia telungkup diatasku dan mulai menciumku lagi. Kemudian dia menyerang leherku, seperti instruksi di film itu. “Mmhh..”, lenguhku.</div><div style="text-align: center;">Tak lama setelah itu, kedua toketku dimainkan, dipijat pelan dan mulai dijilat perlahan. Desahan nikmat terdengar dari mulutku ketika dia menghisap serta menggigit-gigit kecil kedua pentilnya. "Ooohh.. baang.. teruuss baanngg..!" jeritku perlahan dan tertahan-tahan. Dia terus mengulum toket dan pentilku. Kemudian turun ke arah dan pusarku, dia menjilat sekeliling pusarku sambil tangannya meremas lembut kedua toketku. Aku menggenggam dengan kuat rambutnya sambil menjepitkan kedua kakiku ke badannya. "Bang.. Sintia nggak mau disituu ajaa..teruuss tuurruunn.."</div><div style="text-align: center;">Dia ikuti kemauanku. Dihentikannya remasan pada kedua toketku, aku menaikan pinggulku dan menurunkan celanaku. Sekarang aku sudah tidak mengenakan sehelai benang pun di tubuhku. “kok nggak pake cd si,” katanya sambil mencubit pipiku. “kalo nggak ada abang sih Sintia pake, tapi kalo ada abang ya gak lah, kalo tiba-tiba abang minta gimana?” jawabku.</div><div style="text-align: center;">dia kembali menciumi pusarku sampai di atas vegiku yang tidak memiliki bulu sedikitpun. “sering dicukur ya Sin?” “nggak juga sih, gak tau kenapa, bulunya lama numbuh” jawabku. Dia menjilati dengan lembut pusarku hingga aku menggelepar menerima rangsangan yang terasa nikmat. "Ach.. Uch bang enak sekali.." ceracauku sambil terengah-engah.Aku memejamkan mataku, kunikmati saja ciumannya yang panas. perlahan-lahan dengan tangan kirinya dia membuka kedua belah bibir vegiku.</div><div style="text-align: center;">dengan disertai jeritan kecil, aku menekan kepalanya ke arah vegiku sambil mendesah, "Bang.. oohh.. ngg.. nikmaatt.. bang.." Sementara mulutnya, lidahnya terbenam di antara bibir vegiku yang sudah basah dengan keluarnya cairan bening dengan aroma yang khas, agak asin dan kental. Dia mengisap serta menelannya. Dikecupnya klitku. Aku menjerit kecil dan menggoyangkan pantatku naik turun disertai erangan dan desahan nikmat kadang jeritan-jeritan kecil. cepet belajar juga dia rupanya, sekali liat di bokep langsung ngerti kudu ngapain.</div><div style="text-align: center;">aku semakin terangsang hebat sampai pantat kuangkat-angkat supaya lebih dekat dengan mulutnya. Dia pun merespons hal itu dengan memainkan lidahnya ke dalam vegiku, kemudian dia mempercepat jilatannya di liang vegiku. Semakin cepat dia menjilat, semakin aku menjepit kepalanya di tengah kedua pahaku, “kalo Sintia tau enaknya gak ketulungan gini, Sinta dah minta dari awal”. Aku makin mengejang hebat dan mencoba menarik rambutnya agar kepalanya menjauh dari vegiku, tapi dia meneruskan permainannya hingga kurasakan suatu cairan keluar membasahi vegiku.</div><div style="text-align: center;">Aku mengerang panjang, "Ooohh baang.. Sintia keluaarr..mmff.." sambil menjepitkan kedua pahaku di kepalanya sampai dia sulit bernafas. Akhirnya jepitanku berangsur-angsur melemah dan aku tergeletak sambil membukakan kedua pahaku dan dia bisa menghirup udara segar sejenak.</div><div style="text-align: center;">“Enak?” tanyanya. "iya, enak lah”. "ya udah, gitu aja dulu yah, kepalaku sakit banget, abis kamu jambak tadi”. “kok udahan sih? sorry tadi Sintia keenakan jadinya narik-narik rambut abang deh.” “entar baru nyambung lagi ya”. “iya, tapi jangan lama-lama”.</div><div style="text-align: center;">Aku hanya terbaring di tempat tidur, tubuh bugilku ditutupinya dengan selimut. Film porno itu di ‘pause’ sebentar. Dia segera menuju wastafel untuk mencuci muka, kulihat waktu menunjukan jam 11.00. Setelah minum segelas air, dia segera kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya disampingku, “Sin, aku mau minta maaf kalo aku udah jutek sama kamu sejak kita nikah, sekarang aku ngerasa bersalah banget”.“biarin aja berlalu yang kayak gitu mah, gak usah dipikir lagi, Sintia juga udah lupa, abang juga makin hari makin asik, seneng Sintia”, jawabku.</div><div style="text-align: center;">"Kok jadi gerah ya", katanya sambil membuka baju kaosnya dan tinggal memakai celana basket yang sejak tadi dipakainya. “ribet banget nih selimut...”kataku sambil menyingkirkan selimut yang menutupi tubuhku, Aku segera memulai lagi adegan di film yang tadi kami ‘pause’. Aku menarik tangannya dan menempelkan telapak tangannya ke selangkanganku. Kini adegan di film itu bertambah panas, pemeran pria di film itu mulai memasukkan kontinya kedalam vegi pemeran wanita. Pemeran wanita di film itu hanya menggumam tak karuan. Beberapa menit kami menyaksikan film itu.</div><div style="text-align: center;">“mau coba gituan?” tanyaku. “kalo sekarang nggak bisa, gak apa-apa juga.....kamu aja yang master blon siap apa lagi aku,” jawabnya. "kita coba tapi pelan-pelan yah...soalnya Sintia kan masih perawan”. "gak apa-apa nanti aja.” “tapi Sintia pengen banget.” “ya uda.,,,tapi bakal sakit loh nanti.” Dia menghentikan filmnya dan melepas celananya. Kontinya dah tegang lagi, bole juga tu, baru ngecret dah bisa keras lagi.</div><div style="text-align: center;">Aku menaikkan pinggulku dan pantatku disanggah dengan bantal. Dia membuka sedikit lubang vegiku. “beneran masukin sekarang?” tanyanya. “iya bang tapi pelan-pelan yah". Dia menggesek-gesekan kepala kontinya dulu pada vegiku yang sudah banyak lendirnya. "Ayo bang cepat, Sintia sudah tidak tahan lagi" pintaku dengan bernafsu. Dengan pelan tapi pasti dia masukan kontinya kedalam vegiku. Terasa perih ketika selaput prawanku ditrobos kontinya, aku meneteskan air mata. Ada darah membekas di batang kontinya. Aku mulai menggoyangkan pinggulku, karena dia mengeluar masukkan kontinya pelan didalam vegiku. “sakit?", tanyanya pelan. “udah nggak kok,...perih aja tadi, banget...” jawabku. “mau diterusin?” tanyanya lagi. “iya..” jawabku manja.</div><div style="text-align: center;">Perlahan mulai dia memasukkan kontinya ke vegiku sampai pada akhirnya masuk semua. Lalu dia tarik pelan-pelan juga dan dimasukkan lagi sampai mendalam dan terasa kontinya menyentuh bibir rahimku saking dalamnya. Dalam permainan ini kami saling cium menjalarkan tangan kesana kemari sambil mengeluarkan suara erotis di antara kami . Aku hanya menggumam sambil meremas toketku ndiri. “ennnaaakk bang...” hingga selang beberapa lama dia memaju mundurkan pinggulnya, makin lama makin cepat. kami hampir bersamaan orgasme dan gak lama lagi, “Bang pompa yang cepat, bang, Sintia mau keluar ach.. Uch.. Enak bang", lenguhku, sampe akhirnya, "mmhh...Sintia.... keelluuaarr..” Dengan hitungan detik kami berdua orgasme bersama sambil merapatkan pelukan dan kontinya berkedutan di dalam vegiku. Lemas dan capai kami berbaring sebentar untuk memulihkan tenaga. Orgasme ku disusul olehnya, senang sekali melihat expresinya ketika menyemprotkan maninya didalam vegiku. Cairan yang keluar dari vegiku bercampur sedikit dengan darah. “Sin..sorry tadi aku keluarin di dalem..”, katanya. “nggak apa-apa kali,..kalo nanti Sintia hamil.. ya abang jadi bapaknya.” Akhirnya kami pun kelelahan dan tertidur.</div><div style="text-align: center;">Kira2 satu jam kami tertidur, aku terbangun dan menuju ke kamar mandi, pipis. Dia menyusulku ke kamar mandi, rupanya pipis juga. Setelah itu kami kembali lagi ke ranjang. Gairahku timbul lagi untuk mengulang kenikmatan yang baru aja aku rasakan. aku menggapai kontinya untuk aku kulum. "Mau lagi ya" tanyanya. "Ehm, habis nikmat bang, Sintia mau lagi ya". "Enak kan Sin kontiku" , katanya sambil menikmati kulumanku. "Jelas enak bang, punya abang kan besar apalagi panjang lagi, ada 17 cm ya bang. Awaknya si perih tapi udahannya nikmat buangetz"."</div><div style="text-align: center;">Dia diam tidak menjawab karena sangat menikmati kulumanku. Aku mengulum serta menjilati pelirnya hingga dia sampai terangsang berat menuju orgasme kedua. Aku berhenti untuk menjilatinya dan ganti dengan posisi 69. Dari posisi ini kami saling mengulum lagi. vegiku dia buka sedikit dengan jari dan dimasukkannya jarinya sambil dikeluar masukkan. Selang beberapa lama kami melakukan pemanasan maka dia berinisiatif untuk melakukan penetrasi pada vegiku. "Sin kalau masih mau, kamu nungging gih, kaya di film tadi, sepertinya nikmat juga ya" pintanya. "Oh, mau doggy style ya, ayo" ajakku bersemangat. </div><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj1DQMJLDr6iAeTzwv72QKUUl3EX6WDfdv_7YHNDtH6dymvQW-qPwp0w6DrcW0bBXsfHMP79IBwBzwiCS-Zy66z1bdooPQAkwffAtvxiqolXmIwy2xTtIi85VVyeUkEzqGQ6UtCXZQCipBG/s280/Cerita+Sex+Bergambar+18+Tahun+-+Lugunya+Misuaku+%285%29.jpg" /></div><div style="text-align: center;">Setelah aku siap menungging, dengan pelan ditempelkannya kepala kontinya ke bibir vegiku dan perlahan-lahan ditekan masuk sedikit demi sedikit, "Terus bang.. emmff.. enaakk, oohh.." aku mendesah. "Bleess..!" akhirnya masuk semua batang kontinya ke dalam vegiku, kemudian mulai menggerakkan pantatnya maju mundur, aku menggoyangkan pinggul seirama dengan gerakan pantatnya. "Aaahh.. bang.. enak sekali... teruuss.. oohh.." aku merintih penuh nikmat.</div><div style="text-align: center;">Ada kira-kira 5 menit kami saling bergoyang dan tangan kirinya menjalar ke toketku dan diremas-remas pelan. Kontinya masuk semakin dalam dan dipompanya dengan semakin cepat hingga aku semakin menikmati permainan ini. "Ooohh.. baangg.. Sintia nggak tahan lagi.." rintihku dan akhirnya aku mencapai orgasmeku lagi. Dia makin gencar menggenjot kontinya keluar masuk vegiku sehingga akhirnya ditekannya pantatnya dengan keras sehingga kontinya tenggelam habis ke dalam vegiku dan "Sroott.. sroott.. sroott.." entah berapa banyak mani yang disemprotkan di dalam vegiku.</div><div style="text-align: center;">Kami berdua mencapai klimaks orgasme pada saat yang sama. Sepertinya dia dah lulus dari kursus singkat bokep. Dia mencabut kontinya dari vegiku dan terkapar disebelahku yang telungkup diranjang. setelah permainan itu kembali kami kembali tertidur dalam posisi itu.</div><div style="text-align: center;">Ketika kami terbangun hari sudah siang banget. Dengan mesra aku ajak dia mandi bersama. Di dalam kamar mandi kami saling membersihkan dan berciuman. Siapa dulu yang memulai kami tidak tahu karena secara spontan aku segera jongkok dan siap menjilat serta mengulum kontinya yang sudah tegak berdiri. Lalu kukulum kontinya sambil mengocoknya pelan-pelan naik turun.</div><div style="text-align: center;">Setelah dia merasa nikmat lalu ganti dia yang jongkok dan minta aku berdiri sambil kakiku satunya ditumpangkan di kloset wc, agar siap mendapat serangan oral nya yang nikmat.</div><div style="text-align: center;">Dia menyerang selangkanganku dengan lidah yang menari-nari kesana kemari pada klitku sehingga aku mengerang sambil memegang kepalanya untuk menenggelamkannya lebih dalam ke vegiku. dia menjulurkan lidahnya lebih dalam ke vegiku sambil dia korek-korek klitku dengan jari manisnya. Semakin hebat rangsangan yang aku rasakan dari dia sampai aku mengalami orgasme dengan derasnya hingga lendir kenikmatan itu keluar tanpa bisa dibendung lagi. Dijilatinya dan ditelannya semua lendir kenikmatanku yang ada itu tanpa sisa. "Gimana Sin, rasanya permainan kita tadi, puas tidak?" tanyaku. "Puas banget bang, tapi abang blon kluar".</div><div style="text-align: center;">Kami saling membersihkan diri, disiraminya seluruh tubuhku, kemudian disabuni. Aku melakukan hal yang sama terhadapnya. Tubuh kami masih basah, kontinya mulai mengeras kembali akibat remasan tanganku, sementara dia mengusap-usap toketku kemudian turun mengusap bibir vegiku. jarinya masuk dan mempermainkan klitku dengan lembut. Aku mulai mendesah. Sambil berpandangan kami saling mengusap, meremas lembut apa saja yang dapat kami sentuh, sehingga pengen maen lagi.</div><div style="text-align: center;">Tanpa sempat untuk mengeringkan badan, aku ditariknya kembali ke tempat tidur, direbahkannya diriku dan dengan agak kasar karena mulai gak tahan, aku menarik sehingga dia jatuh menindihku. Kami saling memandang, diciumnya dengan lembut bibirku. Aku menggigit lembut bibirnya sambil tanganku mulai meraba kontinya yang masih tegang, kubelai dan kukocok pelan-pelan, membuatnya merintih nikmat sambil memejamkan mata, sementara mulut kami berdua terkunci dengan kecupan-kecupan yang makin lama makin buas. Tangannya meremas toket dan pentilku yang mengeras.</div><div style="text-align: center;">Aku bangun dan merayap ke atas tubuhnya hingga vegiku tepat berada di atas hidung dan mulutnya. Dia menekan pantatku dan mengecup bibir vegi serta klitku dengan lembut. Dia memainkan lidahnya pada klitku terus ke lubang vegiku, "Ooohh bang.. teruuss.. baang..!" erangku nikmat. pantatku bergoyang mengimbangi permainan bibir dan lidahnya.</div><div style="text-align: center;">Aku gak bisa menahan napsuku sehingga aku mempoisisikan vegiku diatas kontinya, kuarahkan kontinya ke vegiku kemudian pantat kuturunkan sehingga masuklah kontinya penuh ke lubang vegiku. Aku merebahkan tubuhku diatas tubuhnya. Dia mulai menggerakkan pantatnya keatas memberi tekanan pada vegiku dengan kontinya. Akupun menyambut serangannya dengan menggerakkan juga pantatku naik turun dengan perlahan-lahan. Makin cepat.. makin cepat.."Ooohh.. bang.. mmff.." desahanku semakin menggila.</div><div style="text-align: center;">Tangannya tidak tinggal diam, kedua toketku diremas dan pentilku diplintir lembut menambah kenikmatan bagiku. sekonyong-konyong aku menjatuhkan badanku ke atas dadanya sehingga remasan di toketku terlepas. "Bang.. Sintia nggak tahaann.. oohhmmff.." lenguhku sambil memagut bibirnya dan akupun nyampe kembali. Vegiku berdenyut keras memerah kontinya yang masih nancap dengan gagahnya sehingga akhirnya dia gak bisa menahan lebih lama lagi, dan "Srroott.. Srroott.. Srroott.." maninya muncrat.</div><div style="text-align: center;">Aku menelungkup diatasnya, bibirku dipagutnya sambil memelukku erat sekali. Hebat juga si abang, yang tadinya cuek saja ternyata menjadi pejantan tangguh di ranjang yang bisa membuat aku berkali2 mendapat O, luar biasa. Dah selesai semuanya baru terasa laper karena hari dah mo siang tapi kita sarapan ja belon. sarapannya diganti breakfast in bed alias emel.</div><div style="text-align: center;">weekend itu kamu terus saja mengadu konti dan vegi, staminanya benar2 hebat seakan2 dia gak pernah puas menggenjot vegiku dengan kontinya sampe aku lemas Lugu diawal akhirnya jadi buas banget, nikmatnya... </div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-68680445095640953392013-06-23T19:14:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.181-07:00Cerita Seks - Ayu dan Efi, Ibu dan Anak Sekaligus <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="http://103.imagebam.com/download/pv0laqsWItgRiqTSEGbKhw/24437/244364604/601045_117840891736165_1530729451_n.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://103.imagebam.com/download/pv0laqsWItgRiqTSEGbKhw/24437/244364604/601045_117840891736165_1530729451_n.jpg" /></a></div><br />Didalam cerita pengalaman saya yang pertama yang saya beri judul "Masa kecil saya di Palembang", saya menceritakan bagaimana saya diperkenalkan kepada kenikmatan senggama pada waktu saya masih berumur 13 tahun oleh Ayu, seorang wanita tetangga kami yang telah berumur jauh lebih tua. Saya dibesarkan didalam keluarga yang sangat taat dalam agama. Saya sebelumnya belum pernah terekspos terhadap hubungan laki-laki dan perempuan. Pengetahuan saya mengenai hal-hal persetubuhan hanyalah sebatas apa yang saya baca didalam cerita-cerita porno ketikan yang beredar di sekolah ketika saya duduk di bangku SMP.<br /><br />Pada masa itu belum banyak kesempatan bagi anak lelaki seperti saya walaupun melihat tubuh wanita bugil sekalipun. Anak-anak lelaki masa ini mungkin susah membayangkan bahwa anak seperti saya cukup melihat gambar-gambar di buku mode-blad punya kakak saya seperti Lana Lobell, dimana terdapat gambar-gambar bintang film seperti Ginger Roberts, Jayne Mansfield, yang memperagakan pakaian dalam, ini saja sudah cukup membuat kita terangsang dan melakukan masturbasi beberapa kali.<br /><br />Bisalah dibayangkan bagaimana menggebu-gebunya gairah dan nafsu saya ketika diberi kesempatan untuk secara nyata bukan saja hanya bisa melihat tubuh bugil wanita seperti Ayu, tetapi bisa mengalami kenikmatan bersanggama dengan wanita sungguhan, tanpa memperdulikan apakah wanita itu jauh lebih tua. Dengan hanya memandang tubuh Ayu yang begitu mulus dan putih saja sucah cukup sebetulnya untuk menjadi bahan imajinasi saya untuk bermasturbasi, apalagi dengan secara nyata-nyata bisa merasakan hangatnya dan mulusnya tubuhnya. Apalagi betul-betul melihat kemaluannya yang mulus tanpa jembut. Bisa mencium dan mengendus bau kemaluannya yang begitu menggairahkan yang kadang-kadang masih berbau sedikit amis kencing perempuan dan yang paling hebat lagi buat saya adalah bisanya saya menjilat dan mengemut kemaluannya dan kelentitnya yang seharusnyalah masih merupakan buah larangan yang penuh rahasia buat saya.<br /><br />Mungkin pengalaman dini inilah yang membuat saya menjadi sangat menikmati apa yang disebut cunnilingus, atau mempermainkan kemaluan wanita dengan mulut. Sampai sekarangpun saya sangat menikmati mempermainkan kemaluan wanita, mulai dari memandang, lalu mencium aroma khasnya, lalu mempermainkan dan menggigit bibir luarnya (labia majora), lalu melumati bagian dalamnya dengan lidah saya, lalu mengemut clitorisnya sampai si wanita minta-minta ampun kewalahan. Yang terakhir barulah saya memasukkan batang kemaluan saya kedalam liang sanggamanya yang sudah banjir.<br /><br />Setelah kesempatan saya dan Ayu untuk bermain cinta (saya tidak tahu apakah itu bisa disebut bermain cinta) yang pertama kali itu, maka kami menjadi semakin berani dan Ayu dengan bebasnya akan datang kerumah saya hampir setiap hari, paling sedikit 3 kali seminggu. Apabila dia datang, dia akan langsung masuk kedalam kamar tidur saya, dan tidak lama kemudian sayapun segera menyusul.<br /><br />Biasanya dia selalu mengenakan daster yang longgar yang bisa ditanggalkan dengan sangat gampang, hanya tarik saja keatas melalui kepalanya, dan biasanya dia duduk dipinggiran tempat tidur saya. Saya biasanya langsung menerkam payudaranya yang sudah agak kendor tetapi sangat bersih dan mulus. Pentilnya dilingkari bundaran yang kemerah-merahan dan pentilnya sendiri agak besar menurut penilaian saya. Ayu sangat suka apabila saya mengemut pentil susunya yang menjadi tegang dan memerah, dan bisa dipastikan bahwa kemaluannya segera menjadi becek apabila saya sudah mulai ngenyot-ngenyot pentilnya.<br /><br />Mungkin saking tegangnya saya didalam melakukan sesuatu yang terlarang, pada permulaannya kami mulai bersanggama, saya sangat cepat sekali mencapai klimaks. Untunglah Ayu selalu menyuruh saya untuk menjilat-jilat dan menyedot-nyedot kemaluannya lebih dulu sehingga biasanya dia sudah orgasme duluan sampai dua atau tiga kali sebelum saya memasukkan penis saya kedalam liang peranakannya, dan setelah saya pompa hanya beberapa kali saja maka saya seringkali langsung menyemprotkan mani saya kedalam vaginanya. Barulah untuk ronde kedua saya bisa menahan lebih lama untuk tidak ejakulasi dan Ayu bisa menyusul dengan orgasmenya sehingga saya bisa merasakan empot-empotan vaginanya yang seakan-akan menyedot penis saya lebih dalam kedalam sorga dunia.<br /><br />Ayu juga sangat doyan mengemut-ngemut penis saya yang masih belum bertumbuh secara maksimum. Saya tidak disunat dan Ayu sangat sering menggoda saya dengan menertawakan "kulup" saya, dan setelah beberapa minggu Ayu kemudian berhasil menarik seluruh kulit kulup saya sehingga topi baja saya bisa muncul seluruhnya. Saya masih ingat bagaimana dia berusaha menarik-narik atau mengupas kulup saya sampai terasa sakit, lalu dia akan mengobatinya dengan mengemutnya dengan lembut sampai sakitnya hilang. Setelah itu dia seperti memperolah permainan baru dengan mempermainkan lidahnya disekeliling leher penis saya sampai saya merasa begitu kegelian dan kadang-kadang sampai saya tidak kuat menahannya dan mani saya tumpah dan muncrat ke hidung dan matanya.<br /><br />Kadang-kadang Ayu juga minta "main" walaupun dia sedang mens. Walaupun dia berusaha mencuci vaginanya lebih dulu, saya tidak pernah mau mencium vaginanya karena saya perhatikan bau-nya tidak menyenangkan. Paling-paling saya hanya memasukkan penis saja kedalam vaginanya yang terasa banjir dan becek karena darah mensnya. Terus terang, saya tidak begitu menikmatinya dan biasanya saya cepat sekali ejakulasi. Apabila saya mencabut kemaluan saya dari vagina Ayu, saya bisa melihat cairan darah mensnya yang bercampur dengan mani saya. Kadang-kadang saya merasa jijik melihatnya.<br /><br />Satu hari, kami sedang asyik-asyiknya menikmati sanggama, dimana kami berdua sedang telanjang bugil dan Ayu sedang berada didalam posisi diatas menunggangi saya. Dia menaruh tiga buah bantal untuk menopang kepala saya sehingga saya bisa mengisap-isap payudaranya sementara dia menggilas kemaluan saya dengan dengan kemaluannya. Pinggulnya naik turun dengan irama yang teratur. Kami rileks saja karena sudah begitu seringnya kami bersanggama. Dan pasangan suami isteri yang tadinya menyewa kamar dikamar sebelah, sudah pindah kerumah kontrakan mereka yang baru.<br /><br />Saya sudah ejakulasi sekali dan air mani saya sudah bercampur dengan jus dari kemaluannya yang selalu membanjir. Lalu tiba-tiba, pada saat dia mengalami klimaks dan dia mengerang-erang sambil menekan saya dengan pinggulnya, anak perempuannya yang bernama Efi ternyata sedang berdiri dipintu kamar tidur saya dan berkata, "Ibu main kancitan, iya..?" (kancitan = ngentot, bahasa Palembang)<br /><br />Saya sangat kaget dan tidak tahu harus berbuat bagaimana tetapi karena sedang dipuncak klimaksnya, Ayu diam saja terlentang diatas tubuh saya. Saya melirik dan melihat Efi datang mendekat ketempat tidur, matanya tertuju kebagian tubuh kami dimana penis saya sedang bersatu dengan dengan kemaluan ibunya. Lalu dia duduk di pinggiran tempat tidur dengan mata melotot.<br /><br />"Hayo, ibu main kancitan," katanya lagi.<br /><br />Lalu pelan-pelan Ayu menggulingkan tubuhnya dan berbaring disamping saya tanpa berusaha menutupi kebugilannya. Saya mengambil satu bantal dan menutupi perut dan kemaluan saya .<br /><br />"Efi, Efi. Kamu ngapain sih disini?" kata Ayu lemas.<br /><br />"Efi pulang sekolah agak pagi dan Efi cari-cari Ibu dirumah, tahunya lagi kancitan sama Bang Johan," kata Efi tanpa melepaskan matanya dari arah kemaluan saya. Saya merasa sangat malu tetapi juga heran melihat Ayu tenang-tenang saja.<br /><br />"Efi juga mau kancitan," kata Efi tiba-tiba.<br /><br />"E-eh, Efi masih kecil.." kata ibunya sambil berusaha duduk dan mulai mengenakan dasternya.<br /><br />"Efi mau kancitan, kalau nggak nanti Efi bilangin Abah."<br /><br />"Jangan Efi, jangan bilangin Abah.., kata Ayu membujuk.<br /><br />"Efi mau kancitan," Efi membandel. "Kalo nggak nanti Efi bilangin Abah.."<br /><br />"Iya udah, diam. Sini, biar Johan ngancitin Efi." Ayu berkata.<br /><br />Saya hampir tidak percaya akan apa yang saya dengar. Jantung saya berdegup-degup seperti alu menumbuk. Saya sudah sering melihat Efi bermain-main di pekarangan rumahnya dan menurut saya dia hanyalah seorang anak yang masih begitu kecil. Dari mana dia mengerti tentang "main kancitan" segala?<br /><br />Ayu mengambil bantal yang sedang menutupi kemaluan saya dan tangannya mengelus-ngelus penis saya yang masih basah dan sudah mulai berdiri kembali.<br /><br />"Sini, biar Efi lihat." Ayu mengupas kulit kulup saya untuk menunjukkan kepala penis saya kepada Efi. Efi datang mendekat dan tangannya ikut meremas-remas penis saya. Aduh maak, saya berteriak dalam hati. Bagaimana ini kejadiannya? Tetapi saya diam saja karena betul-betul bingung dan tidak tahu harus melakukan apa.<br /><br />Tempat tidur saya cukup besar dan Ayu kemudian menyutuh Efi untuk membuka baju sekolahnya dan telentang di tempat tidur didekat saya. Saya duduk dikasur dan melihat tubuh Efi yang masih begitu remaja. Payudaranya masih belum berbentuk, hampir rata tetapi sudah agak membenjol. Putingnya masih belum keluar, malahan sepertinya masuk kedalam. Ayu kemudian merosot celana dalam Efi dan saya melihat kemaluan Efi yang sangat mulus, seperti kemaluan ibunya. Belum ada bibir luar, hanya garis lurus saja, dan diantara garis lurus itu saya melihat itilnya yang seperti mengintip dari sela-sela garis kemaluannya. Efi merapatkan pahanya dan matanya menatap kearah ibunya seperti menunggu apa yang harus dilakukan selanjutnya.<br /><br />Saya mengelus-elus bukit venus Efi yang agak menggembung lalu saya coba merenggangkan pahanya. Dengan agak enggan, Efi menurut, dan saya berlutut di antara kedua pahanya dan membungkuk untuk mencium selangkangan Efi.<br /><br />"Ibu, Efi malu ah.." kata Efi sambil berusaha menutup kemaluannya dengan kedua tangannya.<br /><br />"Ayo, Efi mau kancitan, ndak?" kata Ayu.<br /><br />Saya mengendus kemaluan Efi dan baunya sangat tajam.<br /><br />"Uh, mambu pesing." Saya berkata dengan agak jijik. Saya juga melihat adanya "keju" yang keputih-putihan diantara celah-celah bibir kemaluan Efi.<br /><br />"Tunggu sebentar," kata Ayu yang lalu pergi keluar kamar tidur. Saya menunggu sambil mempermainkan bibir kemaluan Efi dengan jari-jari saya. Efi mulai membuka pahanya makin lebar.<br /><br />Sebentar kemudian Ayu datang membawa satu baskom air dan satu handuk kecil. Dia pun mulai mencuci kemaluan Efi dengan handuk kecil itu dan saya perhatikan kemaluan Efi mulai memerah karena digosok-gosok Ayu dengan handuk tadi. Setelah selesai, saya kembali membongkok untuk mencium kemaluan Efi. Baunya tidak lagi setajam sebelumnya dan sayapun menghirup aroma kemaluan Efi yang hanya berbau amis sedikit saja. Saya mulai membuka celah-celah kemaluannya dengan menggunakan lidah saya dan Efi-pun merenggangkan pahanya semakin lebar. Saya sekarang bisa melihat bagian dalam kemaluannya dengan sangat jelas. Bagian samping kemaluan Efi kelihatan sangat lembut ketika saya membuka belahan bibirnya dengan jari-jari saya, kelihatanlah bagian dalamnya yang sangat merah.<br /><br />Saya isap-isap kemaluannya dan terasa agak asin dan ketika saya mempermainkan kelentitnya dengan ujung lidah saya, Efi menggeliat-geliat sambil mengerang, "Ibu, aduuh geli, ibuu.., geli nian ibuu.."<br /><br />Saya kemudian bangkit dan mengarahkan kepala penis saya kearah belahan bibir kemaluan Efi dan tanpa melihat kemana masuknya, saya dorong pelan-pelan.<br /><br />"Aduh, sakit bu..," Efi hampir menjerit.<br /><br />"Johan, pelan-pelan masuknya." Kata Ayu sambil mengelus-elus bukit Efi.<br /><br />Saya coba lagi mendorong, dan Efi menggigit bibirnya kesakitan.<br /><br />"Sakit, ibu."<br /><br />Ayu bangkit kembali dan berkata,"Johan tunggu sebentar," lalu dia pergi keluar dari kamar.<br /><br />Saya tidak tahu kemana Ayu perginya dan sambil menunggu dia kembali sayapun berlutut didepan kemaluan Efi dan sambil memegang batang penis, saya mempermainkan kepalanya di clitoris Efi. Efi memegang kedua tangan saya erat-erat dengan kedua tangannya dan saya mulai lagi mendorong.<br /><br />Saya merasa kepala penis saya sudah mulai masuk tetapi rasanya sangat sempit. Saya sudah begitu terbiasa dengan lobang kemaluan Ayu yang longgar dan penis saya tidak pernah merasa kesulitan untuk masuk dengan mudah. Tetapi liang vagina Efi yang masih kecil itu terasa sangat ketat. Tiba-tiba Efi mendorong tubuh saya mundur sambil berteriak, "Aduuh..!" Rupanya tanpa saya sadari, saya sudah mendorong lebih dalam lagi dan Efi masih tetap kesakitan.<br /><br />Sebentar lagi Ayu datang dan dia memegang satu cangkir kecil yang berisi minyak kelapa. Dia mengolesi kepala penis saya dengan minyak itu dan kemudian dia juga melumasi kemaluan Efi. Kemudian dia memegang batang kemaluan saya dan menuntunnya pelan-pelan untuk memasuki liang vagina Efi. Terasa licin memang dan saya-pun bisa masuk sedikit demi sedikit. Efi meremas tangan saya sambil menggigit bibir, apakah karena menahan sakit atau merasakan enak, saya tidak tahu pasti.<br /><br />Saya melihat Efi menitikkan air mata tetapi saya meneruskan memasukkan batang penis saya pelan-pelan.<br /><br />"Cabut dulu," kata Ayu tiba-tiba.<br /><br />Saya menarik penis saya keluar dari lobang kemaluan Efi. Saya bisa melihat lobangnya yang kecil dan merah seperti menganga. Ayu kembali melumasi penis saya dan kemaluan Efi dengan minyak kelapa, lalu menuntun penis saya lagi untuk masuk kedalam lobang Efi yang sedang menunggu. Saya dorong lagi dengan hati-hati, sampai semuanya terbenam didalam Efi. Aduh nikmatnya, karena lobang Efi betul-betul sangat hangat dan ketat, dan saya tidak bisa menahannya lalu saya tekan dalam-dalam dan air manikupun tumpah didalam liang kemaluan Efi. Efi yang masih kecil. Saya juga sebetulnya masih dibawah umur, tetapi pada saat itu kami berdua sedang merasakan bersanggama dengan disaksikan Ayu, ibunya sendiri.<br /><br />Efi belum tahu bagaimana caranya mengimbangi gerakan bersanggama dengan baik, dan dia diam saja menerima tumpahan air mani saya. Saya juga tidak melihat reaksi dari Efi yang menunjukkan apakah dia menikmatinya atau tidak. Saya merebahkan tubuh saya diatas tubuh Efi yang masih kurus dan kecil itu. Dia diam saja.<br /><br />Setelah beberapa menit, saya berguling kesamping dan merebahkan diri disamping Efi. Saya merasa sangat terkuras dan lemas. Tetapi rupanya Ayu sudah terangsang lagi setelah melihat saya menyetubuhi anaknya. Diapun menaiki wajah saya dan mendudukinya dan menggilingnya dengan vaginanya yang basah, dan didalam kami di posisi 69 itu diapun mengisap-ngisap penis saya yang sudah mulai lemas sehingga penis saya itu mulai menegang kembali.<br /><br />Wajah saya begitu dekat dengan anusnya dan saya bisa mencium sedikit bau anus yang baru cebok dan entah kenapa itu membuat saya sangat bergairah. Nafsu kami memang begitu menggebu-gebu, dan saya sedot dan jilat kemaluan Ayu sepuas-puasnya, sementara Efi menonton kami berdua tanpa mengucapkan sepatah katapun. Saya sudah mengenal kebiasaan Ayu dimana dia sering kentut kalau betul-betul sedang klimaks berat, dan saat itupun Ayu kentut beberapa kali diatas wajah saya. Saya sempat melihat lobang anusnya ber-getar ketika dia kentut, dan sayapun melepaskan semburan air mani saya yang ketiga kalinya hari itu didalam mulut Ayu. "Alangkah lemaknyoo..!" saya berteriak dalam hati.<br /><br />"Ugh, ibu kentut," kata Efi tetapi Ayu hanya bisa mengeluarkan suara seperti seseorang yang sedang dicekik lehernya.<br /><br />Hanya sekali itu saja saya pernah menyetubuhi Efi. Ternyata dia masih belum cukup dewasa untuk mengetahui nikmatnya bersanggama. Dia masih anak kecil, dan pikirannya sebetulnya belum sampai kepada hal-hal seperti itu. Tetapi saya dan Ayu terus menikmati indahnya permainan bersanggama sampai dua atau tiga kali seminggu. Saya masih ingat bagaimana saya selalu merasa sangat lapar setelah setiap kali kami selesai bersanggama. Tadinya saya belum mengerti bahwa tubuh saya menuntut banyak gizi untuk menggantikan tenaga saya yang dikuras untuk melayani Ayu, tetapi saya selalu saya merasa ingin makan telur banyak-banyak. Saya sangat beruntung karena kami kebetulan memelihara beberapa puluh ekor ayam, dan setiap pagi saya selalu menenggak 4 sampai 6 butir telur mentah. Saya juga memperhatikan dalam tempo setahun itu penis saya menjadi semakin besar dan bulu jembut saya mulai menjadi agak kasar. Saya tidak tahu apakah penis saya cukup besar dibandingkan suami Ayu ataupun lelaki lain. Yang saya tahu adalah bahwa saya sangat puas, dan kelihatannya Ayu juga cukup puas.<br /><br />Saya tidak merasa seperti seorang yang bejat moral. Saya tidak pernah melacur dan ketika saya masih kawin dengan isteri saya yang orang bule, walaupun perkawinan kami itu berakhir dengan perceraian, saya tidak pernah menyeleweng. Tetapi saya akan selalu berterima kasih kepada Ayu (entah dimana dia sekarang) yang telah memberikan saya kenikmatan didalam umur yang sangat dini, dan pelajaran yang sangat berharga didalam bagaimana melayani seorang perempuan, terlepas dari apakah itu salah atau tidak. </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-37400350180704791252013-06-23T19:09:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.193-07:00Cerita Perkosaan - Feby Sang Adik KU<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><img alt="loading" id="i261166815" src="http://102.imagebam.com/download/_vSIMxuqtks6BeCAAiBqMw/26117/261166815/96a3abfcd7c511e2a47b22000a1f99e6_7.jpg" style="border: 1px solid black;" /><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"><br />Nama-ku Bambam, semenjak berumur<br /> empat tahun aku diangkat anak oleh<br /> keluarga keturunan Chinese karena ibuku<br /> yang adalah pembantu keluarga mereka<br /> meninggal akibat kebocoran gas,<br /> sedangkan ayahku yang tidak<br /> bertanggung jawab telah pergi<br /> meninggalkannya sejak aku di kandungan<br /> ibuku, bahkan melihat wajahnya pun aku<br /> tidak pernah.<br /> Keluarga ibuku di kampung terlalu miskin<br /> sampai mengurus keluarga mereka pun<br /> sulit sehingga keberatan menerimaku.<br /> Untunglah keluarga majikan ibuku cukup<br /> baik dengan mengangkatku sebagai<br /> anaknya, mereka sangat menyayangiku<br /> namun semenjak kelahiran anak<br /> perempuan mereka perlahan namun pasti<br /> perhatian dan kasih sayang mereka<br /> kepadaku mulai berkurang, nama anak<br /> perempuan mereka Feby, perhatian<br /> mereka yang berlebih kepada Feby<br /> membuat Feby tumbuh menjadi seorang<br /> gadis yang tinggi hati.<br /> Jika ada masalah orang tuaku selalu<br /> memenangkan Feby dan menyalahkanku.<br /> Oleh karena Orang tua angkatku sibuk<br /> berbisnis mereka tidak memperhatikan<br /> perkembangan Feby yang semakin hari<br /> semakin buruk dan walaupun aku berusia<br /> lebih tua dibandingkan usia Feby tetapi<br /> Feby tidak memandang sebelah mata<br /> kepadaku. Hal ini terus berlanjut sampai<br /> Feby berusia 15 tahun dan aku berusia 18<br /> tahunan, Feby duduk di kelas 3 SMP<br /> sedangkan aku duduk dikelas 3 SMU.<br /> Feby kini tumbuh menjadi seorang gadis<br /> yang benar benar cantik dan bodynya<br /> benar benar membuat jantung-ku selalu<br /> berdetak dengan kencang. Sedangkan<br /> aku sendiri tidak ada bedanya dengan<br /> pembantu seperti kedua orang tua<br /> kandungku.<br /> Hari itu benar benar cerah dan aku<br /> mendengar langkah Feby yang baru<br /> pulang sekolah , seperti biasanya Feby<br /> melepas sepatunya dengan sembarangan<br /> dan juga kaus kakinya dengan<br /> sembarangan dilemparkan entah kemana<br /> “Heh!!! Bambam beresin tuh , aku mau<br /> isitirahat dibelakang jangan berani<br /> ganggu!!!” Feby membentakku Aku<br /> dengan tenang membereskan sepatu dan<br /> kaus kaki Feby , semula jika Feby<br /> melakukan hal seperti itu aku selalu kesal<br /> namun kini aku tidak merasa kesal lagi<br /> kepada Feby, karena aku mengetahui<br /> rahasia Feby , bahkan Orang tua Feby<br /> tidak mengetahui rahasia ini. Aku tahu<br /> bahwa sebentar lagi Feby akan<br /> mempertontonkan sesuatu yang bisa<br /> membuatku terhibur dengan perlakuannya<br /> yang memang benar benar kasar.<br /> Rahasia kecil Feby : gadis itu suka<br /> membaca majalah dewasa yang entah<br /> didapatkannya dari mana dan hal ini<br /> cuma aku saja yang tahu ! tapi ini cuma<br /> rahasia kecil masih ada rahasia yang<br /> lebih besar. Rahasia ini rahasia istimewa<br /> dengan pemeran utama wanitanya Feby ,<br /> Feby lebih asik dan wah ketimbang<br /> pemain Film Blue.<br /> Setelah selesai membereskan sepatu<br /> Feby aku cepat cepat menyelinap<br /> kebelakang, dan aku segera mengambil<br /> tempat biasa dibalik pohon besar yang<br /> ada dikebun belakang rumah itu. Aku<br /> menanti dengan sabar dan aku melihat<br /> pemeran utama wanita sudah mulai<br /> kelihatan, Feby kulihat memeriksa<br /> keadaan sekeliling dan aku menggeser<br /> posisi-ku sehingga tidak kelihatan oleh<br /> Feby, setelah yakin aman kulihat Feby<br /> duduk dengan santai dibangku kebun<br /> sambil membuka sebuah majalah<br /> kesukaannya , sambil duduk Feby<br /> semakin mengangkangkan pahanya , hal<br /> ini tentu saja membuat mataku melotot<br /> melihat isi rok seragam feby dan kini<br /> Wow Feby membuka kancing bajunya<br /> satu persatu sehingga mataku semakin<br /> terbuka lebar melihat tingkah laku Feby<br /> yang semakin membuatku terangsang ,<br /> Feby mulai meremas remas buah<br /> dadanya sendiri , tiba tiba aku-pun<br /> berpikir mungkin hal ini yang membuat<br /> buah dada dan body Feby semakin<br /> menggiurkan. Aksi Feby semakin<br /> meningkat ia menarik kain segitiganya<br /> dan gilanya tangan Feby mulai mengusap<br /> ngusap dengan lembut daerah<br /> kemaluannya dan aku mendengar Feby<br /> mendesah desah dengan hebat “Ahh…<br /> hhhhsshh!” Feby mengeliat geliat<br /> perlahan dan tubuh Feby tampak<br /> mengejang dengan kencang selanjutnya<br /> terkulai lemas, aku melihat sesuatu<br /> meleleh dari milik Feby. Aku bertanya –<br /> tanya kenapa Feby enggak menyuruhku<br /> untuk membersihkan cairan putih kental<br /> yang pasti terasa enak dimulut-ku, kalau<br /> aku disuruh Feby aku pasti bersedia<br /> membersihkan daerah vagina Feby<br /> dengan lidahku sampai benar benar<br /> bersih. Setelah selesai Feby dengan<br /> tenang bangkit dan merapikan<br /> pakaiannya, kemudian ia berlalu menuju<br /> kamarnya yang terletak dilantai dua.<br /> Rahasia Feby yang satu ini yang paling<br /> asik dan paling ku sukai, bisa dibilang<br /> aku adalah satu – satunya orang yang<br /> mengetahui peristiwa hebat yang sudah<br /> dilakukan oleh Feby. Terus terang<br /> semenjak aku sering mengintip Feby aku<br /> sering masturbasi dengan<br /> membayangkan sedang melakukan hal –<br /> hal yang mengasikkan bersama dengan<br /> Feby…duhhhh Febyy!!!!!!Pikiranku selalu<br /> ngeres jika mendengar nama itu disebut !<br /> Ahhh.<br /> Hari itu sepertinya hujan akan turun<br /> dengan lebat, untungnya aku sudah<br /> sampai dirumah terlebih dahulu, mata-ku<br /> memandang tidak tenang , bisa – bisa<br /> batal dehh pertunjukan hari ini, walaupun<br /> batal cuma sehari tapi aku merasa was –<br /> was. Hujan mulai turun disertai bunyi<br /> petir bersambutan , aku mendengar suara<br /> orang berlari – lari “Brengsekkk<br /> Bambam!!!” Aku mendengar Feby<br /> berteriak memanggil namaku “Ambilinn<br /> handuk cepetttttt….!!!!” Feby<br /> memerintahkan-ku mengambil air , aku<br /> menuruti keinginannya. Feby tampak<br /> cemberut dan seperti biasanya melempar<br /> sepatunya dimana – mana “Huuuuhhh<br /> hujannn brengsekkkk…. Bambam<br /> cepeeett!!! Dasar” Feby dengan kasar<br /> merebut handuk yang kuambilkan. Aku<br /> melihat Feby tampak tidak tenang<br /> menunggu hujan berhenti dan ia sering<br /> menengok kebun dibelakang rumah , aku<br /> sudah tahu Feby pasti sudah enggak<br /> sabar untuk mengeluarkan sesuatu dari<br /> dalam isi rok SMPnya. Agak lama juga<br /> hujan baru berhenti dan aku melihat<br /> wajah Feby tampak senang melihat hujan<br /> sudah berhenti “Hehh bambang kamu<br /> jangan berani mengganggu-ku, aku mau<br /> istirahat dikebun belakang Ngertiiiii!!!<br /> Awass kalau kamu menggangu”Feby<br /> membentakku. Aku melihat Feby berlalu<br /> kekamarnya dan dengan tergesa gesa<br /> aku segera mengambil posisi mengintai<br /> karena hujan lebat maka tanah<br /> ditempatku mengintai menjadi becek dan<br /> licin tentu saja hal ini membuatku<br /> semakin berhati – hati, tidak berapa<br /> lama aku melihat Feby , dengan santai ini<br /> duduk dibangku kebun dan mengeluarkan<br /> majalahnya, Aku melihat Feby mulai<br /> bergerak dengan erotis sambil meremas<br /> – remas buah dadanya sendiri.<br /> Aku sudah tidak sabar ingin melihat yang<br /> lebih Syurrr!!!.. tapi entah kenapa kali ini<br /> Feby cuma meremas – remas buah<br /> dadanya dengan gerakan yang erotis, Aku<br /> menunggu cukup lama sambil ngos –<br /> ngosan melihat gerakan – gerakan Feby<br /> dan akhirnya setelah lama sekali aku<br /> menunggu….. Aku melihat Feby mulai<br /> membuka kancing bajunya satu persatu<br /> dan menyibakkan Rok Seragam SMPnya<br /> keatas… Glek aku menelan ludah<br /> menyaksikan Pemandangan yang selalu<br /> kutunggu – tunggu bila Feby pulang<br /> sekolah , Uhh…rupanya Feby sudah siap<br /> melakukan sesuatu, Wow…mataku sampai<br /> melotot melihat Feby mulai mengelus –<br /> ngelus bagian kemaluannya yang masih<br /> tertutup kain segitiga berwarna putih<br /> dengan lembut disertai erangan erangan<br /> yang benar benar membuatku terangsang<br /> berat , Feby semakin mengangkang dan<br /> tiba – tiba “Pleset… Blukkkk…” Aku<br /> terpeleset.<br /> “Aaaawww!!” Feby menjerit karena kaget<br /> ia segera merapikan pakaiannya yang<br /> terbuka disana – sini.<br /> “Bambammmmmmm!!!! Brengsekkk<br /> daasarrr anak punguttt!!!”Feby memaki<br /> diriku yang tediam dan “Plakkkkk…<br /> Plakkkkkkkkk”Feby menamparku sehingga<br /> aku terjatuh ditanah yang berlumpur tidak<br /> puas sampai disitu Feby meludahi<br /> wajahku “Cuhhhhhhh… dasar monyet<br /> ngak tau diriii…” kemudian Feby dengan<br /> kesal berlalu meninggalkanku. Perlahan –<br /> lahan aku bangkit berdiri dan berjalan<br /> menuju kamar mandi, pakaianku kotor<br /> oleh Lumpur ,dikamar mandi sambil<br /> melamun aku membasuh diriku sampai<br /> benar – benar bersih, aku memikirkan<br /> kata – kata Feby yang sangat menyakiti<br /> hatiku , amarahku membara sepanas<br /> lahar gunung berapi, selain itu entah<br /> kenapa kemaluanku semakin panjang dan<br /> tegang karena selalu mengingat<br /> pemandangan yang benar-benar<br /> menggairahkan.<br /> Entah apa yang kupikirkan , aku keluar<br /> dari kamar mandi dalam keadaan<br /> telanjang bulat dan naik kelantai dua<br /> menuju kamar Feby. Aku melihat Feby<br /> sedang memejamkan matanya sambil<br /> bermalas – malasan diatas ranjang, pintu<br /> kamar Feby terbuka lebar , dengan<br /> perlahan aku mendekati kamar Feby dan<br /> dengan hati – hati aku menutup dan<br /> mengunci pintu kamar Feby “Klikkk”Suara<br /> kunci terdengar dengan cukup jelas, Feby<br /> terbangun karena mendengar kunci<br /> “Ahh…..” ia terkejut melihatku berdiri<br /> dengan telanjang bulat namun itu Cuma<br /> sesaat selanjutnya ia marah besar<br /> “Hehhh…. Bambamm kamu ngapainnn…<br /> keluarr!!!!!! Dasar kacung rendahan!” Feby<br /> menghampiriku dan hendak menamparku<br /> “Aduh…. Brengsekkkkkk!!!!”Feby meringis<br /> ketika aku menangkis tamparannya<br /> rupanya ia kesakitan. Aku tersenyum<br /> menangkap tangan Feby yang berusaha<br /> menamparku lagi kemudian aku bertarung<br /> dengannya , Feby mencakar – cakar<br /> sampai tubuhku terluka dimana – mana<br /> terutama dibagian pundak dan dadaku<br /> namun akhirnya aku menang karena Feby<br /> kini berhasil kutaklukkan dan kuikat<br /> kedua tangannya pada pinggiran ranjang<br /> dengan seutas kain yang kusobek dari<br /> kelambu di kamar Feby. “Bambam<br /> lepasinnnnn…kurang ajar Bambam” Feby<br /> meronta – ronta “Hehhhh dasar tuliii…<br /> denger ngakk!!!!”Feby meronta dengan<br /> sekuat tenaga namun aku dengan tenang<br /> berlutut dipinggiran ranjang dekat kaki<br /> Feby , mataku menjelajahi tubuh Feby<br /> tanganku terjulur mengelus kaki Feby<br /> “Aduhhh Hehhhh dasar ngak tahu diri…<br /> jangan kurang ajar kamu…. Anak<br /> pungut!!!!”Feby menendang tanganku<br /> dengan kakinya. Biarpun ditendang hal itu<br /> tidak membuatku jera aku kembali<br /> berusaha menjamah kaki Feby sambil kini<br /> menyibakkan rok seragam.<br /> Mataku melotot melihat kemulusan paha<br /> Feby wahhh!…Feby berusaha menendang<br /> lagi kali ini aku menangkap perg*****an<br /> kaki kirinyanya, karena kaki kirinya<br /> tertangkap Feby menendanggkan kaki<br /> kanannya , tapi itu semuanya sia – sia<br /> aku dengan mudah menangkap kaki<br /> Kanan Feby. Kedua tanganku<br /> mengangkangkan Kaki Feby dan mulutku<br /> menciumi paha dan kaki Feby yang masih<br /> meronta – ronta dan berteriak teriak<br /> memaki diriku. Wangi tubuh Feby<br /> semakin membuatku bernafsu, aku kini<br /> menerkam tubuh Feby sambil mebukai<br /> kancing baju seragamnya satu persatu<br /> “Awww!!”Feby menjerit ketika kutindih<br /> tubuhnya , Feby meronta – ronta dan<br /> berteriak teriak berusaha melakukan<br /> perlawanan , aku semakin kuat memeluk<br /> pinggang Feby yang ramping sambil<br /> membenamkan wajahku pada bagian<br /> tengah buah dadanya yang sudah<br /> terbuka , nafasku memburu , mengendus<br /> ngendus harumnya bagian buah dada<br /> Feby , mulutku mulai menciumi kesana<br /> kemari. Dengan kasar tanganku menarik<br /> kedua cup penutup dada Feby sehingga<br /> buah dadanya tersembul dengan bebas<br /> “Awww… kuranggg ajar<br /> bambammmmmmm.. kamuuuu hehhhh<br /> brengsekk Setann”Feby terus meronta –<br /> ronta. Mataku sampai berkunang kunang<br /> melihat buah dada Feby yang halus ,<br /> putih dan harum dihadapan wajahku,<br /> tanpa buang waktu aku langsung<br /> menyantap buah dada Feby bahkan<br /> sesekali aku menggigit dengan gemas<br /> buah dada Feby yang menjerit kesakitan<br /> “Aduhhhhh aww sakit aaakkhh!” Feby<br /> menjerit dan memakiku tapi aku tidak<br /> peduli aku terus melumat sambil sesekali<br /> menggigit puting susu Feby yang<br /> berwarna kemerahan, puting susu Feby<br /> sudah tegak dan juga bulatan dada Feby<br /> sudah semakin kencang tanda kalau Feby<br /> mulai terangsang namun Feby masih<br /> melakukan perlawanan. Kepalaku<br /> semakin turun dan kini berada di<br /> hadapan kemaluan Feby yang masih<br /> terbungkus kain segitiga putih. Aku<br /> menghirup dalam dalam aroma kain itu<br /> yang terasa membangkitkan birahiku,<br /> lama sekali aku menghirup hirup<br /> wanginya daerah kemaluan Feby yang<br /> aromanya lembut , aku mulai bosan dan<br /> ingin melihat penghuni kain segitiga Feby<br /> dengan sejelas jelasnya maka kedua<br /> tanganku berusaha menyentakkan kain<br /> itu kebawah<br /> “Ahhh…jangan! Bajingan kau!” Feby<br /> semakin kuat meronta ronta. Dalam hati<br /> aku kagum juga dengan tenaga Feby,<br /> untungnya aku mengikat kedua<br /> tangannya. Wow jantungku berdetak<br /> dengan kencang melihat permukaan<br /> kemaluan Feby yang masih botak<br /> (seharusnya Cewe SMP kelas tiga sudah<br /> ada bulu jembutnya tapi punya Feby<br /> belum tumbuh!!!!). Aku menjilat bibir<br /> Vagina Feby , Feby berontak dan terus<br /> berontak, aku yang merasa terganggu kini<br /> mengikat kedua kaki Feby keatas , aku<br /> mengikat kedua kaki Feby pada tangan<br /> Feby sehingga kini ia benar – benar<br /> merupakan mangsa yang empuk, aku<br /> kembali mendekati bagian Vagina Feby<br /> tanganku mencengkram pinggulnya dan<br /> menjilati vagina Feby dengan kasar..<br /> sambil berkali – kali aku menghisap kuat<br /> – kuat lubang vagina Feby semakin kuat<br /> aku menghisap semakin kuat Feby<br /> mengerang dan “Bammbam Brenggg<br /> sekkk…. Lepasiinnnnn…<br /> Arhhhhhhhh….”Tubuh Feby tiba tiba<br /> bergetar dengan kuat…. “Cret…… Crot…..<br /> Crott”Air kental itu keluar dan meleleh<br /> dari sela sela Vagina Feby , Feby terkulai<br /> lemas, ten****ya juga mulai banyak<br /> berkurang, keringat mengucur dengan<br /> deras dari tubuhnya. Aku menjilati vagina<br /> Feby sampai kering dan bersih, setelah<br /> itu aku menciumi pangkal paha Feby dan<br /> mengelus ngelus paha Feby yang terasa<br /> lembut dan mengasikkan. Dalam pikiran-<br /> ku mendadak terlintas sesuatu. Aku ingat<br /> waktu aku menonton Film Blue aku<br /> melihat pemain pria memasukkan<br /> penisnya kedalam anus pemain wanita<br /> dan akupun berencana melakukan hal itu<br /> maka Aku mulai menggunakan telunjukku<br /> menekan – nekan anus Feby, Anus Feby<br /> mendadak berkerut ketika kusentuh dan<br /> hal ini membuatku tersenyum<br /> menyaksikan anus Feby yang berkali kali<br /> berkerut, aku semakin senang<br /> mempermainkan anus Feby dan kini aku<br /> menekan kuat kuat jari telunjukku pada<br /> tengah tengah anus Feby<br /> “Aoww…. Aduh jangannnn sakit<br /> heggghhh”Feby mulai menangis terisak<br /> isak , aku terus menekan jari telunjukku<br /> kuat – kuat, kini jari telunjukku dengan<br /> pasti mulai masuk semakin dalam dan<br /> dalam dan Feby semakin terisak-isak.<br /> Aku mulai mengeluar masukkan jari<br /> telunjukku kedalam anus Feby kini aku<br /> memasukkan dua jariku mengocok<br /> ngocok anus Feby “Aduhhhh….duhhhhh<br /> Aouuuh”Feby meringis – ringis, Aku kini<br /> menggeser tubuhku dan mendekatkan<br /> kepala kemaluanku pada lubang anus<br /> Feby dengan paksa aku mendobrak<br /> lubang anus Feby “Bam jangannnn Aduhh<br /> aaggggghh…ampun!” Feby mengerang<br /> sambil memejamkan matanya rapat –<br /> rapat ketika kepala kemaluanku<br /> membongkar liang Anus Feby, tapi<br /> Ehhhhhh… Feby jadi agak anehhh waktu<br /> aku tusuk semakin dalam dengan<br /> penisku, lidah Feby sedikit menjulur<br /> keluar.. dan wajah Feby menjadi semakin<br /> sensual. Aku benar-benar bernafsu, aku<br /> semakin lama semakin kuat mengeluar<br /> masukkan penisku kedalam anusnya,<br /> apalagi kini Feby enggak menangis lagi<br /> malah ia memandangiku dengan tatapan<br /> matanya yang sayu dan juga lidahnya<br /> yang secara tidak sengaja menjadi<br /> terjulur – julur ketika kusodok sodok<br /> dengan kuat liang anusnya. Tanganku<br /> meremas remas buah dadanya feby<br /> sambil terus mengocok – ngocok dan<br /> tidak berapa lama “Unggghhhh…. Mmm..<br /> Crottt…crott!” Feby terkapar kembali. Aku<br /> biarkan Feby beristirahat sebentar<br /> kemudian aku mencabut penisku dari<br /> dalam anusnya kini aku mengarahkannya<br /> pada liang vagina Feby “Ahhh… jangannn<br /> Bam …jangan…ampun… ngakkkk mau”<br /> Feby kembali menangis dengan tiba tiba.<br /> “Udah coba aja dulu… pasti kamu suka<br /> koq”Aku menjawab dengan santai sambil<br /> menggesek gesekkan kepala kemaluanku<br /> pada lubang vagina Feby. Aku mulai<br /> menekan dengan kuat namun kepala<br /> kemaluanku malah terpeleset karena<br /> daerah vagina Feby terlalu licin tapi aku<br /> tidak putus asa aku terus menekan –<br /> nekan, setelah mencoba sebanyak 5 kali<br /> akhirnya kepala kemaluanku mulai dapat<br /> menyelam kedalam jepitan bibir vagina<br /> Feby “Bambam jangan… ahhh jangannn<br /> enggakk!!!!!!”Feby benar – benar<br /> ketakutan dan ia menjerit jerit.<br /> Jeritan Feby malah membuatku semakin<br /> mendorongkan penisku sampai terasa<br /> ada sesuatu didalam vagina Feby yang<br /> menahal lajunya kepala kemaluanku.<br /> Hmmmmm…. Aku yakin inilah dinding<br /> pusaka milik Feby yang cuma ada satu<br /> satunya didunia dan enggak bisa<br /> digantikan atau diperbaiki, aku<br /> mengambil ancang – ancang dan<br /> “Jrebbb… Jrebb”sekuat tenaga aku<br /> menghentak-hentakkankan penisku<br /> berusaha menjebol dinding pusaka itu<br /> dan berhasil! Sementara Feby menangis<br /> dengan kencang sampai terisak – isak<br /> Aku tetap memompa penisku sambil<br /> menciumi Feby. Uhhhh…nikmatnya…dan<br /> aku semakin kencang memompa –<br /> mompa liang vagina Feby, lama kelamaan<br /> tangisan Feby berubah menjadi erangan<br /> dan kemudian menjadi desahan desahan<br /> dan rintihan. Mata Feby yang masih<br /> basah memandangiku yang masih terus<br /> memompanya dengan kuat sehingga<br /> tubuh Feby tersentak – sentak diatas<br /> ranjang, Feby memandangiku dengan<br /> tatapan matanya sayu dan kurasakan<br /> sinar mata Feby menjadi lembut. Aku<br /> balas memandanginya mata Feby yang<br /> terpejam pejam ketika kusentak-<br /> sentakkan penisku dengan kuat dan<br /> “Serrrrrr…. Crot.. Achhh” Feby<br /> menggelepar dalam terkaman nafsu<br /> birahiku. Aku menarik keluar penisku dari<br /> dalam vagina Feby, Aku melihat ada<br /> cairan meleleh keluar ketika aku<br /> mencabut penisku dan itu adalah cairan<br /> kenikmatan Feby yang tercampur dengan<br /> merahnya darah keperawanan Feby.<br /> Penisku tampak masih segar bugar dan<br /> terasa tegang maka aku kali ini kembali<br /> menusukkan kepala penisku pada liang<br /> anus Feby, basahnya penisku oleh air<br /> mani Feby yang licin mempermudah<br /> kepala penisku untuk kembali menyelinap<br /> pada liang anus Feby “Unggghh…” Feby<br /> mengeluh ketika kusentakkan kepala<br /> penisku , aku semakin menekan penisku<br /> kedalam dan mengunjungi kembali lubang<br /> anus Feby. Air Mani Feby yang menempel<br /> pada penisku seakan akan menjadi<br /> pelumas sehingga aku merasakan<br /> pergesekan antara lubang anus Feby<br /> yang sempit terasa semakin mengasikkan<br /> dan akupun semakin cepat memacu<br /> penisku maju mundur menggesek liang<br /> anus Feby.<br /> “Hhhh… nnnhhhhh… ngggghh”Suara Feby<br /> benar benar mengasikkan untuk didengar<br /> ketika aku memompa – mompa semakin<br /> kuat dan cepat, aku mencengkram<br /> pinggul Feby dan terus mempercepat<br /> kocokanku, mataku melihat buah dada<br /> Feby bergerak dalam irama yang<br /> mengasikkan apalagi tubuh Feby kini<br /> berkeringat sehingga air keringat<br /> membuat kulitnya yang putih dan mulus<br /> bagaikan mengkilap , benar – benar<br /> pemadangan yang sedap dipandang oleh<br /> mata. Lama kelamaan aku merasakan<br /> ada sesuatu yang mendesak ingin keluar<br /> tapi aku tetap bertahan aku tidak rela jika<br /> hanya keluar sendirian maka sambil terus<br /> menyentak – nyentakkan penisku<br /> menyodomi Feby aku menggosok –<br /> gosok klitoris Feby dengan agak kuat.<br /> “Ouch… Nggggg… Mhhhhh”Feby tidak<br /> dapat menahan seranganku. “Sert…cret…<br /> crot……”tidak berapa lama aku juga<br /> memuntahkan sesuatu yang terasa<br /> sangat enak dan nikmatnya dari dalam<br /> penisku didalam anus Feby. Aku memeluk<br /> kuat kuat tubuh Feby yang masih<br /> terengah – engah karena kecapaian.<br /> Benar – benar luar biasa kenikmatan<br /> yang bisa kunikmati dari tubuh Feby,<br /> perlahan – lahan nafas kami berdua<br /> berubah menjadi tenang, dengan santai<br /> aku mencabut penisku dari dalam liang<br /> anus Feby. Aku tersenyum melihat Feby<br /> yang memandangiku dengan tatapan<br /> matanya yang tampak kecapaian, aku<br /> bangkit dari atas tubuh Feby dan keluar<br /> dari dalam kamar Feby, dari dalam<br /> kulkas aku mengambil sebotol air dingin<br /> dan dengan lahap aku meneguk air dingin<br /> yang menyegarkan, setelah beristirahat<br /> sebentar aku kembali kekamar Feby, aku<br /> melihat Feby yang mengeliat – geliat<br /> pertamanya sihhh aku curiga Feby<br /> hendak melepaskan diri namun Feby<br /> hanya mengeliatkan tubuhnya.<br /> Hmm…mungkinkah Feby merasa pegal<br /> karena kuikat? he he hehehe…. Aku<br /> mendekati Feby kembali lalu aku<br /> menyodorkan botol minuman kedekat<br /> mulutnya dan Feby meminum habis tanpa<br /> sisa setetespun. Aku kini membaringkan<br /> tubuhku disisi Feby tanganku bergerak<br /> melepaskan ikatan pada kaki Feby dan<br /> Feby mengeliat – geliatkan tubuhnya ,<br /> aku membantu memijat mijat bagian<br /> pinggul Feby yang pasti terasa sangat<br /> pegal, terutama pinggul bagian belakang,<br /> mataku melirik vagina Feby, rupanya Feby<br /> baru menyadari kalau sedari tadi ia<br /> mengangkang sehingga mataku dapat<br /> menikmati keindahan Vagina Feby yang<br /> mengasikkan makanya ia langsung<br /> merapatkan kedua paha serapat mungkin<br /> dan berusaha menggeser posisi pinggul<br /> seakan – akan hendak menyembunyikan<br /> wilayah terpenting pada tubuhnya. Aku<br /> merasakan penisku kembali tegang kini<br /> tanganku meraba – raba ketiak Feby dan<br /> mulai mendekatkan mulutku pada ketiak<br /> Feby yang terbuka lebar karena kedua<br /> tangan Feby kuikat keatas, aku menjilati<br /> ketiak Feby sampai Feby mengeluh dan<br /> merintih – rintih kegelian aku berusaha<br /> untuk membangkitkan gairah Feby ,<br /> Duhhhh ketiak Feby harum dan terasa<br /> lembut dilidahku, akupun tidak segan –<br /> segan lagi menghisap – hisap ketiak<br /> Feby dengan agak kasar, sambil<br /> menghisap – hisap, tanganku mulai<br /> membelai – belai buah dada Feby,<br /> kuremas buah dada Feby dengan lembut ,<br /> Feby semakin sering merintih – rintih,<br /> Aku melihat Feby terpejam – pejam dan<br /> mulutnya setengah terbuka sehingga<br /> menambah cantik wajahnya aku mulai<br /> menggeluti tubuh Feby tanganku<br /> melingkar memeluk pinggang Feby dan<br /> yang satu lagi memeluk punggung Feby.<br /> Aku mendekatkan wajahku pada wajah<br /> Feby dan langsung mencium bibirnya<br /> yang agak terbuka, aku mengisap dengan<br /> lembut namun semakin lama hisapanku<br /> semakin kuat dan membara “Hmm…<br /> Mmmhh”suara mulut Feby tersumpal<br /> mulutku yang sedang asik menghisap dan<br /> mengait – ngait lidah Feby, Feby agak<br /> meronta dan nafasnya semakin memburu<br /> rupanya Feby mulai kehabisan nafas tapi<br /> aku malah semakin kuat memeluk tubuh<br /> Feby dan semakin kuat menghisap<br /> mulutnya aku ingin menghisap dan<br /> membersihkan mulut Feby yang sering<br /> dipakai untuk memakiku. Lama juga aku<br /> bertarung mulut dengan Feby aku<br /> akhirnya melepaskan mulutku dari mulut<br /> Feby, “Ahh…Hhh…hhhhhhh”Aku melihat<br /> Feby menarik nafasnya panjang –<br /> panjang , mata Feby memandangiku<br /> dengan tatapannya yang sayu.Aku<br /> melepaskan tangannya sebelah kiri dan<br /> kemudian yang sebelah kanan, tubuh<br /> Feby mengeliat dalam pelukanku , aku<br /> memijat mijat bagian pundak Feby yang<br /> pasti terasa pegal, Aku merasa senang<br /> berhasil menjinakkan Feby yang semula<br /> begitu garang melakukan perlawanan,<br /> tangannya yang sering dipakai menampar<br /> wajahku kini terkulai lemah tanpa<br /> tenaga , mulutnya yang sering memakiku<br /> kini merintih rintih dan terasa sangat<br /> merdu ditelingaku.Aku mulai<br /> mempermainkan buah dada Feby yang<br /> terasa semakin mengeras dan semakin<br /> kenyal, jari tanganku juga semakin sering<br /> menarik – narik perlahan puting susu<br /> Feby kemudian kulanjutkan aksiku<br /> meremas – remas buah dada Feby<br /> dengan telapak tanganku berada dibagian<br /> bawah buah dadanya yang lembut.<br /> Tanganku kemudian meraba bagian<br /> kemaluan Feby dan ternyata Feby sudah<br /> basah, aku lalu menggeser posisiku. Aku<br /> berlutut diatas ranjang, kedua tanganku<br /> menarik kedua kaki Feby dalam posisi<br /> mengangkang dan menaruhnya<br /> dipundakku sebelah kiri dan sebelah<br /> kanan, aku mengeser posisiku sehingga<br /> kini kepala kemaluanku berada dihadapan<br /> bibir vagina Feby, aku menggesek –<br /> gesekkan kepala penisku sampai terasa<br /> geli karena licinnya bibir vagina Feby, aku<br /> menekan memasukkan kepala penisku<br /> dan bibir vagina Feby tanpa banyak<br /> komentar langsung menelan kepala<br /> penisku , aku memegangi kedua kaki<br /> Feby dan menghentakkan penisku kuat<br /> kuat “Ahhhhhhhhhhhhhh…. “Feby menjerit<br /> kecil ketika aku menyentakkan penisku<br /> kedalam vaginanya selanjutnya aku<br /> memacu penisku dengan cepat dan kuat.<br /> “Engggggg… Unghhhh Ahh!”tangan Feby<br /> menahan perutku dan aku berhenti sambil<br /> memandanginya , selanjutnya aku<br /> kembali menghajar vagina Feby habis –<br /> habisan sampai Feby menjerit – jerit kecil<br /> menahan seranganku yang semakin<br /> hebat , tangan Feby menggapai – gapai<br /> mencari pegangan dan meraih guling<br /> sambil memeluk guling itu kuat – kuat,<br /> aku terus melakukan serangan serangan<br /> dan melesatkan penisku dengan kuat –<br /> kuat memanah lubang vagina Feby yang<br /> semakin lama semakin terasa<br /> mengasikkan untuk dipanah dan<br /> “Crottt…. Crrttt….. crrtttt”aku melihat<br /> Mata Feby terpejam rapat disertai<br /> tubuhnya yang menggelepar merasakan<br /> rasa nikmat, aku membiarkan Feby<br /> menikmati rasa nikmat itu sampai tuntas,<br /> kemudian aku menurunkan kedua kaki<br /> Feby , tanganku menarik guling yang<br /> sedang dipeluk oleh Feby dan<br /> melemparkan guling itu kelantai<br /> selanjutnya aku menjatuhkan tubuhku dan<br /> memeluk punggung Feby dan menghentak<br /> – hentakkan penisku, kaki Feby yang<br /> biasanya dipakai untuk menendang tulang<br /> keringku kini menjepit tubuhku yang<br /> semakin kuat menghentak – hentakkan,<br /> kedua tangannya yang tadinya dipakai<br /> memeluk guling kini dipakainya untuk<br /> memelukku , agak lama aku merasakan<br /> pelukan Feby semakin kuat dan kedua<br /> kakinya semakin kencang menjepit<br /> tubuhku , aku mendengar dengar suara –<br /> suara yang merdu keluar dari mulutnya<br /> “Engghhh Owwhhh crottttttt…. Crrt”Aku<br /> merasakan pelukan Feby yang semula<br /> kencang kini melemah, aku terus<br /> menghentak – hentak dengan kuat<br /> karena aku merasakan sesuatu akan<br /> keluar dari penisku dan “Crrt..<br /> Croottt”kini gantian aku yang memeluk<br /> kuat – kuat tubuh Feby, nafasku<br /> tersengal-sengal bergabung dengan nafas<br /> Feby yang juga memburu dengan<br /> kencang dan kuat bagaikan sedang habis<br /> berlari.<br /> Hari itu aku tertidur sambil menindih<br /> tubuh Feby dan rasanya sangat<br /> menyenangkan, keesokan harinya aku<br /> bangun lebih dahulu dari Feby yang<br /> memang pemalas, Aduhhh!!!!! Begitu turun<br /> dari ranjang rasanya kedua kakiku lemas,<br /> dengkulku terasa akan lepas dari<br /> sendirnya, tiba- tiba aku teringat hari ini<br /> hari Rabu , biasanya orang tua angkatku<br /> pulang, aku langsung bangkit dan<br /> memakaikan pakaian tidur untuk Feby<br /> yang masih tertidur, setelah beres kini<br /> giliranku yang pakai baju….namun aku<br /> mendengar suara mobil dari kejauhan dan<br /> itu suara mobil orang tua angkatku!!! aku<br /> panik dan berlari menuju kamarku dalam<br /> keadaan telanjang bulat. Hari Rabu itu<br /> Feby mendadak demam , aku dimarahi<br /> karena tidak menjaga Feby dengan baik,<br /> aku disuruh menunggu rumah sedangkan<br /> orang tua angkatku mengantar Feby ke<br /> dokter. Feby diberi izin untuk beristirahat<br /> dirumah oleh dokter sedangkan orang tua<br /> angkatku dengan penuh perhatian<br /> merawat Feby sampai demam Feby<br /> sembuh selama tiga hari.<br /> Pada hari yang keempat kondisi Feby<br /> berangsur membaik tapi ia masih harus<br /> istirahat, kedua orang tua angkatku<br /> harus segera pergi lagi menyelesaikan<br /> urusan bisnisnya dan kembali<br /> mempercayakan anak gadisnya padaku.<br /> Dengan girang aku memasuki ke kamar<br /> tidurnya, kubuka perlahan-lahan pintu<br /> itu. Feby masih tertidur, aku berdiri di<br /> pinggir ranjang mengguncang tubuhnya.<br /> Ia membuka-matanya perlahan-lahan<br /> lalu matanya membelakak kaget,<br /> wajahnya ketakutan sambil menggeleng-<br /> geleng kepalanya melihat diriku yang<br /> berdiri di sampingnya sambil menyeringai<br /> jahat.<br /> “Tidakkkk!!!” jeritnya.</div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-89775185022205453032013-06-22T18:28:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.214-07:00ABG Bispak Cantik Siap Di Exe<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="http://www.imagebam.com/image/c107e5259051675" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/25906/c107e5259051675.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/58a636259051678" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25906/58a636259051678.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/34dd20259051680" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/25906/34dd20259051680.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/ab669c259051684" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/25906/ab669c259051684.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/26c590259051689" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/25906/26c590259051689.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/d36c23259051693" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/25906/d36c23259051693.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/212751259051695" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25906/212751259051695.jpg" /></a> </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-90835632192355312822013-06-22T18:26:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.221-07:00Ini baru Body mantab<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="http://www.imagebam.com/image/861d9d261393041" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/26140/861d9d261393041.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/9bff6d261393046" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/26140/9bff6d261393046.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/50e7b2261393052" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/26140/50e7b2261393052.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/5c0ee0261393060" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails107.imagebam.com/26140/5c0ee0261393060.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/5c0ee0261393077" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/26140/5c0ee0261393077.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/4d51fa261393083" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/26140/4d51fa261393083.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/117d5c261393089" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/26140/117d5c261393089.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/4476ca261393093" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/26140/4476ca261393093.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/26326e261393096" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/26140/26326e261393096.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/bb978a261393101" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/26140/bb978a261393101.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/4b5447261393107" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails107.imagebam.com/26140/4b5447261393107.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/58b248261393111" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails107.imagebam.com/26140/58b248261393111.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/dc4a74261393123" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails107.imagebam.com/26140/dc4a74261393123.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/ba2a37261393130" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails104.imagebam.com/26140/ba2a37261393130.jpg" /></a> </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-25298972391905504382013-06-22T18:25:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.229-07:00CICI Mitha Bodynya Aduhai Banget <div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="http://www.imagebam.com/image/aec224259888643" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails102.imagebam.com/25989/aec224259888643.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/53c4db259888647" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails102.imagebam.com/25989/53c4db259888647.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/0d0277259888648" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/25989/0d0277259888648.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/28bde1259888652" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25989/28bde1259888652.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/16a911259888653" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/25989/16a911259888653.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/701bca259888658" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25989/701bca259888658.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/0810b0259888660" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25989/0810b0259888660.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/aa44f4259888668" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails104.imagebam.com/25989/aa44f4259888668.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/334b50259888695" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/25989/334b50259888695.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/8b280f259888711" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25989/8b280f259888711.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/1934e6259888723" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/25989/1934e6259888723.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/d46426259888729" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails104.imagebam.com/25989/d46426259888729.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/3d4b79259888740" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/25989/3d4b79259888740.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/0ed1a0259888766" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25989/0ed1a0259888766.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/4cee8b259888779" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/25989/4cee8b259888779.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/8ff8e9259888785" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails104.imagebam.com/25989/8ff8e9259888785.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/92d41d259888800" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25989/92d41d259888800.jpg" /></a><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/665ffd259888809" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/25989/665ffd259888809.jpg" /></a> </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-50524405147091673682013-06-22T18:21:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.243-07:00Exe Panlok Toge Brutal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><a href="http://www.imagebam.com/image/2c6355261090171" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails108.imagebam.com/26110/2c6355261090171.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/695a04261090172" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/26110/695a04261090172.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/61e387261090173" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails106.imagebam.com/26110/61e387261090173.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/f1a546261090174" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails107.imagebam.com/26110/f1a546261090174.jpg" /></a> <br /><br />Nih Gaya Doi Klo lg nge BJ ..<br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/85eb21261090169" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails104.imagebam.com/26110/85eb21261090169.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/e4dbb8261090176" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails102.imagebam.com/26110/e4dbb8261090176.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/85eb21261095291" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails104.imagebam.com/26110/85eb21261095291.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/d6b15d261095292" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/26110/d6b15d261095292.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/a72848261095297" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails105.imagebam.com/26110/a72848261095297.jpg" /></a> <br /><br /><br />Perett bgt Meqii nyaa<br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/35efee261095298" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/26110/35efee261095298.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/a71188261095294" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails102.imagebam.com/26110/a71188261095294.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/1e79d8261090167" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails101.imagebam.com/26110/1e79d8261090167.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/7bf0c7261090166" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/26110/7bf0c7261090166.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/e47e3b261090177" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails103.imagebam.com/26110/e47e3b261090177.jpg" /></a> <br /><br /><a href="http://www.imagebam.com/image/b31eae261095296" rel="nofollow" target="_blank"><img alt="" border="0" src="http://thumbnails102.imagebam.com/26110/b31eae261095296.jpg" /></a> </div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-48038239592880514502013-06-15T11:20:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.250-07:00Tebak Gambar apa Ini Gan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div class="post-body entry-content"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Perjalanan hidup semakin panjang dan melelahkan. Sabar adalah jawabannya. Haha... sambil menunggu link dowload-an scandal video mesum anggota DPR RI -<span style="font-size: small;"> </span></span><span style="font-size: small;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Dr. Karolin Margret Natasa dan kroco-kroconya</span></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">, dari pada gundah dan gulana. Mending kita main tebak-tebakan gan. Haha... tebak ini gambar bugil atau bukan ?</span><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFH0nhHJ38zxXsOdxjy6DWUhatKqkakw24XRVCOOv_yWJr8z-j_0ki9xxA-x0YfemBK6sSgV8-P-uK3XQKUdUQta3Hn8_uGpGXdJZV7mUXxSFHRK9us2rdW7MsElB-XJS_K5ToPXsH06sX/s1600/tebak-gambar-bugil-1-tcd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgFH0nhHJ38zxXsOdxjy6DWUhatKqkakw24XRVCOOv_yWJr8z-j_0ki9xxA-x0YfemBK6sSgV8-P-uK3XQKUdUQta3Hn8_uGpGXdJZV7mUXxSFHRK9us2rdW7MsElB-XJS_K5ToPXsH06sX/s1600/tebak-gambar-bugil-1-tcd.jpg" /></a></div><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"></span><br /><a href="" name="more"></a><br /><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"></div><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"></span><br /><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"></div><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg_bb8SBSzc9k142fZj8Apbn5XzLrtoubP8fJegHTCavu8-T6_NcfK0GW_7izwOUIE64q7jIY5NLVvrFrSwBn4lS-F3csO092iR6OPYILjktnBDwyQHJqmlWkSFfLr9A3bQsTEKi5Vqt9Re/s1600/tebak-gambar-bugil-2-tcd.jpg" /> </div><div style="text-align: left;"><br /></div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: left;">Dengan iya atau tanpa mengedipkan mata... sepintas jika Anda lihat gambar samar-samar ini dengan samar. Gambar ini kelihatan seperti gambar seorang wanita sedang....</div><div style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif; text-align: left;"><br /></div><div style="text-align: left;"><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"># Jika fikiran Anda tidak kuning (kekeke), sebenarnya wanita ini sedang menggigit tangan anaknya.</span><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL7SilmXCrDMgYphwW8W0f50FzfvzNUnOKpUkvZQW76DxuJofz6KImEscmvRyjQGrAVYyMOAsmDs5N8phSl0t1qL9mZZPUMdbhZmzR3gsPBwQsRn2uRWDFQ-0aIyacMYdhxvDMKfn_zSCl/s1600/tebak-gambar-bugil-3-tcd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiL7SilmXCrDMgYphwW8W0f50FzfvzNUnOKpUkvZQW76DxuJofz6KImEscmvRyjQGrAVYyMOAsmDs5N8phSl0t1qL9mZZPUMdbhZmzR3gsPBwQsRn2uRWDFQ-0aIyacMYdhxvDMKfn_zSCl/s1600/tebak-gambar-bugil-3-tcd.jpg" /></a></div><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Perhatikan gambar yang ke-dua gan... Ha ha.. Jika fikiran Anda ngeres alias jorok rok rok rok. Anda pasti berfikiran gambar perempuan yang di tengah adalah gambar wanita yang sedang tidak memakai <a href="http://terselubungcelanadalam.blogspot.com/">celanadalam</a> ! </span><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"># Hoaahh... jorok sekali fikiran Anda! Ha ha... Perhatikan lagi dengan seksama (kalau perlu jangan berkedip dan bernafas ! ) Hi hi ternyata itu adalah ketek temannya gan!</span><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi96t1M5p0nPgj9FA8nXFqgQs4JcRonbVeI3g8lMSTlRMMBnLN0abf-p57ucPJHjEMa_Ez975fCWLUYe3_h9-O7KjaG_sU58tMuNTtZGNFN2IXnatJkeGyivyl0RoNIe0KXuo8LZRA0-rQt/s1600/tebak-gambar-bugil-4-tcd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi96t1M5p0nPgj9FA8nXFqgQs4JcRonbVeI3g8lMSTlRMMBnLN0abf-p57ucPJHjEMa_Ez975fCWLUYe3_h9-O7KjaG_sU58tMuNTtZGNFN2IXnatJkeGyivyl0RoNIe0KXuo8LZRA0-rQt/s1600/tebak-gambar-bugil-4-tcd.jpg" /></a></div><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Ha ha, gueh sudah memamerkan gambar ke-tiga ini kepada 250000 teman gueh di facebook. Semuanya menjerit! Awww! Dan boleh dikatakan hampir semua sepakat mengatakan gambar ini jorok, porno, kotor dan bugil. Sungguh! sangat tidak pantas jika di pamerkan di muka umum. </span><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"><br /></span><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"># Ha ha... dasar otak kalian aja tuhhh yang porno. He he. Padahal itu tangan wanita gempal yang menciptakan ilusi seolah-olah gadis di belakangnya bugil. Hayyaaaa...</span><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgozOUtbJMqhV5N1C3TEnHMnfSwXs1UqnmRSpEPQ_xEtQav1G85Kv8zkXJZGnS23r6s77xFihIM0NiOPZjM2dEzMBflFuTSbiojL3GL7EF18gowtVEKQ-wF4z_slYLNlWZhXEDXacK3Wtll/s1600/tebak-gambar-bugil-5-tcd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgozOUtbJMqhV5N1C3TEnHMnfSwXs1UqnmRSpEPQ_xEtQav1G85Kv8zkXJZGnS23r6s77xFihIM0NiOPZjM2dEzMBflFuTSbiojL3GL7EF18gowtVEKQ-wF4z_slYLNlWZhXEDXacK3Wtll/s1600/tebak-gambar-bugil-5-tcd.jpg" /></a></div><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Sedangkan ini adalah gambar seorang model sexy nan hot asal negri tirai bambu yang sedang pose di tempat duduk sebuah mobil sedan mewah.</span><br /><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">#Ha ha, jika Anda berfikiran 'merah jambon', Anda akan berfikir wanita ini sedang mengangkang! Ha ha dasar kotor!</span><br /><br /><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;">Hi hi, dua gambar berikutnya silahkan Anda tebak sendiri gan. Ini foto porno atau bukan?</span><br /><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXMiUvSRIYpZHLk7kDuHtoMHMeC_6rCe-fWyfF9TPCMnRdjyjJTekfyBDUzZLqZZgokgQwDRVMovu40bjTkdRC1wEDH_98-kXMvfzv51P6Th2maQTrzBRkh9CishVbZfBdvgsaCZd7mBKt/s1600/tebak-gambar-bugil-6-tcd.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiXMiUvSRIYpZHLk7kDuHtoMHMeC_6rCe-fWyfF9TPCMnRdjyjJTekfyBDUzZLqZZgokgQwDRVMovu40bjTkdRC1wEDH_98-kXMvfzv51P6Th2maQTrzBRkh9CishVbZfBdvgsaCZd7mBKt/s1600/tebak-gambar-bugil-6-tcd.jpg" /></a></div></div></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-54461874624688491092013-06-15T11:17:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.258-07:00Paha Mulus Titi Kamal<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div style="text-align: center;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiWM5bBrYhaQJdWbSMzWW8Ble5fWGJZvNWYdE9t1-pHAly_gBFe8simXjWeATi4C48XNz7Q03j61vBU5yB7wgcKfMj5xKU_hdo0h4FJ5HO-jVScQt3wZRpbYO662eCmmEDpdh1sJJxjgrY/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam7.jpg" /></div><a href="" name="more"></a><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><br /></div><span style="font-family: Georgia,"Times New Roman",serif;"></span><br /><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL2V_kgRm7AVOGqBwpH1kJGsey4aYCCmzkIZ0y0ya5rWMKfAA99RAEny9lU4gy-XU3vLslnEDk0cKihX80e4fkDaEOM0zLdmeb-w_PHftRomlCpucl0KlzRpVG_B1gZ1yAz2jh6iWRQ1s/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam1.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjL2V_kgRm7AVOGqBwpH1kJGsey4aYCCmzkIZ0y0ya5rWMKfAA99RAEny9lU4gy-XU3vLslnEDk0cKihX80e4fkDaEOM0zLdmeb-w_PHftRomlCpucl0KlzRpVG_B1gZ1yAz2jh6iWRQ1s/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam1.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidnfla23PJ4R0vHVGTLEcYKNEwtwgC9X1zGByHKhyphenhyphenEQVdyj_ZYnJUh1XH7J9LMnsNulfjnFIu9yQfYtkBKRAn7EfbvDUAT09osVrGXBL-kwHf09cGNfF9aJflDZIopNO3HNxwzpnzz0GQ/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam2.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidnfla23PJ4R0vHVGTLEcYKNEwtwgC9X1zGByHKhyphenhyphenEQVdyj_ZYnJUh1XH7J9LMnsNulfjnFIu9yQfYtkBKRAn7EfbvDUAT09osVrGXBL-kwHf09cGNfF9aJflDZIopNO3HNxwzpnzz0GQ/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam2.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikZ11zMb-2runWn20xTSWHPW0_C7WLoRLRA_tFo5dRfH0GvVh0-qjlC8kXeh4y6V9haR3wxY-Db8jZBUb9F7BUSUEk-OOYKIYam_fyaKq5kpJuuVkv-buae60bclp5ZDcXNdGYyyvh9eE/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam4.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEikZ11zMb-2runWn20xTSWHPW0_C7WLoRLRA_tFo5dRfH0GvVh0-qjlC8kXeh4y6V9haR3wxY-Db8jZBUb9F7BUSUEk-OOYKIYam_fyaKq5kpJuuVkv-buae60bclp5ZDcXNdGYyyvh9eE/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam4.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN3Ff2E0HgYrVstpf0Qi3SZo6K2_qXh-T2MuXLAwJE3H0djEOKOj0Av4T7TazznR2RqbwowX3n-IPPdia_5gMehkZ3ILEJoXFUzV4VaKH5SOcoLz5PjMHEM4J_9p9kAqkFMZcWTlr9L0Q/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam3.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgN3Ff2E0HgYrVstpf0Qi3SZo6K2_qXh-T2MuXLAwJE3H0djEOKOj0Av4T7TazznR2RqbwowX3n-IPPdia_5gMehkZ3ILEJoXFUzV4VaKH5SOcoLz5PjMHEM4J_9p9kAqkFMZcWTlr9L0Q/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam3.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNWPXBnWaeqM0_fJWGuMBm4-UntVsS4s6_JR310p2YZpt4jzkykMz3WjCibtfdDZSurY1K3d5TmV4HKeu1krrOuKsqx8NZ9y2wWOE8G-srI2N-qVWExNuGo_HJV86EUZbZUS_oIJAORcc/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam5.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiNWPXBnWaeqM0_fJWGuMBm4-UntVsS4s6_JR310p2YZpt4jzkykMz3WjCibtfdDZSurY1K3d5TmV4HKeu1krrOuKsqx8NZ9y2wWOE8G-srI2N-qVWExNuGo_HJV86EUZbZUS_oIJAORcc/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam5.jpg" /></a></div><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidVmU2nT15h-69xT6iyQ3OB82E3y03Ut0Ymazp5VrKYg_ge7HLLAmf3CWuR9RlvcA9G-2duLJH0McYZdK6vcCug8frmkdp8ksOsIhhVPwAVhIc01pw5Z1Cl13NG3scKNUMKN0fnL1HrzM/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam6.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEidVmU2nT15h-69xT6iyQ3OB82E3y03Ut0Ymazp5VrKYg_ge7HLLAmf3CWuR9RlvcA9G-2duLJH0McYZdK6vcCug8frmkdp8ksOsIhhVPwAVhIc01pw5Z1Cl13NG3scKNUMKN0fnL1HrzM/s1600/titi-kamal-porno-terselubungcelanadalam6.jpg" /></a></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-5010376367193209241.post-71250951279510826412013-06-07T19:31:00.000-07:002014-03-10T15:41:42.264-07:00jasa pemasangan iklan<div dir="ltr" style="text-align: left;" trbidi="on"><div dir="ltr" style="text-align: left;"><div style="text-align: center;"><b style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><img src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhsbgKBRLF2RfXZooTsmPMCscgwNV-v13qfhpW7ycnQpe6LhjxIlMB8deBf9pXkpmYn7icmvTMeVLxAK0u_W0g7qWTtihI_gdaJ-lUTFJVQHYyvlhJRXbB_7jC8AvbpwfLHpT86Bw7g9I8/s1600/pasang+iklan.jpg" /></b></div><b style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><br /></b><b style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Jasa Pemasangan Iklan | Iklan Betting | Pasang Iklan Banner | Pasang Iklan Betting</b><br /><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;" /><b style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Syarat dan ketentuan:</b><br /><br /><ol style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px 0px 13px 28px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 3px; vertical-align: baseline;"><b style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Iklan</b> tidak mengandung unsur sara, pornografi dan yang melanggar hukum yang berlaku di Indonesia.</li><li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 3px; vertical-align: baseline;">Banner iklan berformat JPG, JPEG, PNG, GIF, JavaScript, Flash dan Iframe.</li><li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 3px; vertical-align: baseline;">Isi dan kandungan iklan merupakan tanggung jawab sepenuhnya pemasang iklan.</li><li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 3px; vertical-align: baseline;">Iklan akan segera Kami terbitkan jika pemilik iklan telah mengirim beban biaya sesuai kesepakatan.</li><li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 3px; vertical-align: baseline;">Pemberitahuan masa tenggang tayang iklan akan Kami kirim melalui email 1 (satu) Minggu sebelum masa tayang iklan habis.</li><li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 3px; vertical-align: baseline;">Kami berhak mencopot iklan jika tidak ada perpanjangan dari pemasang iklan.</li><li style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px 0px 3px; vertical-align: baseline;">Biaya pemasangan iklan sewaktu-waktu dapat berubah yang akan disesuaikan dengan trafik blog.</li></ol><div style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;"><b style="background-color: transparent; background-position: initial initial; background-repeat: initial initial; border: 0px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; vertical-align: baseline;">Tersedia Berbagai ukuran banner normal</b></div><br style="background-color: white; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; text-align: justify;" /><b style="background-color: white; border: 0px; color: #222222; font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Jika anda berminat hub kami :</b><br /><span style="color: blue;"><b><i style="background-color: white; border: 0px none; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px none; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">YM : arjunagantheng149@yahoo.com</i></b></span><br /><span style="color: blue;"><b><i style="background-color: white; border: 0px none; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px none; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">Email : pologolun@gmail.com / antoniohararap@gmail.com</i></b></span><br /><span style="color: blue;"><b><i style="background-color: white; border: 0px none; font-family: Arial,Helvetica,sans-serif; font-size: 14px; margin: 0px; outline: 0px none; padding: 0px; text-align: justify; vertical-align: baseline;">No HP : 085725521067</i></b></span></div></div>semuahttp://www.blogger.com/profile/02216065924798373618noreply@blogger.com0